Mohon tunggu...
Dr Leila Mona Ganiem
Dr Leila Mona Ganiem Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi dan Konsultan Komunikasi

Doktor Ilmu Komunikasi, Wakil Ketua Umum Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia. Saya menikmati penjelajahan berbagai isu terkait komunikasi, baik korporat, kesehatan, antarpribadi, dan antarbudaya. Yuk, Belajar Bersama dan Majukan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kasus Lady: Harus Tetap Kuliah dan Pentingnya Komunikasi Efektif, Empati, Serta Refleksi dalam Pendidikan Kedokteran

18 Desember 2024   07:20 Diperbarui: 18 Desember 2024   10:32 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Dr. Leila Mona Ganiem

Insiden yang melibatkan Lady Aurellia, seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK), telah memicu perbincangan luas di media sosial. Dugaan penganiayaan terhadap dokter koas oleh sopir keluarga Lady menjadi titik panas yang menarik perhatian publik.

Sayangnya, diskusi yang berkembang justru memperkeruh suasana dan menimbulkan berbagai opini negatif yang menyerang individu dan keluarganya, bukan ke arah penyelesaian yang menentramkan.

Tak dapat disangkal, kasus ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya komunikasi efektif, tekanan dalam pendidikan kedokteran, dan dampak buruk opini publik yang tak terkendali.

Komunikasi yang Gagal dan Tekanan dalam Pendidikan Kedokteran

Pendidikan kedokteran bukanlah perjalanan yang mudah. Mahasiswa kedokteran diharapkan menjalani proses panjang yang menuntut pengorbanan waktu, tenaga, dan biaya yang sangat besar. Jadwal piket koas yang padat, terutama pada hari libur besar seperti Natal dan Tahun Baru, sering kali menjadi tantangan tersendiri.

Dalam kasus Lady, keberatan keluarga terhadap jadwal tersebut tampaknya memicu konflik yang berujung pada insiden penganiayaan.

Situasi ini menunjukkan betapa pentingnya komunikasi efektif dalam menyelesaikan masalah. Alih-alih menggunakan cara kekerasan atau tekanan emosional, semua pihak, termasuk mahasiswa dan terutama keluarga, perlu mengedepankan dialog dan mediasi.

Mahasiswa FK, sebagai calon dokter, juga perlu belajar menghadapi tekanan dengan bijak, karena profesi dokter menuntut kemampuan komunikasi yang baik dan empati tinggi dalam berbagai situasi sulit.

Memang, beban akademik dan tuntutan profesi sering kali membuat mahasiswa kedokteran kehilangan waktu pribadi. Ketidakseimbangan ini dapat memengaruhi kesehatan mental dan hubungan sosial mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun