Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Masalah Lama Barcelona Kembali Bersemi dan "Mood" Real Madrid "On Fire"

25 November 2024   09:25 Diperbarui: 25 November 2024   10:08 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika Para pemain Barcelona merayakan gol Robert Lewandowski. Foto: AFP/Pierre-Philippe Marcou via Kompas.com

Duo raksasa La Liga Spanyol, Barcelona dan Real Madrid mengalami nasib berbeda pada pekan ke-14 lanjutan Liga Spanyol 2024/25. Barca yang berstatuskan pemuncak klasemen sementara Liga Spanyol ditahan imbang Celta Vigo (2-2) dan Madrid menang besar kontra Leganes (3-0). Gegara hasil itu, kedua tim terpaut empat poin dan Madrid masih memiliki satu tabungan laga tersisa. 

Masalah Lama Barca

Barca kembali tersandung. Setelah pada pekan ke-13, Barca kalah 0-1, tim asuhan Pelatih Hansi Flick itu kembali kehilangan poin dalam dua laga berturut-turut. Akibatnya, jarak dengan pesaing terdekat, Madrid kian mendekat. 

Hasil imbang Barca kontra Celta Vigo cukup menyakitkan lantaran Barca sebenarnya sudah unggul 2 gol. Keunggulan itu pupus sejak Marc Cassado diganjar kartu merah. Alih-alih tampil waspada karena kehilangan satu pemain, Robert Lewandowski dan kawan-kawan malah kecolongan. 

Berawal dari kesalahan fatal bek Jules Kounde. Kounde bermaksud mengoper bola ke penjaga gawang. Namun, operannya itu terbilang lemah sehingga terjangkau oleh A. Gonzalez. Gonzalez tak menyia-nyiakan peluang tersebut hingga mencetak gol. 

Lalu, tak butuh lama bagi Celta Vigo mencetak gol kedua. Hanya dua menit berselang, H. Alvarez mencetak gol. Lagi-lagi lini belakang Barca kecolongan sehingga tak bisa mengantisipasi gol cepat Celta Vigo. 

Hasil itu pun seperti membawa Barca pada masalah lama. Tingkat konsentrasi para pemain Barca terlihat rapuh. Kembali gampang ditundukkan oleh tim-tim medioker ataupun kebobolan di Liga Spanyol. 

Padahal, hingga pekan ke-11, Barca tampil cukup impresif baik di lini depan maupun di lini belakang. Performa tersebut terlihat perlahan tergerus. Lini depan seperti kehilangan daya gedornya, dan lini belakang tampil tampak keropos. 

Hal itu menjadi wajah yang begitu kuat pada musim-musim sebelumnya. Barca tampil seperti tim medioker yang gampang dibobol oleh tim-tim lain. 

Dengan itu, Flick pun harus putar otak untuk mengembalikan performa timnya pada jalur yang tepat. Paling tidak, Flick membangkitakan kembali semangat Barca yang pernah terbangun sejak awal musim, di mana Barca tampil begitu agresif dalam menjebol gawang lawan, sekaligus solid dalam meladeni permainan menyerang lawan. 

Hal itu yang terlihat dari wajah Barca dalam dua laga terakhir. Salah satu sebabnya adalah upaya Flick dalam melakukan rotasi pemain. Tak bisa dielak bahwa rotasi kadang mengganggu keseimbangan tim sehingga berujung pada performa yang tak begitu stabil. 

Semenjak Frenki de Jong dan Gavi kembali dari cedera, Flick harus membagi waktu bermain untuk para pemain tersebut. Kualitas para pemain itu tak bisa diragukan. 

Akan tetapi, menjadi pertanyaan adalah apakah kualitas mereka sudah cocok dengan sistem yang dibangun oleh Flick atau pun sudah pas dengan intensitas permainan tim. 

De Jong kembali mendapat sorotan. Pemain asal Belanda itu masuk pada babak kedua tetapi gagal memberikan perbedaan pada performa tim. Malahan, secara tak kebetulan Barca kebobolan sejak Flick melakukan pergantian pemain. 

Dengan ini, sebenarnya ada persoalan ketika terjadi pergantian pemain. Persoalannya adalah intensitas permainan tim terlihat terpengaruh dan tak bisa mempertahankan level permainan tim pada level yang konsisten. 

Hal itu menjadi salah satu masalah yang kerap diumbar Xavi Hernandez, pelatih sebelum Flick. Xavi menilai bahwa kualitas dan kedalaman skuadnya menjadi salah satu alasan di mana Barca sangat sulit bersaing dengan tim-tim kuat seperti Madrid sendiri. 

Dari dua laga di Liga Spanyol, Barca seperti kembali pada masalah lama. Agresivitas dalam menjebol gawang lawan perlahan meleha dan lini belakang tampil keropos. 

Mood Madrid Kembali

Madrid mengalami beberapa tantangan di awal musim ini. Salah satu tantangan terbesar Madrid ketika kalah telak dari Barca (4-0) di Santiago Bernabeu dalam lanjutan Liga Spanyol. 

Di balik kekalahan itu, nama Kylian Mbappe mendapatkan sorotan tajam. Bahkan, akibatnya Mbappe yang mengalami penurunan dalam soal produktivitas mencetak gol apabila dibandingkan dengan performanya di PSG ikut tak dipanggil oleh Timnas Perancis dalam UEFA Nations League. 

Kendati demikian, Pelatih Madrid, Carlo Ancelotti tak begitu peduli pada kritik dari luar lapangan tentang anak asuhnya tersebut. Ancelottit tetap memberikan kepercayaan penuh kepada Mbappe. 

Kepercayaan itu terlihat mulai berbuah manis. Satu gol Mbappe ke gawang Leganes menjadi bukti bahwa pemain asal Perancis itu sebenarnya membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan sistem permainan Madrid. 

Ya, Mbappe harus ubah posisi dan peran di Madrid. Sangat berbeda sewaktu di PSG lantaran di Madrid, Mbappe harus berbagi peran dengan Vinicius Jr. Upaya itu mulai berbuah manis di mana Mbappe dan bahkan pemain seperti Jude Bellingham yang juga mengalami perubahan posisi di awal musim ini mulai menemukan performa terbaik. 

Ketika para pemain terbaik Madrid kembali pada jalur yang tak tepat, pada saat itu pula raihan tiga poin bukanlah persoalan. Ya, Madrid seperti kembali pada mood yang pernah terbangun pada musim lalu, yang mana tak lagi menjadi tim yang gampang kebobolan, tetapi tim yang tampil cukup produktif. 

Dengan kembalinya performa Madrid, target untuk menjadi juara juga bukan mustahil. Bahkan, kata-kata Ancelotti selepas kekalahan dari Madrid dari Barca mulai memberikan tanda-tanda, yang mana Ancelotti mengingatkan bahwa sewaktu timnya kalah dari Barca pada musim lalu, timnya mampu menjadi juara Liga Spanyol dan Liga Champions. 

Kata-kata pelatih asal Italia itu seperti memberikan penjelasan bahwa kalau mau kembali tampil pada level terbaik, timnya harus mengalami luka yang cukup menyakitkan, yakni lewat menderita kekalahan dari Barca. Terbukti, semenjak kalah dari Barca, Madrid kembali pada mood terbaik dan kelihatan siap mempertahankan trofi Liga Spanyol musim ini.

Kalau memenangkan satu laga tersisa, Madrid bisa memangkas jarak dengan Barca hanya satu poin. Peluang untuk menggeser Barca dari puncak klasemen bisa terjadi. Apalagi jika masalah lama Barca tak terpecahkan oleh Flick dan Madrid tetap mempertahankan moodnya untuk tampil pada level terbaik. 

Salam Bola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun