Perilaku Yoda di atas pentas seakan laku beralas desain sadar dari seseorang yang sedang bersandiwara meraih begitu banyak dukungan sms dari penonton. Akibatnya ia miskin spontanitas yang wajar, defisit kerendahhatian dan kesederhanaan; pokok-pokok yang justru termanifestasi dalam diri Regina dan pada tingkat tertentu pada Sean, dua pesaing berat dari Yoda.
Dengan gambaran centang perenang di atas Yoda punya kekuatan dan kelemahan sekaligus. Kekuatannya ia berdiri di atas genre musik yang solid, teruji, dan memiliki basis dukungan sangat kuat. Kelemahannya datang dari sesuatu yang ada di luar rock, yaitu pada situasi psikologisnya sendiri yang belum apa-apa tapi sudah percaya diri berlebihan untuk tampil layaknya rocker; saya pribadi selalu merasa cemas dan tidak nyaman tiap menyaksikan aksi Yoda. Kenyamanan menikmati suguhan musikal justru saya dapatkan ketika menyaksikan aksi Regina yang semakin hari semakin matang dan  seolah-olah tak terbendung lagi untuk menjadi idola baru Indonesia.
Akhirnya masih ada beberapa pentas lagi untuk menentukan idola baru. Regina, Yoda, dan Sean masih punya peluang sama menjadi idola. Di antara ketiganya , Sean adalah teka-teki. Ia bisa saja menjadi juara mengingat potensi luar biasa yang saya yakin belum sepenuhanya ia artikulasikan. Regina jelas tak tebendung lagi dan Yoda, tanpa ada perubahan sikap berarti kemungkinan besar ia akan tersingkir dari perburuan menjadi idola baru. Tanpa perubahan signifikan yang dilakukannya Yoda kemungkinan akan terempas bukan oleh sms atau penialain juri tapi oleh pesona dari rock itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H