Mohon tunggu...
Drajatwib
Drajatwib Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis amatiran

Menggores pena menuang gagasan mengungkapkan rasa. Setidaknya lebih baik daripada dipendam dalam benak, terurai lenyap dalam pusaran waktu.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Pelakor dan Perselingkuhan

25 Februari 2018   07:32 Diperbarui: 28 Februari 2018   17:45 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Belakangan ini istilah pelakor sedang ramai jadi bahan pembicaraan. Agak merasa ketinggalan, ketika suatu malam saat sedang bersanta, istri menanyakan istilah "pelakor" yang sempat bikin saya bengong. Istilah apalagi ini. Setelah melacak ke beberapa media elektronik baru ketemu apa yang dimaksud dengan istilah ini yang ternyata adalah "perebut laki orang" alias wanita yang merebut suami orang lain. Sempat bertanya apa pasalnya muncul istilah ini? Apa pula bedanya dengan istilah WIL atau PIL.

Menilik konteks-nya, penggunaan istilah pelakor tentu tidak bisa dilepaskan dari cerita cerita perselingkuham antara para pelaku (laki & wanita) yang sudah berkeluarga. Dan cerita perselingkuhan pastilah terkait dengan rasa suka sama suka, terlepas dari siapa yang mulai duluan. Sebab jika salah satu tidak suka maka lain pula ceritanya. Lalu kenapa pula ada "rebut-merebut" seolah yang diperebutkan adalah barang berharga yang pasif, tak punya peran apa apa untuk menentukan nasibnya sendiri. Bak kucing anggora piaraan yang berbulu halus dan lebat, disayang dan dirawat dengan cermat, diberi makan khusus dan tidak boleh bergaul dengan kucing garong. Padahal ketika si empunya lengah, ikan asin pun dia akan santap sambil bersembunyi dibalik tebalnya taplak meja-makan. Dalam kasus ini lalu apalah yang salah tetap inem yang meletakkan ikan asin sembarangan atau si kucing anggora yang "nggragas" masih suka ikan asin meski sudah disediakan makanan sekelas "Whiskas" atau "Me-O". Bisa jadi kesimpulanya cuma satu, sekali kucing ya tetap kucing, apapun jenisnya ketika menemukan ikan asin tergeletak ya dimakan.

Dalam konteks perselingkuhan, istilah pelakor seolah mendudukkan si wanita sebagai biang masalah dan si laki laki adalah korban yang tak berdaya melawan kehendak nafsunya. Padahal andil si laki-laki tentusaja ada bahkan mungkin besar. Lalu kenapa hanya si wanita yang mendapat julukan sebagai perebut, bukan lakinya sebagai kucing garong.  Oleh karena itu disini perlu di dudukkan dengan benar tiap posisi dan peran dari para pelaku dalam kasus perselingkuhan. Bukan sekedar soal rebut merebut atau sebar menyebar uang.

Jika ada wanita sebagai aktor utama dalam istilah "pelakor", maka tentunya ada pula istilah sebaliknya. Laki laki sebagai aktor utama yang merebut istri orang lain. Lalu disebut apa yang begini? Peristor alias perebut istri orang? Atau ada istilah lain lagi?. Apapun istilahnya tetap saja hal itu hanya upaya untuk mencari si kambing keriting dan hitam, ketimbang menimbang persoalan secara lebih adil dan proporsional. Keduanya tetap saja salah, namanya saja perselingkuhan.

Bagaimana perselingkuhan terjadi

Seorang pakar psikologi Kelly Campbell Ph.D. dalam tulisannya mengenai mengapa orang berselingkuh (Psychology Today) menyebutkan setidaknya ada tiga alasan orang berselingkuh, yakni.

1. Alasan Individual, yakni hal-hal yang terkait dengan kualitas pribadi yang membuat seseorang rentan terhadap perselingkuhan. Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa faktor resiko, diantaranya.

* Persoalan Gender. Penelitian menyebutkan bahwa pria lebih mudah tergoda untuk melakukan perselingkuhan ketimbang wanita. Alasannya karena pria memiliki hormon testosteron lebih banyak yang bertanggungjawab atas tingginya dorongan kebutuhan seksual.

* Kepribadian. Disebutkan bahwa orang yang kurang memiliki "hati nurani" dan kepribadian yang terlalu ramah lebih beresiko terlibat dalam perselingkuhan.

* Faktor religiusitas dan preferensi sikap. Disebutkan bahwa orang yang sangat religius (yang sebenarnya, bukan cuma kedok) dan mereka yang memiliki orientasi sikap konservatif (kuno/kolot) memiliki resiko rendah untuk berselingkuh.

2. Alasan alasan dalam hubungan (relationship). Periset menemukan bahwa hubungan yang dicirikan oleh ketidakpuasan diantara pasangan; problem seksualitas dan pasangan yang sering konflik memiliki resiko tinggi untuk berselingkuh.

3. Alasan situasional. Orang bisa berselingkuh karena terjebak situasi. Seseorang yang bertipe  setia, punya kualitas hubungan yang bahagia dengan pasangan, ketika terpojok dalam situasi yang beresiko tinggi bisa jadi akhirnya berselingkuh juga. Beberapa situasi yang dimaksudkan disini misalnya situasi dimana seseorang sering menghabiskan waktunya berada ditengah wanita cantik atau pria ganteng dan tajir ketimbang dengan pasangannya, maka resiko berselingkuh juga meningkat. Orang yang hidup dikota besar (metropolitan) dengan sikap yang lebih bebas terhadap seks diluar pernikahan pun beresiko tinggi terhadap perselingkuhan.

Lalu bagaimana sebaiknya?

Bagi yang tertarik dengan lawan jenis ya perhatikanlah rambu rambu yang ada, cincin kawin melingkar di jari, itu salah satu rambunya. Jangan sengaja dilanggar seperti memetik buah mangga tetangga yang sudah matang dipohon. Dipasar tanaman masih banyak bibit mangga kualitas unggul yang perlu anda tanam dan rawat sendiri dulu sebelum anda bisa memetik buahnya.

Jika anda sudah bersuami atau beristri ya tetap setialah pada pasangan anda masing-masing. Memang ini saran yang klasik namun memiliki kebenaran yang tidak terbantahkan. Kenapa? Sebab sejak awal anda menikah anda sudah memilih dengan penuh tanggung jawab pasangan anda, jadi jika ada masalah dalam rumah tangga anda ya tanggunglah dan selesaikanlah dengan sebijaknya. Jika mulai ada keretakan dalam bahtera rutang anda, segeralah cari lem atau alat lain untuk merekatkan kembali. Oleh sebab itu sering seringlah berkaca-diri mengasah naluri untuk melihat potensi keretakan sejak dini.

Jika anda lebih sering berada diluar rumah bersama banyak teman lawan jenis ya sebaiknya mulai menimbang dan mengurangi faktor resiko itu dan lebih banyak quality-time yang anda sediakan untuk pasangan.

Jika anda bukan orang yang religius ya segeralah mendekatkan diri pada Tuhan. Sebab Tuhan dan agama manapun melarang setiap bentuk kecurangan dan perselingkuhan.

Denpasar 23218@1448-DW

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun