Chelsea terus menunjukkan dominasinya di Europa Conference League setelah menang 5-1 kontra klub asal Irlandia Utara, Shamrock Rovers F. C. (5-1) (20/12/24) di stadion Stamford Bridge, London, Inggris. Kemenangan itu menempatkan Chelsea di puncak klasemen sementara kualifikasi grup dan menjaga kesempurnaan kemenangan Chelsea dalam turnamen tersebut.
Dari enem laga di Confrence League pada babak kualifikasi, Chelsea meraih 100 persen kemenangan. Catatan positif itu pun mengantarkan Chelsea melaju ke babak 16 besar dan menguatkan status favorit pengangkat trofi di akhir musim.
Adalah pemain berusia 18 tahun, Marc Guiu menjadi bintang Chelsea dalam laga tersebut. Pemain asal Spanyol itu mencetak hattrick dan itu dibuat pada babak pertama. Tiga gol itu menambah koleksi gol Guiu di Europa Confrence League, yang mana Guiu sudah mencetak 6 gol dalam kompetesi kasta ketiga di benua Eropa tersebut.
Guiu merupakan salah satu bagian dari proyek Chelsea di tangan pelatih Enzo Maresca pada musim ini. Dibeli dari Barcelona, Guiu terlihat bukan dijadikan sebagai pilihan utama di tengah persaingan ketat di lini depan Chelsea. Guiu harus rela untuk berada di bangku cadangan dan menjadi pilihan kedua, dan bahkan ketiga di belakang Nicolas Jackson dan Christopher Nkunku.
Kendati demikian, Maresca jeli dalam membagi waktu bermain para pemain. Dengan komposisi pemain yang begitu komplit, Maresca mempunyai keistimewaan dalam melakukan rotasi pemain. Pola rotasi itu pun memberikan peluang dan manfaat kepada pemain cadangan, seperti Guiu.
Terbukti, saat bermain kontra Shamrock Rovers, Maresca melakukan rotasi pemain secara besar-besaran. Hanya Marc Cucurella dan Noni Madueke, dua pemain yang dimainkan akhir pekan lalu kontra Brentford diturunkan kontra Shamrock. Selebihnya, Maresca memainkan para pemain pelapis.
Dengan ini, kedatangan Guiu ke Chelsea bukanlah kesia-siaan. Jadwal kompetesi yang makin ketat dan padat membuat kesempatan bagi Guiu bisa mendapatkan jam bermain.
Keputusan Chelsea membeli Guiu dari Barcelona pada awal musim terlihat sudah membuahkan hasil. Guiu dibeli bukan karena surplus pemain di kubu Barca yang banyak mengorbitkan para pemain muda dari akademi La Masia, tetapi karena memang Guiu mempunyai potensi yang bisa dibangun.
Menilik performa Guiu sejauh ini seperti mengulang kembali langkah Chelsea membeli Cole Palmer dari Manchester City pada musim lalu. Man City tampak tak berpikir panjang membiarkan Palmer dilego ke Chelsea, walaupun pemain asal Inggris itu sebenarnya sudah menunjukkan kualitasnya lewat gol-gol di beberapa laga penting.
Kekurangan jam bermain menjadi kesempatan Chelsea masuk dan menggaet Palmer. Tak terlalu membutuhkan waktu lama bagi Chelsea dalam meyakinkan Palmer. Kesabaran menjadi kunci awal Palmer di Chelsea, yang mana dia tak langsung menjadi pilihan utama.
Kesabarannya berbuah hasil. Krisi lini depan karena cedera di masa pelatih Maurico Pocchetino membuka tempat untuk Palmer. Pelan tetapi meyakinkan, Palmer menjelma sebagai salah satu penyerang tajam bak "pembunuh berdarah dingin" di depan gawang lawan.
Hal yang sama bisa juga berlaku bagi Guiu. Menimbang performa Guiu sejauh ini, Barca barangkali harus gigit jari membiarkan salah satu pemain berpotensial itu hengkang ke Inggris.
Mantan gelandang Chelsea, Joe Cole ikut berkomentar tentang performa Guiu kontra Shamrock Rovers. Melansir berita dari BBC Sports (20 Desember 2024), Cole juga mempertanyakan mengapa Barca mau merelakan Guiu pergi. Bahkan, Cole meyakini bahwa dalam rentang waktu dua musim kedepan, Guiu akan menjelma sebagai pemain bernomor 9 yang meyakinkan.
Guiu sebenarnya salah satu pemain yang diorbitkan di era pelatih Xavi Hernandes. Namanya naik daun ketika berhasil mencetak gol cepat setelah 33 detik masuk ke lapangan pada menit ke-79. Gol tunggal itu memberikan kemenangan 1-0 untuk Barca atas Athletic Bilbao pada Oktober 2023 lalu.
Namun, kesempatan bermain begitu minim di Barca. Ditambah lagi ada keraguan dari kubu Barca tentang potensi Guiu untuk menjadi pemain bernomor 9 menggantikan peran Robert Lewandowski. Malahan, Barca lebih memilih Pau Victor dari Girona sebagai striker daripada mempertahankan Guiu.
Makanya, negosiasi dengan Chelsea berjalan tanpa rintangan. Situasi Guiu di Barca menjadikan pintu keluar terbuka lebar dan Chelsea juga tak begitu kesulitan bernegosiasi dengan Barca.
Ironisnya, saat ini Barca mengalami krisis lini depan. Lewandowski mengalami kemunduran di beberapa laga terakhir, termasuk saat Barca dikalahkan 1-0 kontra Leganes di kandang sendiri akhir pekan lalu. Terlihat Hansi Flick tak memiliki opsi yang tepat menggantikan posisi Lewandowski lantaran Ferran Torres juga kadang tak tampil konsisten.
Performa Guiu bersama Chelsea, terlebih khusus di Confrence League menunjukkan bahwa dia berada di tempat yang tepat. Chelsea sementara mengasahnya menjadi salah satu penyerang yang bisa menjadi buah bibir laiknya Cole Palmer.
Tentu saja, masih banyak waktu bagi Guiu membuktikan kualitasnya. Kesempatannya sudah ada dengan dimainkan di Confrence League secara regular. Dengan performa yang konsisten di Confrence League, kesempatan untuk bermain di Liga Inggris itu pasti datang pada waktu yang tepat.
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H