A. Â Pendahuluan
Para pakar kedokteran percaya bahwa dengan meningkatnya konsumsi makanan cepat saji dan lemak jenuh yang tinggi ditambah dengan kurangnya seseorang bergerak atau jarang berolahraga, maka jumlah penderita penyakit jantung koroner (PJK) akan bertambah dengan pesat.Â
Di Indonesia prevalensi (persentase jumlah kasus dibagi jumlah penduduk setiap tahun) dari penyakit-penyakit metabolik degeneratif seperti: tingginya kadar kolesterol dan trigliserida, diabetes melitus, hipertensi, yang sering mengakibatkan penyakit jantung koroner, juga terus naik.Â
Pola makan yang westernized, sangat digemari oleh masyarakat kota-kota besar di Indonesia. Maraknya iklan melalui media masa elektronik, cetak, media sosial dan berbagai aplikas telepon genggam, berisi iklan makanan cepat saji, memompa pola hidup yang semakin bergantung pada makanan-makanan tersebut.Â
Tuntutan gaya hidup kota besar, yang menginginkan konsumsi makanan yang serba cepat, praktis, one-stop dan enak, plus kebiasaan kongkow-kongkow para pekerja dan anak-anak muda di cafe atau mini-market, membuat pola hidup kita semakin menjauhi akar budaya bangsa.Â
Pola konsumsi yang semakin mendekati pola di negara-negara Barat ini, perlahan tapi pasti membuat pola penyakit kita semakin menyerupai pola penyakit mereka. Kalau dulu yang terbanyak ialah penyakit infeksi / menular maka sekarang yang terbanyak adalah penyakit tidak menular / degeneratif  Â
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2013, didapatkan prevalensi penderita yang mengalami PJK sebesar 0,5 % (883.447 kasus), sedangkan data dari diagnosis dokter didapatkan prevalensi sebesar 1,5 % (2.650.340 kasus). Serangan jantung (infark miokard akut) adalah pembunuh nomor satu di Indonesia berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2010, yaitu sebesar 7,21 % dari seluruh kasus kematian karena penyakit.Â
Infark Miokard berarti kerusakan satu atau beberapa segmen otot jantung, yang disebabkan oleh terhambatnya pasokan darah. Kerusakan segmen otot jantung ini bersifat permanen (kematian ditingkat sel) dan tidak bisa digantikan lagi oleh sel-sel otot jantung yang baru. Hal ini terjadi karena sumbatan pada arteri koroner yang memasok darah ke otot jantung oleh bekuan darah dan lemak (Thrombus and Cholesterol Plaque).
Gejala-gejala "klasik" (khas) dari PJK ialah nyeri dada, seperti yang sudah saya sampaikan pada tulisan di Kompasiana yang berjudul: 'Cara Melakukan Pertolongan Awal Pada Penyakit Jantung Koroner dan Kadar Kolesterol Tinggi
B. Â Beberapa Hasil Penelitian Yang Mengejutkan
Pada PJK didapatkan beberapa hasil penelitian terkhir yang mengejutkan, yaitu:
1) Gejala Serangan Jantung Koroner (Infark Miokard) Akut pada wanita, seringkali tidak khas seperti gejala pada pria (nyeri dada yang khas sebagai gejala "klasik" serangan jantung, lebih jelas pada pria dibanding pada wanita)
Gejala penyakit jantung koroner akut yang menonjol pada wanita (dari penelitian terhadap 515 kasus serangan jantung koroner akut pada wanita) ialah:
- Sesak Napas (57,9%)
- Kelemahan (54,8%)
- Kelelahan yang tidak biasa (42,9%)
- Keringat Dingin (39%)
- Pusing (39%)
- Mual (35,5%)
- Nyeri / Rasa tidak nyaman yang berpusat di dada (30,5%)
2) Â Ternyata wanita lebih banyak terkena penyakit jantung dan gagal jantung, sedangkan pria lebih banyak terkena stroke.
C. Â Peringatan Dini Serangan Jantung Koroner (Gejala-gejala Alarm)
Karena serangan jantung koroner akut sering menyebabkan kematian atau kecacadan berupa gagal jantung' alangkah baiknya jika kita mengetahui adanya gejala-gejala alarm bahaya pada tubuh kita, sebelum terjadinya serangan jantung koroner akut.Â
Kita harus bersyukur pada Tuhan yang menciptakan SISTEM PERINGATAN DINI pada  tubuh, yang terjadi 1-2 bulan sebelum serangan jantung koroner akut. Beberapa GEJALA PERINGATAN DINI SECARA UMUM (baik pada pria maupun wanita) tersebut ialah:
1. Rasa Lemah (kurang bertenaga) yang tidak biasa terjadi, tidak pernah dialami sebelumnya. Gejala ini adalah gejala kunci, yang terjadi akibat berkurangnya aliran darah dan jumlah darah yang berdar pada suatu waktu, karena melemahnya daya pompa jantung untuk memasok darah ke seluruh tubuh.Â
Hal ini terjadi karena jantung kurang mendapatkan aliran darah yang membawa nutrisi dan oksigen, akibat penyumbatan pembuluh darah koroner (pembuluh darah yang memasok darah ke jantung). Akibat suplai darah yang berkurang ke seluruh tubuh inilah yang menyebabkan seseorang menjadi lemah, kurang bertenaga.
2. Nyeri kepala yang berulang-ulang, yang semakin sering dan semakin panjang durasinya. Kurangnya aliran darah ke jantung akan menghambat daya pompa jantung, sehingga membuat aliran darah ke kepala berkurang.Â
Perlu diingat bahwa usaha dan energi yang diperlukan jantung untuk memompa darah ke kepala harus lebih besar dibandingkan saat memompa darah ke organ-organ yang terletak lebih rendah darinya, karena harus melawan gaya gravitasi. Kurangnya aliran darah ke kepala akan menyebabkan nyeri kepala atau vertigo (pusing berputar) atau sempoyongan (faintness).
3. Banyak dan sering berkeringat dingin di berbagai bagian tubuh, kulit pucat adalah gejala alarm lainnya. Tanpa aliran darah yang adekuat dari jantung, tubuh anda mungkin terasa lembab, dingin, dan umumnya anda merasa tidak sehat. Hal ini terjadi akibat aktivasi sistem saraf otonom (simpatis) karena kekurangan pasokan oksigen.
4. Nyeri dada ringan yang tidak khas beberapa kali dalam 1 bulan, berdebar-debar (harap membaca tulisan saya tentang seperti apa nyeri ciri-ciri dada khas atau "klasik" karena penyakit jantung, pada tautan tulisan yang sudah disampaikan di atas) atau nyeri di area lain di tubuh anda seperti lengan kiri atas, belakang leher, punggung atas, dan bahu. Kalau anda mengalaminya, segera hubungi dokter spesialis jantung atau penyakit dalam untuk segera dilakukan pemeriksaan rekam listrik jantung (EKG) dan interpretasinya.
5. Rasa meriang, panas-dingin, seperti gejala flu yang lama, sekitar satu-dua bulan sebelum serangan jantung. Hal ini terjadi akibat menurunnya sistem imun / sistem pertahanan tubuh, karena sirkulasi darah yang tidak adekuat
6. Kelelahan konstan (fatigue), cepat capai, merupakan indikator kuat bahwa tubuh anda mengalami kekurangan pasokan darah. Ketika ini terjadi, tubuh akan mengalami ketidaknyamanan saat bekerja atau berolahraga.
7. Sesak nafasdan sering batuk, adalah gejala alarm lainnya yang perlu diperhatikan saat memprediksi kemungkinan serangan jantung. Setiap organ tubuh membutuhkan oksigen dan aliran darah yang adekuat, demikian juga dengan paru-paru anda. Ketika jantung anda mengalami penurunan daya pompa, maka paru-paru anda otomatis akan menurun fungsinya dan akibatnya terjadi gejala gangguan pernafasan.
8. Beberapa gejala pada saluran cerna termasuk mual, "sakit maag". perut kembung dan atau sakit perut, yang tidak biasa terjadi (belum pernah dialami sebelumnya), dengan frekwensi yang semakin sering dan durasinya semakin panjang, merupakan gejala-gejala yang harus anda ingat, untuk segera mengunjungi dokter.
Di atas, telah diutarakan bahwa gejala serangan jantung pada wanita sering bukan merupakan gejala "klasik" atau tidak khas. Ternyata gejala alarm sebelum serangan pada wanita pun agak berbeda dengan gejala-gejala alarm pada lelaki. Gejala itu ialah:
- Kelelahan yang tidak biasa (dialami oleh 70% wanita)
- Gangguan tidur (48%)
- Sesak napas (42%)
- Gangguan pencernaan (39%)
- Kecemasan dan Keringat Dingin (35%).
- Rasa Nyeri / Ketidaknyamanan di dada (30 %).
Jadi dalam hal gejala-gejala alarm pun, yang dapat memperingatkan seseorang akan terjadinya serangan jantung akut dalam 1-2 bulan kedepan, ternyata wanita lebih banyak persamaan gejala alarm nya dibanding pria (lihat persentase gejalanya)
E. Â Simpulan dan Penutup
Ada tiga gejala alarm utama serangan jantung koroner akut yaitu: Sesak nafas yang lama durasinya, Kelemahan yang berulang serta Kulit Pucat dan Keringat dingin yang sering dan banyak volumenya.
Kalau diizinkan, kita dapat membuat RUMUS PREDIKTOR (YANG MERAMALKAN) SEDERHANA seperti ini:
Faktor-Faktor Risiko PJK + Usia Tua + Gejala-gejala Alarm = Kemungkinan akan terjadi Serangan Jantung Koroner Akut dalam 1-2 bulan mendatang, khususnya pada wanita. Â
Tentu saja ini adalah FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG KASAR / MENTAH, karena sifat dari gejala ialah subyektif dan sangat individual, serta tidak bisa digeneralisasi. Tetapi paling tidak, hal ini dapat menjadi ACUAN DASAR untuk segera melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, dengan fokus ke sistem kardiovaskuler / jantung
Meskipun tidak khas karena subyektifitasnya tinggi dan sangat individualistik sifatnya; berbagai gejala alarm tubuh untuk terjadinya serangan jantung koroner akut seperti yang dipaparkan di atas, patut diperhatikan.Â
Hal ini karena masih tingginya angka kematian akibat serangan jantung koroner akut dan pola konsumsi kita yang semakin bergantung pada makanan cepat saji (sehingga risiko untuk mengalami serangan jantung koroner meningkat).Â
Kurangnya perhatian, waktu dan kesadaran kita untuk pemeriksaan kesehatan secara rutin dan berkala (karena kesibukan dan gaya hidup kota besar), serta tidak cukupnya pengetahuan kita tentang bahaya penyakit jantung koroner, juga berperan dalam peningkatan kejadian serangan jantung akut.
Berbagai gejala alarm diatas layak diperhatikan karena dapat mendorong orang melakukan tindakan pencegahan dengan segera memeriksakan diri ke pusat-pusat kesehatan yang lengkap fasilitasnya.Â
Layak dipergunakan karena dapat memberikan waktu 1-2 bulan bagi seseorang untuk segera menjalani terapi, jika ternyata benar ia mengalami penyumbatan pembuluh darah koroner, sehingga serangan jantung koroner akut dapat dicegahÂ
Gejala-gejala itu juga pantas diperhatikan oleh masyarakat yang tinggal jauh dari pusat-pusat pelayanan kesehatan dan pusat diagnostik jantung, yang individu-individunya memiliki berbagai faktor risiko penyakit jantung koroner (faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner dapat dilihat pada tautan tulisan saya diatas). Gejala-gejala ini merupakan petunjuk awal untuk segera memeriksakan diri ke pusat-pusat kesehatan yang lengkap fasilitasnya.
Gejala-gejala alarm tersebut, walaupun tidak khas dan juga mirip dengan penyakit lain, harus tetap diwaspadai, khususnya pada wanita; yang baik gejala alarm maupun gejala serangan jantung koroner akutnya, cukup berbeda dengan laki-laki.
Pertanyaan terakhir: Mengapa gejala penyakit jantung koroner pada wanita dan gejala alarmnya berbeda dengan pada laki-laki?Â
Jawabannya tidak jelas diketahui, diduga karena faktor hormon kewanitaan (estrogen), faktor paparan dengan polusi, dan seberapa beratnya pekerjaan fisik, dan respons terhadap stres fisik dan psikis, yang berbeda antara wanita dan pria.
Di lain waktu saya akan sampaikan tentang pemeriksaan-pemeriksaan prediktor serangan jantung koroner akut, yang jauh lebih obyektif, dengan menggunakan alat bantu diagnostik berteknologi mutakhir, selain pemeriksaan dari kateterisasi jantung (pemeriksaan baku emas diagnostik penyakit jantung koroner).
Salam Hormat dan Tabik! Â Â
Daftar Bacaan
- Kementerian Kesehatan RI, 2014. Info Datin: Situasi Kesehatan Jantung, (daring). 2 September 2017
- Kementerian Kesehatan RI, 2012. Buletin Jendela Datin: Penyakit Tidak Menular(daring)3 September 2017.
- Daily Health Post, June 29, 2016. How To Recognize a Heart Attack One Month Before It Happens, (daring) 3 September 2017.
- Singh M, January 4, 2017. Your Body Warns You a Month Before A Heart Attack -- Here Are 8 Symptoms To Be Aware Of, (daring)3 September 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H