Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Agar Memaafkan dan Melupakan Berjalan Satu Arah

11 Agustus 2024   10:22 Diperbarui: 11 Agustus 2024   10:22 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gampang memaafkan dan sulit melupakan. Foto: Freepik.com via Kompas.com

Biasanya ketika ada orang yang menyakiti hati kita, kita menjadi kecewa, marah, dan bahkan berujung pada dendam.

Inginnya kita membalas apa yang terjadi pada diri kita pada orang itu. Sakit hati yang kita alami mesti juga dialami oleh yang menyebabkannya. 

Pun kita berharap agar orang yang melukai hati kita bisa mengalami kemalangan dalam hidupnya.
Reaksi-reaksi tersebut sangat manusiawi. 

Boleh dikatakan kita menjadi manusia karena memberikan reaksi pada sesuatu yang datang dari luar. Sebaliknya, kita berhenti menjadi manusia ketika tak bereaksi sama sekali.

Sama halnya dengan reaksi kita pada ungkapan maaf. Ungkapan maaf itu bisa saja mengembalikan mood kita pada kondisi normal, tetapi juga bisa tak seratus persen memulihkan kondisi pikiran dan hati kita.

Ungkapan maaf hadir karena merasa diri sudah melakukan kesalahan dan menyadari kesalahan itu sudah menyakiti orang lain.

Tujuan lebih jauh dari ungkapan maaf itu agar relasi tetap terbangun, tak hancur sama sekali. Lewat menyampaikan maaf, kita coba memperbaiki dan menjelaskan situasi yang telah terjadi.

Namun, ungkapan maaf itu kadang tak menyembuhkan sakit hati dan meringankan beban batin secara total. Masih ada beban yang membuat kita trauma, kecewa, dan marah apabila mengingat peristiwa tersebut.

Salah satu alasan mendasar mengapa sulit melupakan karena kedalaman dari masalah dan luka yang telah terjadi. Masalah itu cukup sensitif. Lukanya sangat mendalam.

Untuk itu, penyampaian maaf tak cukup sebatas kata-kata, tetapi ada upaya untuk pengakuan dan pengklarifikasian masalah lebih mengakar dan penyembuhan luka yang telah terjadi secara intensif.

Artinya, seorang perlu menjelaskan tentang aksinya yang telah melakukan masalah tersebut secara publik. Publik di sini melingkupi orang-orang yang dekat dengan sosok yang begitu dirugikan dengan masalah yang telah terjadi. 

Mereka pun perlu mendapat penjelasan dan klarifikasi agar nama baik diperbaiki.

Lebih jauh, kata maaf menjadi berdampak apabila dibarengi dengan hukuman yang setimpal. Misalnya menyangkut masalah sensitif seperti korupsi uang desa atau pun yang lebih sensitif seperti pembunuhan.

Kata maaf dari pelaku tidak akan cukup untuk menyembuhkan luka yang telah terjadi. Untuk itu, perlu pemberian hukuman yang setimpal sebagai salah satu cara untuk menyembuhkan luka yang telah terjadi.

Hukuman itu bukan bagian dari balas dendam. Akan tetapi, sebagai bentuk keadilan atas apa yang telah terjadi sekaligus bentuk penghargaan martabat dari yang terluka.

Kadang kala kita gampang sampai pada kata maaf dan proses hukum lebih lanjutnya dihentikan. Padahal, proses lanjutnya itu bisa menolong penyembuhan luka batin korban. Terkecuali ketika secara bebas dan terbuka, si korban menerima ungkapan maaf tersebut.

Sulitnya melupakan sebuah masalah walau sudah ada permintaan maaf kerap kali terjadi karena luka dan beban batin yang terjadi. 

Karena itu, proses penyembuhan luka batin sangat perlu dilakukan sebagai bentuk untuk menerima maaf itu secara total dan perlahan melupakan yang telah terjadi.

Proses penyembuhannya tak gampang. Selain dengan apa yang telah disampaikan di atas, misalnya dengan pengakuan secara terbuka dari si pelaku atas aksi negatifnya dan proses hukuman yang dilimpahkan kepadanya, juga pendampingan intensif kepada si korban.

Pendampingan luka batin intensif itu bisa melibatkan orang-orang ahli, seperti konselor atau pun psikologis. Keahlihan mereka, di satu sisi, bisa membantu korban dalam menghadapi dan mengolah masalah yang terjadi.

Paling tidak, proses pendampingan itu membuat hati dan pikiran menjadi legah dan tak begitu terganggu dengan masalah yang telah terjadi.

Kata maaf lewat kata-kata tak akan cukup untuk melupakan sebuah persoalan yang telah terjadi lantaran faktor luka batin yang ditimbulkan. Untuk itu, perlu ada langkah lanjutan agar bisa perlahan melupakan yang telah terjadi.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun