[caption caption="Ilustrasi Lotus Birth"][/caption]
Beberapa hari terakhir banyak beredar di sosial media tentang fenomena lotus birth, sebuah metode persalinan membiarkan tali pusat bayi tidak dipotong selama beberapa hari. Metode ini membiarkan tali pusat janin untuk lepas sendiri, kira-kira waktu yang dibutuhkan sekitar 3-10 hari dari persalinan. Selama waktu tunggu tersebut, plasenta bayi yang masih bersatu dengan tubuhnya akan dijaga kesterilannya sehingga tidak membusuk.
Lotus Birth, Mitos atau Fakta?
Metode lotus birth sempat menimbulkan pro dan kontra. Sebuah website kesehatan, Ayah Bunda, menulis sebuah artikel tanya jawab seputar lotus birth yang mencatut nama seorang spesialis kandungan dan bidan sebagai konsultan yang menjawab berbagai pertanyaan pembaca tentang lotus birth. Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa manfaat lotus birth untuk bayi adalah bayi lebih tenang, tidur lebih nyenyak dan mengisap ASI dengan lebih baik dibanding bayi-bayi yang tali pusatnya digunting. Kemungkinan hal itu disebabkan karena bayi yang menjalani Lotus Birth tidak mengalami luka yang ”berdenyut” dan mengganggu.
Artikel tersebut juga menjelaskan terkait perawatan plasenta yang masih belum "puput". Menurut jawaban konsultan tersebut, plasenta harus ikut dibersihkan saat bayi mandi, setelah itu dikeringkan dengan cara ditekan-tekan menggunakan handuk. Plasenta disimpan kembali di baskom dengan ditaburi garam laut/garam kristal dan dibubuhi minyak aromaterapi, untuk mencegah bau. Aromaterapi yang dipilih biasanya lavender, sebab bersifat menenangkan dan tidak disukai serangga.
Dalam artikel tersebut sama sekali tidak disebutkan tentang resiko infeksi plasenta. Artikel yang banyak tersebar di media sosial tersebut hanya menjelaskan tentang kondisi yang tidak diperbolehkan melakukan metode persalinan lotus birth, diantaranya pada bayi dengan tali pusat pendek, asfiksia berat, hasil tes APGAR sangat rendah dan pada kasus retensio plasenta.
Lotus Birth, Mitos yang Berkembang
Lotus Birth, menurut buku karangan Javier A. Galvan adalah sebuah kepercayaan yang lama berkembang dan menjadi tradisi menyambut kelahiran bayi di kalangan suku aborigin dari Australia. Prkatek lotus birth juga disinyalir dilakukan oleh sebuah suku dari Indonesia, namun tidak jelas apakah lotus birth masih umum dilakukan di suku tersebut. Para penganut lotus birth percaya bahwa metode ini akan memberikan bayi masa depan yang lebih sehat, secara fisik dan spiritual, di masa depan.
Lotus birth mulai populer di dunia sejak beberapa orang mempopulerkannya melalui gerakan sosial Back to Nature. Seorang bidan asal Amerika Serikat, Jeannine Parvati, dan seorang dokter bernama Sarah Buckley banyak mempromosikan praktek lotus birth baik di dunia maya maupun melalui gerakan nyata. Semakin hari penganut metode lotus birth semakin banyak di dunia, juga di Indonesia.
Para penganut lotus birth banyak mengutip artikel ilmiah yang diterbitkan oleh The Journal of Cellular and Molecular Medicine, tentang manfaat yang didapatkan dari delayed clamping yaitu penundaan pemotongan tali pusat. Dalam artikel itu memang disebutkan bahwa beberapa manfaat delayed clamping adalah bayi akan mendapatkan lebih banyak darah, oksigen dan stem cell dari plasenta dibandingkan bila pemotongan tali pusat dilakukan segera setelah persalinan (early clamping). Namun, delayed clamping tidak menunggu hingga tali pusat putus sendiri ("puput") yang butuh waktu 3-10 hari. Delayed clamping yang ditulis dalam artikel ilmiah tersebut merujuk pada metode penundaan pemotongan tali pusat antara 1-3 menit saja.
Lotus Birth, Fakta yang Otentik
Beberapa blog mainstream ternyata juga bereaksi untuk menyanggah tulisan dari web Ayah Bunda tersebut. Salah satunya yang banyak dibagikan di sosial media adalah artikel dari blog Dokter Post. Artikel pendek berjudul, "Lotus Birth, Kenapa Tidak Layak Dilakukan?" ini dengan keras mengkritik artikel Ayah Bunda seperti metode nenek moyang yang masih menggunakan benda tajam tidak steril untuk memutus tali pusat bayi. Sebuah tindakan yang sangat rentan infeksi dan mengancam nyawa bayi.
Memang menurut kaidah kedokteran berbasis bukti (Evidence Based Medicine), lotus birth adalah metode persalinan yang belum dapat dipertanggungjawabkan manfaatnya secara medis. Sampai saat ini belum ada satu penelitian pun yang berhasil membuktikan bahwa metode persalian lotus birth memiliki manfaat yang lebih baik bila dibandingkan metode persalinan konvensional yang sudah kita aplikasikan sehari-hari.
Lotus birth bahkan memiliki implikasi serius, karena plasenta yang tidak segera dipotong akan potensial mengalami infeksi yang sangat mungkin menular ke bayi. Plasenta mengandung darah yang merupakan makanan favorit kuman penyebab infeksi. Infeksi yang terjadi di plasenta pada akhirnya sangat mungkin menular ke bayi, bila tali pusat tidak segera di potong. Infeksi pada bayi setidaknya menyebabkan 41% kematian pada bayi.
Sahabat kompasianer, jika anda menyayangi generasi muda Indonesia, saya mohon bantuan anda untuk menyebarkan artikel ini. Agar semakin banyak calon ibu yang tahu tentang bahaya ini. Semoga kita semua masih punya akal sehat dan hati nurani.
Salam sehat lahir dan batin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H