Efek lanjutnya saat ada pemain yang memilih untuk hengkang seperti direkrut klub lain atau juga tak mau memperpanjang kontrak, Man City tampak tak begitu panik lantaran sudah ada pelapis yang sudah ditempah dengan baik.
Misalnya pada musim lalu ketika Ilkay Gundongan yang nota bene kapten tim tak mau memperpanjang kontrak dan memilih pergi ke Barcelona. Kepergian Gundogan tak mempengaruhi sistem permainan Man City lantaran Man City memiliki beberapa pemain yang bisa mengisi posisi dan peran Gundogan.
Juga, Man City beruntung dengan kebrilianan Guardiola. Eksperimen berani Guardiola dalam memainkan seorang pemain tidak pada posisi aslinya atau juga menciptakan posisi baru untuk pemain tertentu memberikan efek pada tim.
John Stones berhasil diubah sebagai gelandang jangkar. Tugas itu dijalankan dengan baik. Efeknya Stones bisa bermain pada dua posisi berbeda dan bisa mengisi kekosongan apabila dibutuhkan.
Julian Alvarez yang berposisi sebagai striker bisa dimainkan sebagai striker ketika Erling Haaland absen dan bisa juga memainkan peran Kevin de Bruyne di sektor gelandang serang. Efeknya saat Kevin de Bruyne absen, Alvarez menjadi salah satu pilihan pengganti De Bruyne.
Dengan demikian juga dengan Phil Foden yang musim lalu mulai diberikan ruang bebas di lini tengah sebagaimana peran Kevin de Bruyne. Pemberian peran itu bisa membantu tim ketika sesekali De Bruyne memilih hengkang dari Man City. Â
Oleh sebab itu, Man City tak begitu panik ketika ada pemain yang pergi. Bahkan, kiper Ederson menjadi target dari salah satu klub asal Arab Saudi.
Alih-alih panik dengan pendekatan tersebut, Man City malah mencantum harga untuk kiper asal Brasil tersebut dan tampil tenang lantaran mempunyai S. Ortega yang sudah teruji dengan baik pada musim lalu tatkala Ederson absen karena cedera pada musim lalu.
Sistem kerja yang solid yang dibarengi dengan taktik dan kejelian pelatih membuat Man City kalem pada setiap transfer pemain.Â
Bahkan, secara mengejutkan Man City melakukan negosiasi transfer pemain menjelang menit-menit akhir bursa transfer pemain ditutup sebagaimana dengan apa yang dilakukan saat merekrut Jeremy Doku musim lalu.
Lebih jauh, Man City lebih fokus dalam urusan perekrutan. Ketika pemain yang ditarget gagal untuk didapati, Man City tak panik dengan segera merekrut pilihan lain. Pendek kata, "panic buying" sepertinya tak masuk ke dalam kosa kata kepunyaan Man City.