Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Harapan di Balik Retret ala Prabowo-Gibran

29 Oktober 2024   09:29 Diperbarui: 29 Oktober 2024   09:42 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa kali saya mengikuti kegiatan retret. Konteksnya lebih pada retret rohani.

Seturut pengertian retret itu sendiri, tujuannya adalah melihat pengalaman yang telah lewat, merenungkannya guna mendapatkan inspirasi baru.

Selama retret baik itu dibuat secara pribadi maupun kelompok, ada topik yang direfleksikan. Ada target yang mau dicapai. Jadinya, bukan sekadar menepi, memisahkan diri dari dunia luar dan orang lain.

Paling tidak, setelah retret ada energi baru, berupa kesadaran tentang hidup pribadi dan pembaharuan diri untuk menghadapi realitas kehidupan.

Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mengambil langkah pertama pemerintahannya dengan melakukan retret. Tak tanggung-tanggung, tempat yang dipilih dalam menjalankan retret tersebut adalah lingkungan akademi militer, Magelang.

Bahkan, para anggota kabinet naik pesawat herkules TNI Angkatan Udara ke Bandara Adi Sutjipto, Kabupaten Sleman, D.I Yogyakarta (24/10/24). Seturut laporan Kompas.com (24 Oktober 2024) para anggota kabinet Merah Putih itu pergi tanpa diwakili oleh para ajudannya.

Tentu saja, retret ala Prabowo itu berbeda dengan retret untuk konteks rohani. Dalam konteks rohani, retret biasanya jauh dari kebisingan. Dunia luar untuk sementara ditepikan. Makanya, aneka gadget seperti phone sebisa mungkin tak dipakai selama retret.

Untuk itu, saya coba menelusuri makna di balik retret ala Prabowo tersebut. Menimbang pemilihan tempat, boleh jadi ada hal yang patut digariskan dan diharapkan terjadi pada anggota kabinet yang terlibat dalam retret tersebut terutama selama masa jabatan mereka.

Paling pertama adalah kedisiplinan.

Kedisiplinan itu bukan saja berkaitan dengan ketepatan waktu dalam menghadiri rapat atau mengunjungi tempat-tempat dinas. Akan tetapi, kedisiplinan dalam mengatur waktu antara kebutuhan pribadi dan kebutuhan negara.

Bagaimana pun, menjadi anggota kabinet bukan saja berarti menjadi pembantu presiden, tetapi lebih dari itu menjadi abdi negara atau lebih tepatnya menjadi pelayan rakyat.

Oleh sebab itu, sebagai abdi negara, mulai dari presiden hingga anggota kabinet harus tepat waktu melayani rakyat.

Kata disiplin itu sendiri berasal dari bahasa latin "disciplina" yang artinya instruksi, tetapi dari kata dasar "discere" yang berarti "belajar".

Jadi, kalau menghubungkan asal kata disiplin dalam artinya di bahasa Latin dengan apa yang dilakukan oleh anggota kabinet Merah Putih, mereka datang ke kompleks akademi militer untuk belajar menjadi abdi negara.

Belajar dari cara pengabdian tentara. Belajar dari antara satu sama lain, terlebih lagi di antara anggota kabinet Merah Putih itu adalah para menteri yang sudah lama berada di lingkaran istana.

Lebih jauh, retret itu seyogianya mengingatkan anggota kabinet bahwa sebelum memimpin dan memberikan instruksi, mereka yang perlu merasakan bagaimana dipimpin dan diinstruksi ala militer.

Kedua, bangun kesederhanaan.

Para anggota kabinet itu menempati atau tepatnya tidur di "barak". Barak itu sendiri terlihat tak seperti yang dipikirkan sebagai barak yang ditempati para tentara, tetapi barak yang terlihat sudah agak mewah lantaran mempunyai fasilitas yang cukup lengkap.

Memang sulit untuk menempatkan anggota kabinet itu pada barak sebagaimana yang dipikirkan oleh publik. Paling tidak, mereka diminta untuk meninggalkan kenyamanan (comfort zone) mereka dan masuk lingkungan yang baru seperti barak.

Juga, ada beberapa kegiatan di mana mulai dari Prabowo hingga anggota kabinetnya mengenakan pakian loreng ala militer. Baju seragam itu bisa membahasakan bahwa mereka semuanya sama. Jabatan tak memisahkan mereka.

Secara tak langsung hal-hal itu membahasakan bahwa menjadi abdi negara perlu hidup sederhana. Kesederhanaan itu nampak pada upaya untuk meninggalkan tempat nyaman mereka dan mau masuk dalam lingkaran yang baru demi kepentingan negara.

Ruang nyaman itu beraneka macam seperti tempat bisnis, partai politik, keluarga, dan daerah. Ketika sudah dilantik, atribut-atribut itu seharusnya tak boleh menjadi tali yang mengikat, menghalangi, dan menjadi batu sandungan dalam memimpin kabinet.

Oleh sebab itu, para anggota kabinet perlu fokus pada satu tujuan. Menjadi abdi negara. Sikap fokus itu bisa terjadi apabila pada anggota kabinet mau melepaskan diri dari ruang nyaman dan mau hidup sederhana sebagaimana rakyat pada umumnya.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun