Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bahrain Tak Mau Bermain di Indonesia, Untung dan Rugi untuk Indonesia

19 Oktober 2024   18:43 Diperbarui: 19 Oktober 2024   19:23 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain Indonesia ketika bermain di Gelora Bung Karno, Jakarta. Foto: Anthonius Aditya Mahendra/Kompas.com

Buntut kontroversi dari laga antara Tim Nasional Indonesia vs Tim Nasional Bahrain pada babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 grup C zona Asia di Bahrain menjadi panjang. 

Badan sepak bola Bahrain kabarnya mengajukan surat kepada asosiasi sepak bola dunia, dalam hal ini FIFA guna meminta laga selanjutnya kontra Indonesia tak berlangsung di Indonesia.

Kontroversi laga kontra Bahrain memang menyakitkan hati pemain, ofisial, dan pendukung Indonesia. Indonesia seperti dirampok di depan mata. Wasit mengangkangi keputusannya dan kemudian itu menguntungkan Bahrain.  

Tak elak, sakit hati diutarakan dengan serangan ala netizens kepada media sosial AFC dan terlebih khusus timnas Bahrain. Bahkan, media sosial dari badan sepak bola Bahrain harus menutup kolom komentar lantaran penuhnya komentar miring yang masuk.

Ternyata, hal itu berujung pada situasi yang lebih rumit. Seperti terlansir dalam laporan dari BBC News (17 Oktober 2024), Bahrain sepertinya tak mau untuk bertandang ke Indonesia pada laga selanjutnya. Alasannya, untuk menjaga keamanan dari tim.

Kabarnya, pemain dari negara asal negara Timur Tengah itu mendapat ancaman kematian dari netizens Indonesia. Hal itu disampaikan oleh Bahrain Football Association (BFA).

Badan sepak bola Bahrain menyatakan keterkejutan mereka pada pelbagai ancaman kematian yang diterima oleh anggota tim di sosial media mereka. Lebih jauh, Bahrain juga menilai bahwa apa yang dilakukan itu bertolak belakang dengan nilai-nilai kemanusiaan.

"Hal itu tak sesuai dengan prinsipil-prinsipil, nilai, dan norma-norma Islam, juga tak mencerminkan perkembangan dan kemajuan dari negara," ungkap badan sepak bola Bahrain sebagaimana terlansir dalam BBC News.

Padahal, pertemuan kedua antara Indonesia vs Bahrain masih terjadi pada bulan Maret tahun depan. 

Akan tetapi, badan sepak bola Bahrain sudah mengajukan usulan agar laga kontra Indonesia nantinya terjadi di tempat netral yang dinilai aman. Permintaan dari BFA itu belum mendapat tanggapan terbuka dari pihak FIFA.

Tentu saja, persoalan yang disampaikan Bahrain itu perlu mendapat penyelidikan yang lebih mendalam dan komprehensif. Apakah benar ada ancaman sebagaimana yang disampaikan oleh badan sepak bola Bahrain?

Apabila benar, pastinya FIFA memiliki prosedur dan pengaturan pada laga selanjutnya. Misalnya, hukuman laga tanpa penonton apabila tuduhan itu terverifikasi dengan baik.

Lebih jauh, Indonesia juga pasti tak tutup mata dengan keamanan dari Bahrain. Bagaimana pun, menjadi tuan rumah bisa menjadi salah satu cara Indonesia untuk membangun citra sebagai negara pecinta sepak bola sekaligus memperbaharui citra Indonesia di mata internasional.

Bukan rahasia lagi jika Indonesia mempunyai rekam jejak negatif dari cabang sepak bola. Seperti misal, aksi pemukulan wasit di PON Aceh-Sumut 2024.

Belum lagi, peristiwa tragis di stadion Kanjuruhan, Malang dua tahun lalu yang menewaskan 125 suporter sepak bola. Kejadian itu menjadi salah satu yang terparah dalam sejarah sepak bola. 

 Lalu, penolakan Indonesia pada Timnas Israel yang mau bermain di Piala Dunia U20 sehingga berbuntut pencabutan Indonesia sebagai tuan rumah.

Deretan catatan itu pastinya berada meja FIFA dan menjadi pertimbangan dalam menilai masukan yang masuk, termasuk dari kubu badan sepak bola Bahrain. Apabila penyampaian badan sepak bola Bahrain ternyata benar, boleh jadi permintaan mereka terkabulkan.

Dalam mana, FIFA bisa mencari tempat netral guna dijadikan arena pertemuan kedua tim atau juga mengambil keputusan yang bisa membuat suporter Indonesia gigit jari.

Walau demikian, dari kubu Indonesia perlu membangun diri sebagai tuan rumah yang ramah dan aman bagi siapa saja. Hal itu disampaikan oleh PSSI sendiri yang mana warga negara Indonesia dikenal sebagai penduduk yang ramah dan akan menciptakan lingkungan yang nyaman bagi Bahrain.

Keputusan berada di tangan FIFA. Harapannya, investigasi mendalam dibuat agar tak menimbulkan kontroversi dan persoalan tambahan bagi Indonesia.

Apabila FIFA menolak pengajuan Bahrain dan Bahrain tak mau bertandang ke Indonesia, maka keuntungan berpihak kepada Indonesia. Seturut aturan, Indonesia akan meraih kemenangan 3-0 apabila skenario itu terjadi. Terang saja, ini menjadi keuntungan besar untuk Indonesia.

Kontroversi laga antara Indonesia vs Bahrain perlu menjadi bahan evaluasi untuk sepak bola di Asia secara khusus dan dunia pada umumnya. Keputusan kontroversial yang dibuat oleh wasit asal Oman, Ahmed Al Kaf telah menghadirkan reaksi dari media asing sekaligus kutukan serius dari suporter Indonesia.

Memang, harus juga diakui bahwa ancaman kematian sebagaimana yang ditudukan oleh pihak Bahrain tak dibenarkan. Suporter tetap perlu mengritik dalam koridor yang tepat dan sasaran kritik itu bisa menggugah badan sepak bola Asia (AFC) dan FIFA untuk mempertimbangkan dan mengevaluasi laga itu agar di kemudian waktu tak lagi terjadi persoalan yang sama.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun