Di masa di mana manusia bisa menulis ulang takdir mereka. Apa yang kemudian terjadi? Mereka kehilangan harapan, kekosongan, nirproses, tak memiliki nilai, tak ada kejutan, nirmakna, dan tenggelam dalam samudera kenikmatan hampa.
Manusia telah menemukan surganya tanpa proses kematian.
Di masa itu sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan manusia karena semua keinginan dengan mudahnya dapat terpenuhi. Segalanya tidak lagi memiliki value.
Suatu hal akan memiliki nilai/value karena dihasilkan dari sebuah proses. Ketika manusia tidak mengalami fase proses, semua serba ada dan instan, maka yang ada hanyalah kekosongan, karena tidak ada lagi tujuan hidup dan harapan serta mimpi dan keinginan. Mereka bisa saja iri dengan kita di masa sekarang yang penuh emosi dan punya tujuan hidup.
Ironis, bukan?
Inilah paradoks utopia.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H