Gol kedua Barca terjadi lantaran gaya menekan penyerang pada barisan belakang. Lagi-lagi Fermin yang mengganggu bek Munchen sehingga M. Kim tak bisa mengendalikan bola dengan baik. Fermin dengan jeli menyentuh bola di antara D. Upamecano dan Neur sehingga mengarah ke Robert Lewandowski yang tak terkawal.
Gol ketiga lebih pada kejelian gelandang jangkar Marc Cassado. Pemain didikan La Masia itu yang berada di bagian kanan lini tengah Barca memberikan umpan panjang kepada Raphinha di sisi kiri. Sebelum mencetak gol, Raphinha sedikitnya melakukan penetrasi dan kemudian menendang bola ke sisi kiri Neur. Gol ketiga tercipta sebelum turun minum.
Lalu, gol keempat lebih bergaya Jerman. Pedri, Lamine Yamal, dan Raphinha yang menjadi pencetak gol hanya menyentuh bola beberapa kali. Prosesnya begitu cepat. Barca memanfaatkan umpan-umpan panjang sehingga para pemain Munchen yang sudah naik lebih ke depan gagal menutup ruang serang pemain Barca.
Proses gol para pemain Barca, selain terjadi dengan gaya bermain menyerang cepat, juga penempatan posisi para pemain dalam menerima umpan. Umpan-umpan panjang menjadi andalan Barca sehingga tiap pemain seperti Yamal dan Raphinha seperti sudah diatur berada posisi yang tepat dalam menerapkan strategi tersebut.
Strategi seperti itu sebenarnya tak asing bagi permainan Muenchen dan Jerman. Tak terlalu mengandalkan permainan dari kaki ke kaki. Yang terpenting adalah berupaya mengarahkan bola dengan cepat ke area pertahanan lawan dan selalu memberikan tekanan pada lawan.
Dalam laga kontra Barca, Munchen yang menjadi korban dari sistemnya tersebut. Bila menilik statistik, Munchen memegang kendali penguasaan bola 61 persen. Namun, penguasaan bola itu tak sejalan dengan penciptaan gol ke gawang Barca.
Barca lebih banyak bertahan sembari mencari cara untuk melakukan serangan balik atau juga menembus barisan pertahanan Munchen. Kelebihan dari permainan Barca karena ada beberapa gelandang kreatif seperti Pedri dan penyerang sayap Yamal yang bisa melakukan penetrasi di area di lini tengah dan mengecoh pemain Munchen sehingga gaya permainan ala Barca masih ada. Kalau tidak, Barca sungguh-sungguh bermain dalam sistem Jerman ala Flick.
Gaya permainan Barca sepertinya tak beda dari gaya Flick dalam membangun Munchen sewaktu mengalahkan Barca dengan skor besar 8-2. Munchen tak menguasai bola, tetapi langsung mencari titik lemah untuk mencetak gol.
Begitu pula ketika Barca menang 4-1 kontra Muenchen, yang mana Barca tak menguasai bola, tetapi ketika mendapatkan bola, para pemain langsung mencari cara untuk menyerang dan mencetak gol.
Juga, Barca tak mengandalkan satu atau dua pemain, tetapi bergantung pada sistem sehingga pemain seperti Fermin bisa tampil pada level terbaik lantaran ditopangi sistem permainan tim.
Barca meruntuhkan tren negatif kontra Munchen dengan memanfaatkan gaya permainan Jerman. Bermain menekan, langsung, dan penuh intensitas dalam mencetak gol. Gaya itu pun bisa menjadi salah satu cara Barca dalam meladeni kekuatan Real Madrid di stadion Santiago Bernabeu akhir pekan mendatang dalam lanjutan kompetesi La Liga Spanyol.