Artinya, seorang perlu menjelaskan tentang aksinya yang telah melakukan masalah tersebut secara publik. Publik di sini melingkupi orang-orang yang dekat dengan sosok yang begitu dirugikan dengan masalah yang telah terjadi.Â
Mereka pun perlu mendapat penjelasan dan klarifikasi agar nama baik diperbaiki.
Lebih jauh, kata maaf menjadi berdampak apabila dibarengi dengan hukuman yang setimpal. Misalnya menyangkut masalah sensitif seperti korupsi uang desa atau pun yang lebih sensitif seperti pembunuhan.
Kata maaf dari pelaku tidak akan cukup untuk menyembuhkan luka yang telah terjadi. Untuk itu, perlu pemberian hukuman yang setimpal sebagai salah satu cara untuk menyembuhkan luka yang telah terjadi.
Hukuman itu bukan bagian dari balas dendam. Akan tetapi, sebagai bentuk keadilan atas apa yang telah terjadi sekaligus bentuk penghargaan martabat dari yang terluka.
Kadang kala kita gampang sampai pada kata maaf dan proses hukum lebih lanjutnya dihentikan. Padahal, proses lanjutnya itu bisa menolong penyembuhan luka batin korban. Terkecuali ketika secara bebas dan terbuka, si korban menerima ungkapan maaf tersebut.
Sulitnya melupakan sebuah masalah walau sudah ada permintaan maaf kerap kali terjadi karena luka dan beban batin yang terjadi.Â
Karena itu, proses penyembuhan luka batin sangat perlu dilakukan sebagai bentuk untuk menerima maaf itu secara total dan perlahan melupakan yang telah terjadi.
Proses penyembuhannya tak gampang. Selain dengan apa yang telah disampaikan di atas, misalnya dengan pengakuan secara terbuka dari si pelaku atas aksi negatifnya dan proses hukuman yang dilimpahkan kepadanya, juga pendampingan intensif kepada si korban.
Pendampingan luka batin intensif itu bisa melibatkan orang-orang ahli, seperti konselor atau pun psikologis. Keahlihan mereka, di satu sisi, bisa membantu korban dalam menghadapi dan mengolah masalah yang terjadi.
Paling tidak, proses pendampingan itu membuat hati dan pikiran menjadi legah dan tak begitu terganggu dengan masalah yang telah terjadi.