Hipotensi jenis ini terjadi karena gangguan saraf otonom pengatur tekanan darah. Pada hipotensi neurogenik (HN), tekanan darah turun setelah seseorang lama berdiri. Mungkin terasa pusing, pingsan, atau nyeri yang menjalar sampai ke perut. Keadaan HN juga dapat terjadi sebagai akibat dari ketidaknyamanan, marah, atau ketakutan. Keadaan HN terutama mempengaruhi anak-anak dan orang dewasa muda. Penurunan tekanan darah pada HN tidak berlangsung lama dan sering teratasi setelah duduk.
Syok adalah kondisi yang mengancam jiwa, dimana tekanan darah turun sangat rendah, sehingga otak, ginjal, dan organ-organ vital lainnya tidak bisa mendapatkan cukup aliran darah untuk dapat berfungsi dengan baik. Tekanan darah turun secara mendadak, jauh lebih rendah dari nilai normal pada populasi
Tanda hipotensi berat yang berhubungan dengan syok
Pada keadaan ini, aliran darah dan oksigen ke organ-organ utama tubuh, termasuk otak, tidak mencukupi. Tanda awal dan gejala berkurangnya aliran darah ke otak meliputi pusing, kantuk, rasa dingin dan kebingungan. Dalam tahap awal, sering sulit terdeteksi. Pada orang tua, gejala pertama mungkin hanya kebingungan. Selanjutnya saat syok memburuk, ia akan kehilangan kesadaran.
Tanda dan gejala syok lainnya bervariasi, tergantung pada apa yang menyebabkannya, misalnya pada syok karena kehilangan cairan (dehidrasi) dan syok karena gangguan daya pompa jantung (syok kardiogenik), kulit menjadi dingin dan banyak berkeringat. Terlihat warna biru atau pucat di ujung-ujung jari, yang jika ditekan akan kembali menjadi normal secara lambat. Selanjutnya denyut nadi menjadi lemah dan cepat. Frekuensi pernafasan juga akan meningkat.
Pada syok vasodilatasi (pembuluh darah melebar secara tiba-tiba), misalnya syok karena alergi, seseorang mula-mula akan merasa hangat dan kulitnya memerah. Belakangan kulit menjadi dingin dan berkeringat, serta terasa mengantuk dan lemas.
D. APA SAJA PENYEBAB DARI BERBAGAI JENIS HIPOTENSI?
a. Hipotensi ortostatik
Keadaan ini memiliki banyak penyebab, terkadang dua atau lebih faktor yang bergabung menyebabkan kelainan ini
Dehidrasi adalah penyebab hipotensi ortostatik yang paling umum, yang terjadi jika tubuh kehilangan banyak cairan dari plasma darah yang bersirkulasi. Kita mungkin mengalami dehidrasi jika tidak cukup minum atau bila banyak berkeringat selama aktivitas fisik. Demam, muntah, dan diare berat juga bisa menyebabkan dehidrasi. Hipotensi ortostatik juga bisa terjadi selama kehamilan, dan hilang setelah melahirkan. Pada orang tua, pengaturan tekanan darahnya tidak sebaik pada orang-orang muda, sehingga sering terjadi kelainan ini.
Kondisi atau penyakit tertentu dapat meningkatkan risiko hipotensi ortostatik, termasuk:
- Kondisi jantung, seperti serangan jantung koroner, penyakit katup, bradikardia (denyut jantung yang melambat), dan keadaan gagal jantung.
- Anemia (kadar hemoglobin / pigmen sel darah merah dibawah normal)
- Infeksi berat, terutama bila kumannya telah menyebar ke seluruh tubuh (sepsis)
- Penyakit yang berhubungan dengan hormon (endokrin), seperti kelainan tiroid, penyakit Addison, glukosa darah rendah, dan diabetes melitus.
- Gangguan sistem saraf pusat, seperti penyakit parkinson.
- Emboli paru (masuknya bekuan darah dari bagian lain tubuh ke pembuluh darah besar paru)
- Obat-obatan seperti anti hipertensi dan obat jantung, anti disfungsi ereksi, dan pelebar pembuluh darah otak dapat meningkatkan risiko hipotensi ortostatik.
- Zat-zat lain, yang bila diminum dengan obat tekanan darah tinggi, juga bisa menyebabkan hipotensi ortostatik. Contohnya ialah alkohol, barbiturat.
- Faktor atau kondisi lain yang bisa memicu hipotensi ortostatik ialah sengatan panas matahari (heat stroke) atau lama tidak dapat bergerak (imobilisasi)
b. Hipotensi Neurogenik (HN)