BKKBN bersama unsur Kementerian dan Lembaga terkait sesuai Perpres 72/2021 harus kompak dan sinergistik di lapangan.
Kita berhadapan dengan prevalensi risiko stunting yang tidak kecil, diperhitungkan ada sekitar hampir 30%, yang jika diangkakan dari dari jumlah kelahiran rerata pertahun 4,5-5 juta kelahiran maka ada 1,5 juta anak dengan risiko Stunting.
Saat ini diperhitungkan sudah ada 11 juta anak Stunting. Ini tentu tidak boleh bertambah lagi. Caranya dengan melakukan pengawasan ketat terhadap semua factor yang dapat mengundang risiko stunting sejak remaja. Keterlibatan seluruh potensi Masyarakat perlu menjadi perhatian. Masyarakat adalah kunci sukses.
Komunitas Sehat Indonesia (Koseindo) beberapa waktu yang lalu, dalam memperingati HUT ke-VII komunitas gowesnya di Rumah Sakit Polri Bhayangkara Tk.I R.Said Sukanto, Kramat, Jakarta, bersama petinggi Kesehatan POLRI, TNI, BKKBN beserta RS Swasta lainnya meresmikan Klinik Deteksi Risiko Stunting dan Stimulasi Tumbuh Kembang, yang boleh jadi Pertama di Indonesia.
Bangga Kencana, Berencana Itu Keren
Kepala BKKBN DR.Hasto memberikan semangat kepada seluruh jajarannya untuk tetap bekerja keras dan cerdas. Mengamati semua permasalahan-permasalahan program yang terjadi di daerah, agar BKKBN Provinsi dan OPD KB Kab/Kota terbantu. Menggandeng mitra-mitra untuk membantu program Bangga Kencana.
Menurut data SSGI yang telah dirilis data stunted sebesar 24,4% turun 3,3% dari 27,7%. Ini berarti harus menurunkan sebesar 13% untuk mencapai target nasional di tahun 2024. Tinggal 2 (dua) tahun lagi, berarti setiap tahunnya harus menurunkan 7%.
Bangga Kencana adalah pendekatan milenial dalam mempersiapkan era Generasi Emas, saat Indonesia 100 Tahun kemerdekaannya.
Pendekataan ini menempatkan Pembangunan Keluarga (BANGGA) menjadi dikedepankan, setelah era Kependudukan (dengan sukses migrasi lewat Transmigrasi) dan Program KB/Keluarga Berencana (dengan sukses menurunkan TFR dari 5,8 ditahun 1970, dan kini menjadi 2,24 turun terus dari 2,4 hasil SDKI 2017) yang disebut KENCANA.
Dalam menghadapi tantangan Program belakangan ini seperti Pelayanan KB yang "terganggu Pandemi Covid-19", Vaksinasi Keluarga, Pencegahan Stunting, Penyiapan Tim Pendamping Keluarga (risiko Stunting), membangun Kemitraan yang kuat dan semua yang terkait, BKKBN menerapkan  Budaya Kerjanya yaitu KEREN yang dibaca dari 3 huruf KRN.
Pertama, K: Kerja Tuntas. Artinya SDM BKKBN perlu menunjukan sikap bertanggung jawab, disiplin, bekerja efektif dan efisien, transparan, memberikan hasil terbaik, dapat bekerjasama, tepat waktu dan memiliki inovasi dan kreativitas.