Cerita warga Kota Satelit yang mayoritas mengalami perubahan yang sangat menohok dan nyata. Kota Satelit kota yang aktif dan produktif, tentunya memiliki warga pekerja keras yang dewasa ini didominasi oleh kebutuhan.Â
Kebutuhan akan vitamin D, yaitu "duit" dan C, yaitu "cash", yang mengharuskan warga Kota Satelit berkelahi dengan waktu.Â
Demi sebuah impian yang kerap menganggu tidur, tak sedikit diantara mereka tak sempat nikmati hidup. Mereka bak dipaksa pecahkan karang, lemas jari terkepal.Â
Warga Kota Satelit yang wajahnya remaja, moodnya balita dan pinggangnya lansia, mereka memasuki level remaja jompo.Â
Mereka harus bangun pagi-pagi buta bersiap untuk ke kantor dengan waktu tempuh rumah ke kantor 2 jam dengan kendaraan umum, artinya pulang pergi mereka harus menghabiskan waktu 4 jam dari 24 jam di perjalanan.Â
Tiba di rumah mandinya saja saat lewat maghrib, ditambah pekerjaan lainnya dan tanggungjawab lainnya setiba di rumah hingga tidur larut malam.
Tak jarang mereka sendiri bingung akan kondisi yang sedang mereka alami. Mereka merasa sebelumnya badan terasa kuat seperti tiang cor-coran, jarang sakit. Tapi belakangan ini mereka merasa badannya seperti kerupuk yang tersiram air.Â
Gejala
Keluhan yang paling sering dari cerita warga Kota Setelit diantaranya adalah sering mengeluh badan sakit, sebentar-bentar rasanya badan sakit, sering pusing atau puyeng, sakit kepala, andai dihitung sepertinya dua hari sekali sakit.Â