Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kritik pada Timnas Inggris yang Terlalu Berlebihan

9 Juli 2024   06:54 Diperbarui: 9 Juli 2024   11:04 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selebrasi Buyako Saka saat mencetak gol ke gawang Swiss. (Foto: AFP/INA Fassbender via Kompas.com)

Ekspetasi tinggi kerap menjadi biang kekecewaan, kemarahan, dan kritik. Sebab utamanya karena ekspetasi itu tak terjadi sesuai dengan kenyataan. Atau juga, kenyataan berjalan terbalik dengan ekspetasi.

Barangkali hal ini juga terjadi pada Timnas Inggris dalam perjalanannya di Piala Eropa 2024. Ekspetasi dari luar lapangan begitu tinggi lantaran komposisi skuad Inggris yang termasuk salah satu tim yang berskuad "termewah" dari sisi kualitas dari sekian kontestan lain.

Ekspetasinya berupa salah satunya adalah Inggris "harus" meraih hasil positif dengan cara yang meyakinkan dan hasil yang memuaskan. 

Namun, kenyataannya jalan Inggris tak gampang sejak dari babak kualifikasi grup hingga perempat final.

Tercatat hanya lima gol yang dibuat Timnas Inggris dan sudah kemasukan 3 gol. Padahal, apabila menimbang lini depan Inggris, umumnya para pemain di lini depan tersebut mencetak lebih dari 10 gol pada musim lalu di klub yang mereka bela.  

Kemenangan sulit teraih, hampir saja tersingkir, dan menang lewat drama adu penalti adalah beberapa warna yang menghiasi perjalanan "Tiga Singa" hingga mencapai semifinal Piala Eropa 2024.  

Terang saja, suporter Inggris "ribut". Lempar celaan dan kritik pada permainan timnas Inggris. Beberapa legenda sepak bola Inggris juga tak kalah ributnya dengan mencelah keputusan Pelatih Gareth Southgate yang dinilai terlalu kaku dalam seleksi pemain dan penerapan formasi tim.

Southgate dalam lima laga di Piala Eropa cenderung memasang pemain yang sama, terlebih khusus di lini depan. Persoalan Inggris yang paling kentara adalah produktivitas dalam mencetak gol di tengah skuad yang terbilang mewah.

Walau demikian, Southgate malah tetap memasang pemain yang sama. Harry Kane, Buyako Saka, Phil Foden dan ditopangi oleh Jude Bellingham adalah para pemain andalan Southgate di lini depan.

Hanya saja, Southgate membuat polesan dengan mengubah formasi. Misalnya, dari tiga sistem penyerang Buyako Saka, Harry Kane, dan Phil Foden menjadi satu formasi striker tetapi ditopangi oleh tiga pemain di belakangnya, yang mana Jude Bellingham bermain sebagai penyerang lubang di belakang Kane. Foden dan Saka tetap memainkan peran yang sama.

Atau juga, dalam laga kontra Swiss dengan formasi 3-4-2-1. Kane ditopangi oleh Foden dan Bellingham di belakang. Saka lebih digeser ke area gelandang kanan.

Perubahan formasi itu tak berbuah hasil positif. Tetap lini depan Inggris cenderung mandek. Makanya, kritik dari luar lapangan pun tetap menggema.  

Semakin menjadi rumit dan runyam ketika situasi tersebut "dimainkan" dan dimanfaatkan oleh media asal Inggris yang terbilang "cerewet" dalam menyikapi urusan bola.  

Jadinya, alih-alih performa Inggris yang terlihat belum meyakinkan ditopang dan didukung agar membaik, malah sebaliknya yang terjadi skuad Timnas Inggris dicelah dan dikritik.

Rupanya, kritik dan celaan dari luar lapangan terasa di dalam skuad. Ketika Buyako Saka mencetak gol ke gawang Swiss lewat titik penalti, pemain yang membelas Arsenal tersebut memasang kedua tangannya di kedua belah telinganya. Selebrasi itu bisa menandakan sinis Saka pada suara kritik dan celaan dari luar lapangan untuk timnya.

Jalan Inggris ke semifinal patut diapresiasi. Kritik yang muncul ke permukaan terbilang berlebihan jika menyadari bahwa Inggris sudah menjadi salah satu dari empat tim partai semifinal Piala Eropa. Satu langkah lagi Inggris tembus final mengulangi Piala Eropa 2020.

Dengan ini, Inggris tetap menjadi salah satu favorit kuat untuk mengangkat trofi pada 14 Juli mendatang.

Oleh sebab itu, kritik untuk Timnas Inggris terlalu berlebihan. Sebenarnya, kalau mau melirik tim lain, Inggris terbilang lebih baik daripada Perancis, salah satu tim semifinalis.

Perancis lolos ke semifinal dengan hanya mencetak tiga gol. Uniknya, tiga gol itu tak terjadi lewat permainan terbuka, tetapi lebih karena faktor keberuntungan.

Dua gol Perancis terlahir lewat proses bunuh diri dan satu gol dari titik penalti. Lalu, Perancis lolos ke semifinal dengan menyingkirkan Portugal karena menang drama adu penalti.

Kalau membandingkan dengan jalan Perancis, maka performa Inggris terbilang lebih baik. Toh, pada akhirnya yang menentukan adalah kemenangan.

Selain itu, nuansa kritik untuk Timnas Inggris berlebihan lantaran secara umum masalah Inggris tak menyangkut tiap lini. Lini belakang tetap solid di tengah mandeknya lini depan. Padahal, salah satu hal yang mencemaskan sebelum Piala Eropa adalah lini belakang.

Harry Maigure tak diikutsertakan karena masalah cedera. Itu membuat Southgate harus membangun tandem baru di lini belakang. Pilihannya jatuh pada John Stones dan Marc Guehi. Guehi sempat diragukan tetapi kemudian mampu menjalankan tanggung jawabnya dengan baik.

Sama halnya, dalam formasi tiga bek, E. Konsa juga bisa mampu memainkan perannya dengan baik di lini belakang Inggris. 

Secara umum, Inggris tak mempunyai persoalan di lini belakang dan hal itu menjadi kekuatan Inggris saat bermain kontra Belanda di partai semifinal nantinya.  

Jalan Inggris memang tak meyakinkan. Namun, berada di semifinal Piala Eropa 2024 bisa membahasakan tentang kesolidan dan mentalitas Timnas Inggris yang patut diapresiasi. Untuk itu, kritik terhadap timnas Inggris dan juga kepada Gareth Southgate kadang berlebihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun