Sejauh ini, Palmer sukses menjadi eksekutor penalti untuk Chelsea. 10 kali jadi penendang dari titik penalti untuk Chelsea, termasuk salah satunya ke gawang Brigton dan tak sekalipun gagal.
Karakter itu membuat Palmer seperti pembunuh berdarah dingin. Sulit diprediksi, tetapi sangat mematikan ketika tak dijaga dan diantisipasi dengan jeli.
Palmer, memang, menjadi salah satu pemain yang tampil impresif sejak musim lalu. Di tengah ketidakkonsistensi Chelsea, Palmer seperti bintang yang bersinar sendiri. Padahal, musim lalu baru menjadi musim pertama Palmer di Chelsea.
Perekrutan Palmer agak mengejutkan. Di luar dugaan, Manchester City mengiyakan pinangan Chelsea dan rela melepaskan salah satu pemain terbaik dari didikan akademi mereka.
Tentu saja, keputusan Man City itu juga dibarengi dengan niat si pemain sendiri yang terlihat sulit mendapat tempat utama di Man City.Â
Makanya, pindah ke Chelsea terlihat menjadi pilihan yang realistis daripada bertahan di Man City dan bukan menjadi pilihan utama atau pun pilihan kedua.
Sejauh ini, dari 52 laga yang telah dimainkan Palmer bersama Chelsea, dia sudah mencatatkan 31 gol dan 19 asis.Â
Pencapaian Palmer tersebut rada impresif untuk seorang pemain muda yang menghadapi perubahan pelatih dalam dua musim terakhir. Pendek kata, kendati pelatih berubah, Palmer tetap konsisten menunjukkan kualitas.
Beruntung bagi Palmer ketika pengganti Mauricio Pochettino adalah Enzo Maresca yang pernah menjadi asisten pelatih Pep Guardiola di Man City.
Selepas laga kontra Brighton, seperti terlansir dalam BBC (28/9/24), Maresca mengungkapkan bahwa dia sudah mengenal Cole Palmer sejak bermain untuk Man City U23.
Selain menciptakan sejarah mencetak 4 gol dalam babak pertama, Palmer juga masuk deretan pemain yang membuat tiga kali hattrick sebagai pemain Chelsea di Liga Inggris. Sebelumnya, catatan tersebut dibuat oleh pemain oleh Didier Drogba, Frank Lampard, dan Jimmy Floyd Hasselbaink.