Oleh karena itu, maka kepercayaan harus dibangun dengan baik. Karena jika TEO tidak terbangun, maka rumah tangga akan bermasalah. Dan resikonya ketahanan keluarga prajurit menjadi rentan. Efeknya akan simultan dengan rapuhnya ketahanan nasional.Â
Keluarga prajurit tidak dapat mengambil suatu keputusan dengan kemauannya sendiri. Apalagi dengan teori dan pikirannya sendiri. Â Karena keluarga prajurit sebagai sub sistem dari ketahanan nasional, apabila tidak mengikuti regulasi dan aturan yang berlaku, akan mempengaruhi ketahanan nasional.Â
Dilihat dari aspek medis, kondisi psikologis dan psikososial dari prajurit dan keluarga prajurit juga memerlukan perhatian. Terutama apabila terjadi kondisi yang menyebabkan traumatik seperti meninggal karena sakit atau gugur dalam tugas. Faktor kekuatan berupa keyakinan akan kesembuhan yang didapat akan suatu terapi adalah kekuatan utama penyembuhan. The power of Midset adalah faktor utama yang bersifat sugesti postip yang memberikan kekuatan untuk menerima takdir terbaik apapun itu sebagai keluarga prajurit.Â
Demikian pula halnya dalam perspektif prajurit sebagai garda terdepan Ketahanan Nasional. Keyakinan dan kesiapan menerima resiko bagi keluarga prajurit merupakan mindset dasar dan terpenting untuk mendukung keberhasilan tugas para prajurit.Â
Bisa dibayangkan apabila keluarga prajurit semisal awak Nanggala 402 tidak siap "menghantar" suami, ayah, atau anak mereka masuk kedalam badan kapal selam, Â tentu tidak akan ada satu pun prajurit yang berjalan tegap memasukinya. Teringat pesan seorang prajurit awak kapal selam pada keluarganya: Â "ketika kapal mulai menyelam maka kita sudah siap untuk mati, berdoa saja supaya kami selamat".Â
Oleh karena itu diperlukan sebuah support group pada keluarga prajurit untuk membangun sistem ketahanan keluarga di dalam mendukung tugas suami, ayah, atau anak mereka bertugas. Saling dukung , taat prosedur dan  saling mempercayai akan menjadi kekuatan besar pada psikologis dan emosional prajurit. Sehingga mereka dapat menjalankan tugas dengan tenang.Â
Ketahanan Keluarga ini tentunya tidak bisa hanya dituntut dari pihak keluarga tetapi juga harus didukung oleh Negara dengan berbagai jaminan pemenuhan kebutuhan keluarga.Â
Prajurit adalah seorang anak, suami, dan juga seorang ayah bertanggung jawab di dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Kebutuhan primer tersebut adalah pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan. Hal-hal seperti ini harus sudah terjamin melekat saat sang prajurit menandatangani kontrak "mati". Dan di negara Indonesia, keterjaminanan atas hal itu , sudah termaktub saat menandatangi perjanjian menjadi prajurit sesuai aturan perundang undangan yang berlaku.Â
Sehingga prinsip keluarga prajurit yang tangguh, kuat dan tabah, disertai ketaatan dan kepatuhan keluarga pada aturan yang berlaku, akan menjamin prajurit menjadi fokus terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya. Keluarga prajurit, terutama istri prajurit harus dapat melakukan kegitan yang produktif  dan positif, saat ditinggal oleh suami dalam medan tugas. Â
Dan yang terpenting adalah membangun mental spiritual keluarga prajurit. Terutama untuk memahami makna hidup sabar dan ikhlas menerima kondisi apapun. Maka hal ini akan meminimalisasi stress pada keluarga.
Memang bukan hal yang mudah. Namun hal ini sudah harus dikomunikasikan sedari awal saat akan menikah. Dan dijaga keberlangsungannya , selama pernikahan.Â