Lotus birth mulai populer di dunia sejak beberapa orang mempopulerkannya melalui gerakan sosial Back to Nature. Seorang bidan asal Amerika Serikat, Jeannine Parvati, dan seorang dokter bernama Sarah Buckley banyak mempromosikan praktek lotus birth baik di dunia maya maupun melalui gerakan nyata. Semakin hari penganut metode lotus birth semakin banyak di dunia, juga di Indonesia.
Â
Para penganut lotus birth banyak mengutip artikel ilmiah yang diterbitkan oleh The Journal of Cellular and Molecular Medicine, tentang manfaat yang didapatkan dari delayed clamping yaitu penundaan pemotongan tali pusat. Dalam artikel itu memang disebutkan bahwa beberapa manfaat delayed clamping adalah bayi akan mendapatkan lebih banyak darah, oksigen dan stem cell dari plasenta dibandingkan bila pemotongan tali pusat dilakukan segera setelah persalinan (early clamping). Namun, delayed clamping tidak menunggu hingga tali pusat putus sendiri ("puput") yang butuh waktu 3-10 hari. Delayed clamping yang ditulis dalam artikel ilmiah tersebut merujuk pada metode penundaan pemotongan tali pusat antara 1-3 menit saja.Â
Â
Lotus Birth, Fakta yang OtentikÂ
Beberapa blog mainstream ternyata juga bereaksi untuk menyanggah tulisan dari web Ayah Bunda tersebut. Salah satunya yang banyak dibagikan di sosial media adalah artikel dari blog Dokter Post. Artikel pendek berjudul, "Lotus Birth, Kenapa Tidak Layak Dilakukan?" ini dengan keras mengkritik artikel Ayah Bunda seperti metode nenek moyang yang masih menggunakan benda tajam tidak steril untuk memutus tali pusat bayi. Sebuah tindakan yang sangat rentan infeksi dan mengancam nyawa bayi.
Â
Memang menurut kaidah kedokteran berbasis bukti (Evidence Based Medicine), lotus birth adalah metode persalinan yang belum dapat dipertanggungjawabkan manfaatnya secara medis. Sampai saat ini belum ada satu penelitian pun yang berhasil membuktikan bahwa metode persalian lotus birth memiliki manfaat yang lebih baik bila dibandingkan metode persalinan konvensional yang sudah kita aplikasikan sehari-hari.
Â
Lotus birth bahkan memiliki implikasi serius, karena plasenta yang tidak segera dipotong akan potensial mengalami infeksi yang sangat mungkin menular ke bayi. Plasenta mengandung darah yang merupakan makanan favorit kuman penyebab infeksi. Infeksi yang terjadi di plasenta pada akhirnya sangat mungkin menular ke bayi, bila tali pusat tidak segera di potong. Infeksi pada bayi setidaknya menyebabkan 41% kematian pada bayi.
Â
Sahabat kompasianer, jika anda menyayangi generasi muda Indonesia, saya mohon bantuan anda untuk menyebarkan artikel ini. Agar semakin banyak calon ibu yang tahu tentang bahaya ini. Semoga kita semua masih punya akal sehat dan hati nurani.