Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Efek Ketokohan Lebih Kuat daripada Partai Politik

28 November 2024   12:11 Diperbarui: 28 November 2024   13:53 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu, paslon Dharma-Kun dengan 10.49 persen berada di tempat ketiga. Paslon ini muncul dari kalangan independen.

Sementara itu, di Jateng yang melibatkan dua paslon, Ahmad Lufhti-Taj Yasin Maimomen unggul 59.30 persen atas Andika Perkasa-Hendrar Prihadi yang mempunyai suara 40.70 persen.

Lufhti-Yasin didukung oleh 9 partai politk dan Andika-Hendrar hanya dijagokan oleh PDI-P. Hasil perhitungan cepat menunjukkan bahwa PDIP tunduk di wilayah yang sudah identik dengan basisnya.

Padahal, Jateng juga pernah dipimpin oleh Ganjar Pranowo yang merupakan kader PDI-P dan sekaligus capres yang diusung PDIP pada Pilpres 2024.

Hasil perhitungan cepat pada pilkada yang berlangsung di Jakarta dan Jateng itu terlihat bahwa peran partai politik belum tentu berefek pada elektabilitas. Terlihat pemilih condong memilih karena ketokohan dari sosok yang ditempatkan sebagai calon kepala daerah, sekaligus sosok yang berada di belakang para calon tersebut.

Misalnya di Jakarta, dukungan Ahok dan Anies Baswedan bisa menjadi salah satu faktor pendukung kemenangan Pramono-Rano. Anies dan Ahok mempunyai rekam sejarah politik dan basis kuat di Jakarta. Keduanya sama-sama mantan gubernur Jakarta.

Ahok yang merupakan kader PDIP pastinya mendukung Pramono-Rano di Jakarta. Sementara itu, Anies yang tak dipilih oleh partai politik mana pun untuk terlibat di kontestasi Pilkada Jakarta juga mendukung Pramono Anung-Rano Karno di Jakarta.

Seperti terlansir di Kompas.com (22 November 2024), Anies secara terbuka menyatakan dukungannya untuk Pramono-Rano dan berharap pasangan bernomor urut tiga itu melanjutkan program-program kerja yang telah dilakukan oleh gubernur sebelumnya.

Di sini, pemilih tak begitu peduli apakah Pramono-Rano didukung oleh PDIP ataukah tidak. Pasalnya, PDIP pernah kalah di Jakarta sewaktu di era Ahok. Boleh jadi, pemilih cenderung melihat dan mempertimbangkan dukungan para tokoh seperti Anies dan Ahok yang memberikan dukungan kepada Pramono-Rano.

Sama halnya dengan di Jateng. Pengaruh PDIP terlihat tak begitu berarti ketika membandingkan pengaruh ketokohan Joko Widodo yang memberikan dukungan secara terbuka kepada Luthfi-Yasin. Bahkan, dukungan yang sama juga hadir dari Presiden Prabowo Subianto untuk Luthfi-Yasin.

Menariknya, efek Jokowi terlihat tak begitu berpengaruh di Jakarta. Jokowi sendiri memberikan dukungan untuk Kamil-Suswono di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun