Seorang wanita, 24 tahun, datang ke praktik saya, dengan keluhan anyang-anyangan (rasa tidak nyaman, nyeri, dan panas) saat berkemih sejak 2 minggu sebelum memeriksakan dirinya. Frekuensi buang air kecilnya pun menjadi sering, dengan jumlah urin yang sedikit. Ternyata penderita tersebut adalah pengantin (yang relatif) baru, karena baru 3 bulan menikah. Nyonya muda tersebut juga mengeluhkan adanya keputihan yang terus-menerus sejak 2 bulan. Keputihannya terasa gatal dan berbusa.
Saya kaget karena pertanyaannya: Bolehkah berhubungan seks saat sedang mengalami keputihan?
Rupanya karena masih pengantin baru, "arus listrik" suaminya begitu kuat, sehingga si nyonya harus melayaninya, meskipun sedang keputihan (suaminya sering mendesak). Sang suami mengatakan bahwa tidak ada gangguan kesehatan akibat hubungan seks selama keputihan, asalkan tidak berhubungan seks saat sedang menstruasi. Hasil pemeriksaan urin dan darahnya di laboratorium menunjukkan bahwa ia menderita infeksi saluran kemih (ISK); topik yang sudah pernah saya bahas pada waktu lalu disini; yang mungkin disebabkan adanya keputihan. Penderita ini, karena malu, menolak dikonsultasikan pada dokter spesialis kandungan saat itu, karena dokternya pria.
Apa yang dimaksud dengan Keputihan?
Istilah keputihan biasanya mengacu pada peningkatan jumlah cairan dari vagina yang bukan berupa darah. Jadi, walaupun disebut keputihan, warna cairannya bisa kuning, hijau, abu-abu, dan sebagainya, asalkan bukan darah.
Keputihan berasal dari cairan vagina. Cairan ini dibuat oleh kelenjar-kelenjar di dalam vagina dan dalam serviks uteri (leher rahim). Fungsi cairan ini untuk membawa sel-sel dinding vagina yang telah menua dan mati, serta mengangkut bakteri yang mati dalam vagina. Hal ini membuat vagina bersih dan membantu mencegah infeksi.
Namun para wanita menggunakan istilah keputihan untuk menyatakan pengeluaran cairan vagina tidak biasa, yang membuat rasa tidak nyaman, termasuk perubahan sifat-sifat cairan tersebut, yang mengacu pada perubahan jumlah (volume) cairan, warna, konsistensi (kekentalan) dan bau dari cairan tersebut.
Keputihan dibagi dua jenis, yaitu:
- Keputihan yang alamiah, yang terjadi karena proses-proses normal dalam tubuh.
- Keputihan yang patologis, yang terjadi karena penyakit atau kondisi tertentu.
Yang membedakan kedua jenis keputihan ini ialah:
- Rasa nyeri atau tidak nyaman atau adanya gejala pada keputihan patologis.
- Jumlah cairan lebih banyak pada keputihan karena penyakit (patologis).
- Terdapat perubahan sifat (karakter) cairan seperti perubahan warna, bau, konsistensi (encer atau kental atau menggumpal), berbusa atau tidak.
Keputihan Yang Alamiah (Fisiologis):
Beberapa faktor fisiologis (alamiah, normal) yang dapat menyebabkan keputihan adalah: ovulasi (pelepasan sel telur; biasanya terjadi pada waktu pertengahan siklus menstruasi), saat kehamilan, stres emosional, waktu gairah seks yang meningkat, dan lain-lain. Secara umum, keputihan normal terlihat berwarna putih atau transparan, tanpa bau menyengat atau tidak berbau, encer, walaupun sesekali ada gumpalan putih yang tidak pekat, berisi sel-sel vagina yang telah menua dan mati. Tentu saja keputihan yang normal tidak menimbulkan gejala atau rasa tidak nyaman, serta tak banyak jumlahnya.