Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Berharap Pengganti Shin Tae-yong Ikuti Jejak Sergio Conceicao di AC Milan

7 Januari 2025   13:40 Diperbarui: 7 Januari 2025   13:42 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemecatan Shin Tae-yong (STY) sebagai pelatih Tim Nasional Indonesia menjadi buah bibir pecinta sepak bola di tanah air dalam dua hari terakhir ini. Perbincangan seperti berada dalam dua titik antara pro dan kontra dengan keputusan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).

Pendapat-pendapat tersebut tak bisa terhindari. Menimbang, pada satu sisi, kontribusi STY untuk sepak bola Indonesia, yang mana saat ini sementara berada pada jalur yang tepat untuk membawa Indonesia masuk ke Piala Dunia 2026.

Pada titik lain, taktik STY juga tak luput dari kritikan. Ketersingkiran dari Piala AFF pada beberapa kesempatan yang lalu menjadi salah satu alasan untuk mengevaluasi STY. STY kelihatannya lebih bertaji ketika menerapkan skuad yang didominasi oleh pemain naturalisasi daripada para pemain lokal Indonesia.

Walau demikian, keputusan PSSI tetap sebagai sebuah perjudian besar. Pemecatan pelatih yang mempunyai andil besar dengan komposisi skuad saat ini menjadi tantangan serius untuk sepak bola Indonesia.

Skuad Garuda saat ini tak luput dari keputusan dan pilihan STY. Boleh dikatakan dengan metode perekrutan para pemain dengan cara naturalisasi, STY membangun sebuah klub dalam wajah timnas.

Perekrutan tersebut tak bisa lepas dari preferensi atau pun keputusan pelatih. Tak elak, dalam beberapa laga terakhir, STY lebih cenderung memainkan banyak para pemain naturalisasi dan mulai meminggirkan para pemain lokal.

Bahkan para pemain naturalisasi tak begitu membutuhkan waktu lama untuk menjadi pemain regular timnas dan menyingkirkan para pemain yang sudah lebih lama menjadi bagian timnas. Makanya, sentuhan STY untuk skuad Garuda Senior saat ini sangat kental.

Konsekuensi lanjutnya adalah pelatih baru harus memiliki kemampuan untuk menguatkan warisan skuad STY. Bongkar-bangkir para pemain bisa menjadi persoalan lanjutan untuk pengganti STY. Efek lebih lanjutnya, hal itu bisa menjadi pil pahit bagi PSSI yang untuk saat ini dinahkodai oleh Erick Thohir.

Ya, pengganti STY harus menjadi sosok yang tepat. Harapan pencinta sepak bola Indonesia tak boleh dikandaskan oleh keputusan yang relatif agak mengejutkan. Lebih jauh, performa Timnas Indonesia sekiranya lebih menguat daripada masa-masa kepelatihan STY.

Oleh sebab itu, tak berlebihan untuk belajar dari keputusan AC Milan yang memecat Paolo Fonseca dari kursi pelatih dan menggantikannya dengan Sergio Conceicao. Keputusan barangkali terlalu dinih apabila menimbang masa kerja Fonseca yang belum terlalu lama.

Akan tetapi, keputusan itu menjadi benar ketika melihat dan mencermati bagaimana Milan menjadi juara Piala Supercoppa Italia di stadion Al-Awwal Park, Arab Saudi (7/1/25). Milan berhasil mengalahkan rival sekotanya Inter Milan dengan skor 3-2.

Padahal, derby satu kota tersebut merupakan laga kedua Conceicao sebagai pelatih Milan. Namun, pelatih asal Portugal itu langsung memberikan efek instan dan impresif untuk Milan.

Tak pelak, tak ada penyesalan dalam mengambil keputusan untuk memecat Fonseca di awal tahun ini lantaran Conceicao langsung memberikan bukti dengan mempersembahkan trofi.

Dua laga di Arab Saudi dalam ajang Supercoppa Italia menjadi momentum berharga bagi Conceicao sebagai pelatih baru Milan. Di laga perdana, Milan menundukkan Juventus (2-1).

Kemenangan itu membuat Conceicao mampu melewati ujian perdana dan kemudian mengalahkan Inter di partai pemungkas sebagai penggenapan kepantasannya sebagai pelatih Milan.

Situasi di Milan tersebut bisa menjadi harapan yang berada di pundak pelatih baru Indonesia. Apabila dikalkukasi, Timnas Indonesia mempunyai empat laga krusial untuk bisa tembus ke Piala Dunia 2026.

Paling tidak, pelatih baru harus langsung memberikan efek instan dan impresif. Sistem uji coba skuad bukanlah pilihan karena beresiko pada performa permainan timnas dan juga hasil yang tercapai di lapangan.

Hanya satu kata yang berada di pundak pelatih baru adalah hasil. Kehadirannya langsung memberikan efek instan sebagaimana Sergio Conceicao dalam mempersembahkan trofi Supercoppa hanya dengan menjalani dua laga perdana sebagai pelatih Milan.

 

Salam Bola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun