Mohon tunggu...
dr HelgaYolanda
dr HelgaYolanda Mohon Tunggu... Dokter - Medical Doctor

Follow, Komen dan Like ya.. Aktivis pendidikan anak| Mompreneur, Owner Brand Skincare|Batik enterpreneur| Founder a Preschool and Kindergarten| Certified Counselling Child and Adolescents| Certified Early Childhood and Care Education| Certified Hypnosis and Hypnotherapist| Certified Professional Fengshui Master| Certified Tarot Card Reading Masterclass

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Istilah Salah yang Terancam Punah

12 November 2024   22:27 Diperbarui: 12 November 2024   22:34 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan hanya musim hujan, nampaknya juga musim mencari kesalahan orang lain. Mengalihkan issue dengan mencari kesalahan orang itu memang sedang trending. Lampu Penerangan Jalan yang sudah satu bulan padam tak kunjung ada perbaikan. Suatu ketika datang petugas memperbaiki lampu itu, cerita si bapak yang memperbaiki lampu jalan, ada warga yang melapor. Lampu jalan pun sudah menyala dnegan terangnya hanya saja warnanya putih bukan kuning. Pemimpin daerah setempat langsung bertindak mengganti lampu tersebut dengan warna kuning di hari yang sama dan terus melontarkan dengan lantang, siapa sih yang lapor, berkali-kali dengan emosi.

Sebaiknya, berterimakasihlah kepada warga yang melapor sudah membantu menangani lampu penerangan jalan. Walau bantuan tersebut tidak sesuai dengan seharusnya atau keinginan. Paling tidak usaha warga melapor dan lampu jalan menyala, membantu pengguna jalan lainnya, mencegah bahaya pengguna jalan pada malam hari.

Tak hanya di lingkungan masyarakat, di lingkungan pendidikanpun sama. Singkat cerita si Anto menjadi korban sepatu melayang oleh si Tono, si Tono adalah anak kepala sekolah. Mereka didamaikan saat itu juga, dimana berujung dengan interogasi dan gebrakan meja yang dilakukan wakil kepala sekolah sebut saja Pak Eko. Menurut Pak Eko sikapnya hanya bentuk mendisiplinkan anak karena si Anto selaku korban tidak mau menjawab pertanyaannya Pak Eko yang menanyakan mau berteman dengan si Tono apa tidak. Hal ini membuat pengaruh besar terhadap mental si Anto yang usianya belum genap 7 tahun di bangku kelas 1 SD.  Si Anto masuk rumah sakit dan mengalami depresi. Berbagai bukti dam pelaporan dilakukan orang tua Anto, sayangnya pihak sekolah malah mencari kesalahan Anto dan saudara kandung Anto yang lain. Masalah lain saudara Anto pun dibahas. Sebaiknya pihak sekolah memberikan rekaman CCTV pada saat kejadian Pak Eko menginterogasi Anto dan Tono, bukan "menjatuhkan" orang lain.

Menjadi sebuah pelajaran bersama bahwa mengakui kesalahan bukan hal memalukan, mengakui kesalahan tidak membuat kepala terlepas dari leher dan meletakkan kepala di kaki orang lain. Bukankah kita selalu berdoa memohon ampun kepadaNya atas kesalahan dan dosa-dosa kita? Semoga kita semakin baik dalam berkehidupan. Terkadang kita menang, terkadang kita harus belajar. Jangan malu untuk mengakui salah dan segeralah minta maaf! Tuhan saja maha mengampuni. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun