DILEMMA RUU KESEHATAN..
SORRY SEEMS TO BE A HARDEST WORD
Putri Ariani, belia Indonesia campuran Jogya dan Pekanbaru, penyanyi muda bertekad baja, bertalenta diatas rata-rata, tunanetra sejak dini, bersuara bagai malaikat.
Tidak sampai 10 menit, meledakkan dunia jagat raya lewat pentas American Got Talent 2023.
Dunia tersentak. Algoritme youtube pun dikuasai pengunjung dan permintaan lagu Loneliness karya apik bernuansa emosi karya orisinal sendiri, dan lagu permintaan khusus Simon Cowel sang juri sangar yang tampak terpukau dan takjub ketika Putri Ariani melantunkan permintaan khusus itu dalam lagu dengan alunan yang membawa pesan makin tegas lewat karya Elton Jhon, Sorry Seems to be a hardest word.
Dan Simon langsung menekan tombol Golden Buzzer diikuti teriakan surprise semua juri dan pengunjung dengan Standing Ovation. Berdiri sambil bertepuk tangan, yang merupakan tradisi Inggris sejak 1831.
Kedua lagu itu kini mudah didapat dari semua vendor IT dunia seperti youtube. Di Amerika Serikat dan Kanada, juga Indonesia tentunya, meledak, menjadi Trending di lebih 30 Negara, menghasilkan royalty yang tak terduga, dari insan berkebutuhan khusus namun luarbiasa.
Lagu ini pertama sekali diperdengarkan sekitar tahun 1973, saat itu penulis baru masuk SMAN 1 Medan. Sejak SMPN 1 Medan sudah sering koleksi lagu karena harus dipilih untuk siaran Radio Amatir bersama sahabat seusia Bung Syafril Parinduri. Dengan perangkat penyiaran yang sederhana  dengan kabel membentang diatas rumah diantara dua tiang bambu panjang.
Lagu ciptaan Bersama Elton Jhon dan Bernie Taupin ini ditahun 1976 menjadi soundtrack film Slap Shot, dan kemudian mendunia, meluas dan hingga kini banyak penyanyi menjadi cover lagu ini. Tetapi yang terbaik dan terasyik tetap yang pertama dinyanyikan Sir Elton Jhon, yang mendapat penghargaan Sir dari Kerajaan Inggris karena karya-karya seni fenomenalnya.
Lagu ini mengingatkan kepada kita, manusia, bahwa kata Sorry, maaf.. Sepertinya kata yang paling sulit. Begitu kata sang pengarang dan pelantun, Elton Jhon.
APA HUBUNGANNYA DENGAN RUU KESEHATAN
Lagu dan syair lagu Sorry Seems To Be A Hardest Word, yang memenuhi jagadraya hari ini, yang dilambungkan Putri Ariani membawa saya nerawang kepada dilemma rumit yang terjadi sekitar RUU Omnibus Kesehatan. Yang tidak ada pihak manapun mengaku sebagai inisiator.
Tiba-tiba muncul dalam daftar kerja Badan Legislasi DPR. Kemudian khabar anginnya mau dikebut diketok jadi Undang-Undang, sekaligus memberangus lebih 10 Undang-Undang yang terkait Kesehatan dan bahkan diluar Kesehatan, seperti Pendidikan dan Hukum.
Semakin heboh ketika muncul DIM yang diplesetkan jadi Daftar Inventaris Menakutkan. Banyak kebaikan dalam system yang sudah berjalan, dihapus. Â Misal, dihapusnya lembaga di bawah Kepresidenan yang dibentuk oleh Undang-Undang yang disepakati dunia diberi nama Konsil, baik untuk Kedokteran maupun Konsil untuk Tenaga Kesehatan lainnya.
Lainnya yang juga dihapus, keberadaan Organisasi Profesi, tidak lagi tunggal dibawah IDI (bagi Dokter), PDGI (bagi Doktergigi), IBI (bagi Bidan), PPNI (bagi Perawat) dan IAI (untuk Apoteker).
OP tunggal ini sudah ada berjalan baik dan harmonis bersama Pemerintah mengisi Proklamasi Kemerdekaan, tugasnya selain membina anggota juga mengawal seluruh sistem etik dan standar praktik kedokteran agar tidak ada dualisme atau multi tafsir.
Ketika terjadi Pandemi Covid-19 sejak awal tahun 2020, mereka bahu-membahu, satu komando "menyelamatkan" warga bangsa yang terinfeksi virus ganas tersebut, sekalipun mereka lebih 2.000 orang wafat sebagai martir. Mereka Pahlawan nyata dan tidak sia-sia.
Konsep RUU, OP boleh dibentuk berdasarkan atensi masing-masing anggota dan memberi nama sesuai dengan keinginan masing-masing, maka yang langsung tercabut dari dalamnya adalah bagaimana mengatur etika praktik profesi, menjaga standar terbaik dan pengambilan keputusan yang adil dan tidak bias jika terjadi sengketa antara sang pelayan dan yang dilayani.
Dalam praktiknya, konflik pelayan dan yang dilayani, selalu ada dalam setiap pelayanan kesehatan. Yang dilayani minta segera sembuh dengan pelayanan yang memuaskan, karena sudah membayar. Padahal Dokter/Dokter Gigi tidak menjamin kesembuhan, tetapi bekerja secara professional memberikan pelayanan terbaik sesuai dengan Kompetensi yang sudah dipelajari dengan standar tunggal oleh Kolegiumnya, diakui dan diregistrasi.
Uji Kompetensi itu sangat perlu karena jauh sebelumnya lulusan banyak yang tidak lolos, artinya tidak melewati standar minimal yang ditetapkan pengampu ilmu yaitu Kolegium.
Perlu Registrasi, agar kompetensi terakui dan terakreditasi sehingga bisa bekerja sampai ke luar negeri. Perlu Praktik tetapi tertib dan jangan terjadi konflik antar profesi, untuk itu perlu Rekomendasi dari Profesi sejenis. Dan Pemerintah (Dinas Kesehatan) memberi Izin Praktiknya.
Hal mengejutkan, ketika Kewajiban Negara untuk menjamin ketersediaan Anggaran Kesehatan sebesar 5% dalam APBN dan 10% dalam APBD, pun dihapus. Â Alasannya agar lebih efisien dan leluasa dalam perencanaan anggaran. Tidak sejalan dengan makna mandatory spending.
Ketersediaan anggaran dibidang Kesehatan, Pendidikan, termasuk Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Otonomi Khusus, dipahami bukan pemberian Negara, tetapi wujud kewajiban Negara memenuhi Hak Rakyat. Dalam perUndang-Undangan dikenal sebagai Mandatory Spending untuk menjamin tercapainya Tujuan Nasional dan Pasal 28 UUD 1945.
Mandatory spending ini dikuatkan sebagai amanat Rakyat melalui Ketetapan MPR RI No.10 Tahun 2001 (poin 5a angka 4), yang menugaskan Presiden mengupayakan peningkatan Anggaran Kesehatan 15% dari APBN. Â Rasanya unik ketika RUU hendak menghapus Tap MPR.
Artinya, untuk Kesehatan yang diketahui berefek kepada semua tatanan kehidupan termasuk ekonomi, produktifitas, kompetitifnes, keterdidikan, perilaku, dan penegakan hukum, perlu kualitas Kesehatan Manusia dan Keluarga Indonesia. Tujuan ini harus jelas, terukur dan pasti.
Rasanya, bicara Kesehatan, apalagi menyangkut semua aspek, tidak bisa sendiri, sehebat apapun idenya. Para pihak harus didengar, terutama yang paling layak didengar, seperti Organisasi Profesi, kalangan Perguruan Tinggi dan Pakar yang representatif.
Akhirnya masyarakat melihat puluhan ribu Dokter, Dokter Gigi, Bidan, Perawat dan Apoteker unjukrasa turun kejalan diseluruh Indonesia, minta hentikan pembahasan RUU Kesehatan. Mereka yang melakukan pelayanan, tahu betul faktor risiko yang ada dihadapannya.
Mereka ingin dipedulikan, didengar, dibicarakan dan dipahami.
SORRY SEEMS TO BE A HARDEST WORD
Bernie Taupin, kaget ketika Elton Jhon memainkan pianonya dan mengawali nada dengan melantunkan sebaris syair acak "sorry, seem to be a hardest word", yang kemudian diseriusi bersama dan dalam beberapa menit menjadi lagu dengan pesan syair yang berbeda dari lagu Elton Jhon lainnya. Disini maknanya kuat, pesannya kuat. Dan bisa abadi jadi sesanti.
Mari kita lanjutkan terawangan kita, ketika ide, konsep, gagasan kemudian melanjut jadi perencanaan dan keputusan, unsur dialektika dan kebersamaan menjadi kunci kekuatan dan keberhasilan. Jika tidak, maka kata maaf menjadi sulit terucap, mungkin jadi penyesalan.
Mari kita simak sebahagian syair lagu The legend Sir Elton Jhon.
What I got to do to make you care? Apa yang harus kulakukan untuk membuatmu peduli?
 What do I do when lightning strikes me? Apa yang harus kulakukan saat petir menyambarku?
 And I wake to find that you're not there? Dan mendapatimu tak ada saat aku terbangun?
  Refrain
 It's a sad, sad situation...Menyedihkan, situasi yang menyedihkan
 And it's getting more and more absurd...Dan makin lama iadi makin konyol
 It's sad so sad...Menyedihkan, sungguh menyedihkan
 Why can't we talk it over?...Mengapa kita tak bisa membicarakannya?
 What do I say when it's all over?  Apa yang harus kusampaikan saat semua ini usai?
 And sorry seems to be the hardest word..Kata maaf rasanya jadi kata yang paling sulit diucap
Selamat merenung dan mendengar lantunan suara Sir Elton Jhon atau Putri Ariani.
Semoga menginspirasi kita mewujudkan Indonesia yang semakin sehat.
Â
Salam Dr.Abidin, Perumahan Depkes Sunter Jaya, 13 Juni 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H