Mohon tunggu...
Mangatas SM Manalu
Mangatas SM Manalu Mohon Tunggu... Dokter Spesialis Penyakit Dalam -

Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Mayapada Lebak Bulus, Jakarta Selatan & Klinik AIC, Kuningan City Mall - Jakarta. Instagram: https://www.instagram.com/mangatasm/ Twitter: https://twitter.com/#!/Komangatas3. Facebook: https://www.facebook.com/mangatasm

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Berobat ke Google, Hati-hati Salah Diagnosis Penyakit Lambung!

22 Februari 2017   00:12 Diperbarui: 10 November 2017   02:22 9998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: medicalnewstoday.com

Keadaan GERD harus dibedakan dengan serangan pada Penyakit Jantung Koroner (Acute Attack of Coronary Disease), yang biasanya menyerang orang usia diatas 40 tahun dengan berbagai faktor risiko jantung koroner, misalnya hipertensi, diabetes, tingginya kadar kolesterol darah dan trigliserida. Selain itu GERD juga harus dibedakan dengan gangguan kecemasan dan panik (panic attack), penyempitan esofagus, barbagai gangguan pada lambung dan usus 12 jari (gastritis, gastroduodenitis, polip lambung, dan lainnya), gangguan pada kandung empedu, kelenjar pankreas, hati bagian kiri, gangguan otot, tulang dan sendi di daerah rongga dada serta penyakit pada peparu dan sekat rongga badan (diafragma).

Untuk memastikan adanya GERD dan membedakannya dengan gangguan lain pada esofagus, lambung dan usus 12 jari, biasanya dilakukan pemeriksaan endoskopi, yang sekarang sudah banyak tersedia di rumah sakit kabupaten. Endoskopi dapat dilakukan oleh dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastro-entero-hepatologi, maupun oleh dokter spesialis penyakit dalam yang dilatih khusus untuk pemeriksaan tersebut. Jika fasilitas tersedia, maka selain dilakukan endoskopi, juga dilakukan biopsi bagian-bagian tertentu dari lambung. 

Pada sejumlah penderita, berbagai keluhan akibat GERD dapat dikurangi secara bermakna dengan terapi perubahan gaya hidup, namun pada kebanyakan orang memerlukan gabungan perubahan gaya hidup serta pemberian obat. Pada kasus-kasus yang berat atau yang tidak membaik dengan kedua jenis terapi diatas, mungkin diperlukan operasi untuk menguatkan cincin otot esofagus bawah yang melemah tersebut.

Terkontrolnya produksi asam lambung melalui perubahan pola hidup (lifestyle modification, termasuk di dalamnya mengatur dan mengubah pola makan serta berolahraga). Kedua hal tersebut (perubahan pola hidup dan obat-obatan) sebaiknya dilakukan secara bersamaan.

a) Perubahan pola hidup (lifestyle modification) yang bisa dilakukan adalah:

  • Hindari tidur berbaring dalam periode 2 jam setelah makan. Jika sehabis makan anda sangat mengantuk, tidurlah dengan posisi duduk,
  • Tidur dengan posisi kepala kira-kira 25 cm lebih tinggi dari badan,
  • Menghindari makan secara berlebihan / dalam porsi yang besar, makanlah dalam porsi yang kecil namun lebih sering, misalnya 3 kali makan besar (jam 07, 12.30, 18.30) dan 3 kali makan kecil berupa cemilan atau snack (jam 10, 15.30 dan 21.30. Makan jam 21.30 hanya berupa buah-buahan berserat misalnya bangkwang (dicacah) dan pepaya,
  • Menurunkan berat badan hingga mencapai berat badan ideal (bila anda mempunyai berat badan berlebih atau kegemukan).

b) Terapi GERD dengan obat-obatan, baik obat untuk menetralkan asam lambung seperti antasida, penurun produksi asam lambung dalam bentuk obat penghambat pompa proton lambung, misalnya omeprazole, lanzoprasole, pantoprasole serta obat antagonis reseptor histamin-2 seperti ranitidine, famotidine. Juga bisa diberi obat pelapis dinding lambung seperti sukralfat dan obat yang memperbaiki motilitas lambung (prokinetik), seperti domperidone.

Secara keseluruhan terapi GERD biasanya membutuhkan waktu yang relatif panjang, bisa sampai 2 bulan. Umumnya perkembangan penyakit dipantau oleh dokter setiap 1-2 minggu.

Sampai dengan 85 % kondisi GERD dapat ditangani dengan pemberian obat-obatan serta perubahan pola hidup seperti tertulis di atas. Sisanya (15 %) adalah penderita GERD yang tidak berhasil dengan kedua jenis terapi tersebut (terapi konservatif). Pada kondisi GERD yang gagal terapi konservatif, seringkali diperlukan terapi operasi guna memperbaiki kondisi katup antara lambung dan kerongkongan.

Ragam Penyakit Lambung Selain GERD
Ada beberapa hal penting yang ingin saya sampaikan di sini semoga bisa membantu masyarakat luas. Penyakit lambung bukan hanya GERD saja tetapi terdiri dari beberapa penyakit

Pada penyakit-penyakit lambung, bukan hanya diakibatkan oleh kadar atau jumlah asam lambung (faktor “agresif”) meningkat, tetapi juga bisa terjadi karena faktor “defensif”/pertahanan lambung (mukosa dan sekret mukosa lambung) yang menurun. Jadi tidak semua penyakit lambung diakibatkan produksi asam lambung yang meningkat.

Seringkali gangguan pada GERD menyebabkan orang cemas dan mengira bahwa sakit yang dialaminya adalah sakit jantung; tetapi sebaliknya, jangan sampai dikira penyakit lambung ternyata ada serangan jantung koroner yang bisa berakibat fatal jika terlambat ditangani. Jika seseorang yang berusia lebih dari 40 tahun, dengan berbagai faktor risiko jantung (diabetes melitus, hipertensi, merokok, obesitas, tinggi kadar kolesterol darah), mengalami gejala GERD, khususnya rasa panas di dada, maka segeralah ke dokter di rumah sakit, agar bisa dilakukan rekam listrik jantung (EKG) sebagai pemeriksaan penapis untuk serangan jantung koroner: jadi jangan langsung dianggap GERD.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun