Kalau kita membaca antropologi fase pertama, orang-orang negroid dianggap keturunan setan oleh orang-orang Eropa. Bila hari ini rasisme masih ada substansinya, maka kita tidak pernah berkembang dari antropologi fase pertama itu. Ilmu pengetahuan dan budaya kita tidak melangkah maju, dalam kata lain, kita tetap primitif.
Jadi apakah kita hidup dalam sebuah utopia? Tidak. Kita masih sama primitifnya dengan mereka di 10.000 tahun yang lalu.
Utopia yang Tidak Utopis
Biar kubawa kamu ke sebuah semesta di mana manusia berada di titik intelejensi tertinggi.
Sebuah dunia di mana ilmu pengetahuan sudah tidak ada yang perlu dicari lagi. Alam semesta sudah tidak semisterius dahulu. Manusia paham apa yang ada sebelum alam semesta ada. Tidak ada lagi wabah penyakit, tidak ada lagi perang, tidak ada lagi perebutan kekuasaan, tidak ada lagi kejahatan, tidak ada lagi harapan dan kreativitas manusia.
Dunia sudah kehilangan sesuatu yang membuatnya menarik. Tidak ada lagi konflik karena manusia tahu cara mengantisipasinya. Tidak ada lagi harapan karena manusia sudah tahu apa yang akan terjadi setelahnya. Tidak ada lagi kreativitas karena tidak ada alasan untuk berkreasi sebab segalanya telah diketahui.
Manusia-manusia pada zaman itu bisa dengan mudahnya mengubah tampilan mereka dengan rekayasa genetik, memilih akan seperti apa bayi mereka yang lahir, atau bahkan mereka mempercayakan negaranya untuk dipimpin oleh kecerdasan buatan.
Hal ini dikarenakan sistem pemerintahan manusia yang berlangsung selama berabad-abad tidak pernah bisa mengatasi keadaan dan selalu berakhir dengan kehancuran dan peperangan. Baik itu kekaisaran, sosialis, liberal, bahkan demokrasi sekalipun. Sistem pemerintahan oleh kecerdasan buatan akan lebih relevan untuk mencapai keadilan, dan tidak ada keberpihakan untuk keberlangsungan hidup manusia di bumi ini untuk meraih utopia.
Pada akhirnya kecerdasan buatan telah mengambil alih kecerdasan organik. Seluruh manusia di masa ini status sosialnya setara dan hanya perlu fokus mengejar mimpinya masing-masing, karena AI telah memberikan apa yang manusia inginkan secara instan, di mana tidak ada lagi keinginan untuk berkuasa dan melakukan intimidasi serta kejahatan.
Kemudian teknologi neurosains berkembang untuk mewujudkan mimpi manusia agar bisa merasakan sensasi yang mereka inginkan, bahkan ingin menjadi apa saja pun bisa; layaknya berada di surga.
Apakah dunia yang seperti itu menarik bagimu? Mungkin bagi kita di masa sekarang hal tersebut terdengar menarik. Tapi coba kita pikirkan lagi.