Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kepantasan Spanyol Masuk Final dan Sinar Lamine Yamal

10 Juli 2024   04:16 Diperbarui: 10 Juli 2024   05:18 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain Spanyol merayakan gol Dani Olmo ke gawang Perancis. Foto: Franck Fife/AFP via Kompas.com


Timnas Spanyol berhasil tembus partai final Piala Eropa 2024 setelah menundukan Timnas Perancis (2-1) di stadion Allianz Arena, Munich (9 Juli 2024).  Tiga gol tersebut terjadi pada babak pertama.

Perancis mengawali laga dengan baik. Kolo Muani mencetak gol keunggulan Perancis setelah berhasil memanfaatkan umpan Kylian Mbappe di menit-menit awal laga.

Perancis sudah unggul 1-0 sejak menit ke-8 dan kelihatannya gol itu menjadi tanda-tanda baik untuk Tim Ayam Jantan, julukan Perancis. Gol itu menjadi gol pertama Perancis di Piala Eropa 2024 dari permainan terbuka.

Namun, Spanyol tetap tenang tetapi tidak tinggal diam untuk mengejar ketertinggalan. Bermain tenang dan kalem sebagaimana penekanan pelatih Luis de la Fuente pada anak-anak asuhnya menjadi kunci bagi Spanyol dalam memenangkan laga sejauh ini.

Adalah pemain remaja dan salah satu sensasi Euro 2024, Lamine Yamal mampu menyamai kedudukan 1-1 pada menit ke-21 dengan gol tendangannya yang melewati jangkauan kiper Perancis, Mike Maignan. 

Tak sampai di situ, empat menit kemudian setelah gol penyama kedudukan, Spanyol menambah keunggulan 1 gol lewat Dani Olmo. Ini merupakan gol kedua Olmo dari dua laga terakhir dan menjadi sangat signifikan pada kelolosan Spanyol.

Spanyol Pantas Masuk Final

Spanyol menjadi satu-satunya tim di Piala Eropa yang meraih 100 persen kemenangan hingga partai final. 

Kemenangan Spanyol tercapai lewat gaya permainan yang efektif. Spanyol, memang, keluar dari zona nyaman, yang mana tak terlalu berpaku dengan gaya Tika-taka.

Juga, lawan-lawan Spanyol hingga partai final tak gampang. Di grup B, Spanyol seperti berada di grup neraka. Kroasia dan Italia menjadi tantangan berat Spanyol untuk lolos pada babak kualifikasi grup. 

Kendati demikian, Spanyol mampu keluar sebagai juara grup dengan 100 persen kemenangan dan tanpa kebobolan.

Setelah itu, performa meyakinkan Spanyol saat menundukan tuan rumah, Jerman di perempat final menegaskan kepantasan Spanyol untuk berada di final. 

Jerman yang penuh euforia karena performa dan wajah baru tim dalam polesan pelatih muda, Julian Nagelsmann runtuh seketika di tangan Tim Matador.
"La Roja" tak membiarkan laga untuk dilanjutkan hingga partai drama penalti. Gol pada menit-menit akhir pada menit perpanjangan waktu laga memupuskan langkah Jerman ke semifinal.

Tantangan Spanyol di partai semifinal kian berat. Bukan rahasia lagi jika Perancis terbilang favorit juara lantaran komposisi skuad dan juga faktor kesolidan Perancis sejak dilatih oleh Didier Deschamps.

Hanya saja, barangkali tak sedikit yang tak menyadari rekor Perancis sampai ke partai semifinal tak begitu meyakinkan. Dewi Fortuna seperti berpihak Perancis hingga semifinal lantaran Perancis lolos dengan 3 gol saja, yang mana 2 gol lewat bunuh diri dan 1 gol lewat titik penalti.

Tuah dewi fortuna untuk Perancis sepertinya tak mempan saat bermain kontra Spanyol. Malahan, gol pertama Perancis dari pemain terbuka menjadi awal petaka.

Perancis harus mengakui keunggulan Spanyol. Tembok solid kiper Perancis, Mike Maignan runtuh. Sebelum bertemu Perancis, Maignan mempunyai rekor 94 persen penyelamatan. Rekor itu menyamai mantan kiper Spanyol, Iker Casillas di Piala Eropa 2012.  

Dari enem laga, mulai dari babak kualifikasi hingga semifinal, dua kali Spanyol kalah penguasaan bola dari lawannya yakni kontra Kroasia (47 persen) di laga perdana kualifikasi grup dan kontra Jerman (48 persen) di perempat final. 

Kendati demikian, Spanyol mampu melewati laga dengan kemenangan. Lebih jauh, Spanyol tampil lebih tenang dan efekti.

Walau Perancis lebih unggul, Spanyol tak panik. Dengan memainkan skema dua gelandang jangkar, F. Ruiz dan Rodri dari pola 4-2-3-1, pelatih De La Fuente mampu meredam permainan Kylian Mbappe dan rekan-rekan setimnya. 

Pada partai final, Spanyol hanya menantikan hasil laga antara Belanda kontra Inggris. Di balik penantian itu, asa dan kepantasan untuk menjadi juara menguat karena Spanyol berhasil melewati rentetan laga-laga sulit dengan kemenangan meyakinkan. 

Belum lagi, sinar Lamine Yamal makin terang menerang seturut berjalannya kompetesi. 

Sinar Lamine Yamal

Lamine Yamal menjadi salah satu sensasi di Piala Eropa 2024. Tak tanggung-tanggung, pemain yang membela Barcelona ini tampil secara regular sejak babak kualifikasi grup.

Tercatat sebelum bermain kontra Perancis, Yamal mencatatkan tiga asis. Catatan itu menjadikan Yamal sebagai pemain pertama dalam sejarah Piala Eropa.

Juga, Yamal mampu menciptakan 14 peluang mencetak gol bagi rekan-rekan setimnya. Hal itu mengulangi catatan Xavi Hernandez di Piala Eropa 2011.

Sinar Yamal kian terang pada semifinal kontra Perancis. Akhirnya, Yamal pecah telur, dalam mana dia mampu mencatatkan namanya di papan skor. 

Gol indah Yamal dari luar kotak penalti membuat suporter Perancis yang berada di Allianz Arena dna masih merayakan keunggulan satu gol menjadi bungkam.

Yamal pun menjadi pemain termuda (16 tahun, 362 hari) yang mencetak gol di Piala Eropa dan melampaui rekor sebelumnya yang dipegan oleh Johan Vonlanthen (18 tahun 141 hari). Menariknya, tiga hari lagi Yamal berusia 17 tahun.  

Sinar Yamal juga seperti membungkam salah satu punggawa Perancis, Adrien Rabiot. Rabiot menilai bahwa Yamal akan sulit menunjukkan performa terbaiknya di tengah tuntutan dan tekanan partai semifinal. 

Bahkan, Rabiot seperti menantang Yamal untuk melakukan "hal yang lebih" agar bisa sampai partai final.

Yamal menanggapi komentar Rabiot dengan ciri khas gaya milineal. Pada dinding media sosialnya "IG" sebelum laga kontra Perancis, Yamal meng-upload gambar tangan yang bermain catur. 

Dalam gambar itu juga tertulis, "Move In Silence Only Speak When It's Time To Say Checkmate."

Kata-kata Yamal pada dinding media sosialnya terbukti. Dengan tenang, Yamal sepertinya membungkam Rabiot dan sekaligus membuat permainan Perancis seperti "checkmate" dan kemudian tersingkir dari Piala Eropa 2024.

Bahkan setelah laga, pemain didikan akademi La Masia itu mengucapkan kalimat di depan kamera, "Speak Now". Besar kemungkinan, kata-kata Yamal itu menyindir orang yang meragukannya,  termasuk Rabiot. 

Spanyol pantas tembus partai final dan bahkan meraih trofi Piala Eropa 2024 apabila menimbang kiprah tim yang sudah mengoleksi tiga trofi Piala Eropa selama turnamen yang berlangsung di Jerman ini.

Di balik kepantasan Spanyol itu, sinar Yamal menjadi kian terang dan peluang untuk menjadi pemain terbaik turnamen terbuka untuk pemain yang akan merayakan ulang tahunnya dua hari sebelum partai final Piala Eropa 2024 di Berlin.

Salam Bola

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun