Mohon tunggu...
Dr Abidinsyah Siregar
Dr Abidinsyah Siregar Mohon Tunggu... Dokter - Ahli Utama

Saat ini menjadi Ahli Utama pada BKKBN dengan status dpk Kemenkes RI Pangkat Pembina Utama IV/E. Terakhir menjabat Deputi BKKBN (2013-2017), Komisioner KPHI (2013-2019), Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisonal Alternatif dan Komplementer Kemenkes (2011-2013), Sekretaris Itjen Depkes (2010-2011), Kepala Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI (2008-2010)< Sekretaris Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) (2005-2008), Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara di Medan (2002-2005). Mengawali karis sebagai Dokter Puskesmas di Kabupaten Dairi (1984). Alumnus FK USU ke 1771 Tahun 1984.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Misi Menyelamatkan Generasi Emas 2045 bersama BKKBN

10 Januari 2022   10:05 Diperbarui: 10 Januari 2022   13:09 1362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BKKBN bersama unsur Kementerian dan Lembaga terkait sesuai Perpres 72/2021 harus kompak dan sinergistik di lapangan.

Kita berhadapan dengan prevalensi risiko stunting yang tidak kecil, diperhitungkan ada sekitar hampir 30%, yang jika diangkakan dari dari jumlah kelahiran rerata pertahun 4,5-5 juta kelahiran maka ada 1,5 juta anak dengan risiko Stunting.

Saat ini diperhitungkan sudah ada 11 juta anak Stunting. Ini tentu tidak boleh bertambah lagi. Caranya dengan melakukan pengawasan ketat terhadap semua factor yang dapat mengundang risiko stunting sejak remaja. Keterlibatan seluruh potensi Masyarakat perlu menjadi perhatian. Masyarakat adalah kunci sukses.

Komunitas Sehat Indonesia (Koseindo) beberapa waktu yang lalu, dalam memperingati HUT ke-VII komunitas gowesnya di Rumah Sakit Polri Bhayangkara Tk.I R.Said Sukanto, Kramat, Jakarta, bersama petinggi Kesehatan POLRI, TNI, BKKBN beserta RS Swasta lainnya meresmikan Klinik Deteksi Risiko Stunting dan Stimulasi Tumbuh Kembang, yang boleh jadi Pertama di Indonesia.

dokpri
dokpri

Bangga Kencana, Berencana Itu Keren

Kepala BKKBN DR.Hasto memberikan semangat kepada seluruh jajarannya untuk tetap bekerja keras dan cerdas. Mengamati semua permasalahan-permasalahan program yang terjadi di daerah, agar BKKBN Provinsi dan OPD KB Kab/Kota terbantu. Menggandeng mitra-mitra untuk membantu program Bangga Kencana.

Menurut data SSGI yang telah dirilis data stunted sebesar 24,4% turun 3,3% dari 27,7%. Ini berarti harus menurunkan sebesar 13% untuk mencapai target nasional di tahun 2024. Tinggal 2 (dua) tahun lagi, berarti setiap tahunnya harus menurunkan 7%.

Bangga Kencana adalah pendekatan milenial dalam mempersiapkan era Generasi Emas, saat Indonesia 100 Tahun kemerdekaannya.

Pendekataan ini menempatkan Pembangunan Keluarga (BANGGA) menjadi dikedepankan, setelah era Kependudukan (dengan sukses migrasi lewat Transmigrasi) dan Program KB/Keluarga Berencana (dengan sukses menurunkan TFR dari 5,8 ditahun 1970, dan kini menjadi 2,24 turun terus dari 2,4 hasil SDKI 2017) yang disebut KENCANA.

Dalam menghadapi tantangan Program belakangan ini seperti Pelayanan KB yang "terganggu Pandemi Covid-19", Vaksinasi Keluarga, Pencegahan Stunting, Penyiapan Tim Pendamping Keluarga (risiko Stunting), membangun Kemitraan yang kuat dan semua yang terkait, BKKBN menerapkan  Budaya Kerjanya yaitu KEREN yang dibaca dari 3 huruf KRN.

Pertama, K: Kerja Tuntas. Artinya SDM BKKBN perlu menunjukan sikap bertanggung jawab, disiplin, bekerja efektif dan efisien, transparan, memberikan hasil terbaik, dapat bekerjasama, tepat waktu dan memiliki inovasi dan kreativitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun