Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ekspetasi Patrick Kluivert Kelak Tak Boleh Jadi Biang Alibi

14 Januari 2025   11:18 Diperbarui: 14 Januari 2025   14:43 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patrick Kluivert, pelatih baru Timnas Indonesia. Foto: Kompas. com/Antonius Aditya Mahen

Nama Patrick Kluivert menjadi perbincangan jagad sepak bola di tanah air. Pemilihannya sebagai pelatih pengganti Shin Tae-yong mengernyitkan dahi sebagian pecinta Timnas Garuda. 

Di balik itu ada rasa kecewa dengan pemecatan STY dan sekaligus sangsi dengan kualitas Kluivert dalam membawa Timnas Indonesia ke jalur yang tepat.

Ketika tiba di Indonesia untuk memulai perjalanannya sebagai pelatih timnas, Kluivert disambut dengan antusias sebagai manifestasi dari era baru Timnas Indonesia. Era baru itu bertujuan pada satu arah yakni mencapai Piala Dunia 2026.

Era baru itu sudah setengah jalan tercapai di masa kepelatihan STY. Peluang tembus ke Piala Dunia 2026 masih terbuka asalkan Indonesia meraih hasil positif pada empat laga tersisa. 

Dengan ini, Kluivert perlu melanjutkannya dan harapannya keberlanjutan itu terarah pada pemenuhan pada ekspetasi pecinta sepak bola di Indonesia, yakni bermain di Piala Dunia 2026.  

Namun, perlu disadari bahwa Kluivert pastinya menaruh ekspetasi tertentu dengan Timnas Indonesia. 

Apalagi skuad Timnas Garuda yang diwarisi oleh STY sebagian besar dihuni oleh para pemain naturalisasi yang nota bene berasal dan ditempah oleh iklim sepak bola negara Belanda.

Ketika ekspetasi Kluivert itu tak terjadi, boleh jadi ada keluhan yang bisa menjadikan alasan untuk membenarkan diri dan menanggapi kritikan publik. 

Untuk itu, ketika ekspetasi itu tak tercapai dengan hasil yang baik, sekiranya Kluivert tak menjadikannya sebagai alibi atau pun alasan.

Ketika itu terjadi, reputasinya sebagai pelatih Timnas bisa menjadi bahan kritik dari suporter sepak bola Indonesia. Bagaimana pun, Kluivert sebenarnya tiba sebagai pelatih dengan disambut beban reputasi STY yang masih enggan dilepas oleh tak sedikit suporter Indonesia.

Ya, Kluivert memang pernah mempunyai reputasi melatih timnas Curacao dan kisahnya tak begitu sukses. Lebih jauh, mantan pemain AC Milan dan Barcelona itu berasal dari iklim sepak bola yang berbeda jauh dengan Indonesia.

Perbedaan itu dimulai dari sistem pembinaan para pemain, iklim turnamen di dalam negeri, hingga mentalitas suporter dan pemain.

Pembinaan pemain sangatlah riskan dalam kultur sebuah tim sepakbola. Proses pembinaan itu menjadi penting lantaran itu bisa menjadi suplai dan pemasuk untuk Timnas ketika dibutuhkan. Namun, ketika proses pembinaan pemain tak menjawabi tuntutan itu, bisa jadi muncul kekecewaan tertentu.

Di sini, Kluivert perlu menyadari situasi tersebut. Boleh saja dia diwarisi dengan skuad pemain naturalisasi yang terbentuk dengan iklim dari luar negeri, namun hal itu tak berlaku untuk semua.

Keseimbangan tim belum teruji dengan baik. Di sini, perlu juga para pemain lokal yang bisa mengimbangi proses naturalisasi tersebut.

Oleh sebab itu, perlu ada kesadaran bahwa di balik ekspetasi tinggi Kluivert sebagai seorang pelatih, ada realitas yang perlu dihadapi dan diakui sebagai bagian dari kultur sepak bola di Indonesia. 

Kluivert sekiranya menepikan ekspetasi terlalu tinggi pada timnas yang sementara berjuang untuk masuk Piala Dunia 2026.

Yang perlu dibenahi saat ini adalah bagaimana mengevaluasi performa Timnas di masa STY secara komprehensif. Titik-titik lemah yang kerap muncul di era STY perlu diperbaharui agar bisa membangun timnas jauh lebih maju dari sebelumnya.

Sebagai suporter kita pastinya mempunyai ekspetasi pada Kluivert dan timnya di kursi kepelatihan Timnas Garuda. Di balik ekspetasi itu, juga Kluivert tentu saja memiliki ekspetasi tersendiri pada Timnas Indonesia.

Ekspetasi itu sekiranya tak boleh mengurung pola pikir Kluivert sebagai pelatih. 

Bagaiman pun, Kluivert perlu mencerna iklim sepak bola Indonesia agar ekspetasinya tak bertepuk sebelah tangan dan juga agar dia bisa menemukan solusi yang realistis dengan kondisi Timnas Indonesia yang sebenarnya.

Salam Bola

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun