Tekanan demi tekanan dibangun oleh para pemain Australia. Bahkan, sekuat tenaga Australia berupaya memanfaatkan peluang lewat tendangan sudut dan tendangan bebas.Â
Pola Australia memanfaatkan tendangan sudut bisa diantisipasi oleh para pemain Indonesia. Salah satu kuncinya karena tinggi fisik antara pemain Australia dan Indonesia yang tak jauh berbeda.Â
Situasi sedikit berbeda pada babak kedua. Indonesia mulai tak ragu mengontrol laga. Beberapa kali melakukan serangan ke pertahanan Australia, namun pola serangan balik Indonesia gampang terbaca dan tak terukur.Â
Oleh sebab itu, Indonesia memiliki pekerjaan rumah yang perlu dibenahi. Paling pertama adalah metode serangan balik yang gampang dibaca oleh para pemain Australia.Â
Umpan-umpan para pemain Indonesia kadang tak terukur. Bahkan beberapa di antara umpan-umpan itu cenderung terburu-buru.Â
Terlihat tanpa terlebih dahulu membangun skema bagaimana menembus barisan belakang Australia atau pun membaca pergerakan rekan setim.Â
Juga, sisi sayap pertahanan Indonesia gampang diekspos oleh para pemain Australia. Beberapa kali para pemain Australia menciptakan serangan dan umpan silang dari sisi sayap. Beruntung bagi Indonesia karena Australia tak memiliki striker yang jeli membaca umpan-umpan silang dari rekan setimnya.Â
Pertahanan yang solid dan mental yang kuat menjadi kunci dari Jady Idzes dan rekan-rekannya menahan imbang Australia. Namun, di balik itu, Indonesia meninggalkan pekerjaan rumah berharga dalam membangun struktur dan skema serangan balik yang efektif.Â
Maarten Paes, Tembok Kokoh Indonesia
Maarten kembali menjadi aktor penting dari kemenangan Indonesia kontra Australia. Pemain kelahiran 26 tahun silam itu melakukan beberapa penyelamatan penting.Â
Tanpa penyelamatan penting Maarten, Indonesia bisa saja kebobolan lebih dari 2 gol pada babak pertama. Namun, aksi sigap pemain kelahiran 14 Mei 1998 itu membuat gawang Indonesia tak kebobolan.Â