Menariknya, kedua pelatih asal Belanda beda sikap setelah laga yang terjadi di Old Trafford pekan lalu. Tentu saja, beda sikap itu dipengaruhi oleh hasil yang terjadi dan ditambah lagi, Liverpool menang di kediaman "sakral" kepunyaan MU, Old Trafford.
Arne Slot cenderung membahas taktik dari laga tersebut. Pelatih yang dikontrak dari klub Eredivise, Feyenoord itu seperti terlansir dalam Skysports.com (1 September 2024) menilai bahwa kemenangan timnya bertolak pada analisa pada kelemahan yang dimiliki oleh MU baik itu musim lalu maupun pada musim ini.
Slot jeli bagaimana perbedaan pada musim lalu dan musim ini saat MU melakukan serangan ke gawang lawan dan bagaimana memanfaatkan titik lemah dari pola tersebut. Membaca kelemahan itu, Slot memainkan L. Diaz dan Moh Salah sebagai penyerang sayap dalam formasi 4-2-3-1.
Menurut Slot, Salah dan Diaz ditempatkan di bagian sayap guna memanfaatkan posisi para bek MU yang cenderung naik ke area depan ketika MU menguasai bola dalam melakukan serangan. Posisi Salah dan Diaz agak melebar guna mengganggu konsentrasi para bek MU yang sudah meninggalkan ruang lebar dengan kiper
Itu terbukti dengan gol-gol Liverpool ke gawang MU. Para bek MU gagal menutup dengan cepat-cepat ruang serangan Liverpool lantaran sudah ada ruang kosong yang dimanfaatkan oleh para pemain Liverpool.
Dengan kata lain, MU ketika menguasai bola dan melakukan serangan, para bek cenderung ikut naik dan meninggalkan ruang kosong.Â
Tak elak, Slot menilai bahwa timnya memerlukan para gelandang yang terus berlari dan melakukan duel dengan para pemain MU yang sementara memegang bola.Â
Liverpool menang 3-0 di Old Trafford lantaran Slot pandai membaca kelemahan taktik MU.
Sebaliknya, Ten Hag yang mendapat sorotan berupaya mencari pembelahan diri. Seperti terlansir dalam BBC Sport (1 September 2024), Ten Hag menyebut dirinya bukan Harry Potter.
Kata-kata Ten Hag itu bermula dari kritik atas hasil kalah yang dialami oleh MU di Old Trafford. Akan tetapi, Ten Hag menolak pandangan negatif dari hasil tersebut dan menilai bahwa tak satupun yang boleh mengharapkannya untuk menciptakan hasil yang instan seperti sihir.
"Ini bukan seperti saya adalah Harry Potter. Anda harus mengakui itu," ungkap Ten Hag. Â