"We're going to Berlin," demikian nyanyian suporter garis keras Timnas Jerman di tribun penonton stadion Dortmund saat bermain kontra Denmark (30 Juni 2024).
Berlin, tepatnya di Olympiastadion, akan menjadi tempat partai final Piala Eropa 2024 pada 14 Juli mendatang.Â
Secara praktis, Jerman bisa berada dan bermain pada partai final di Berlin jika skenarionya menang dalam dua laga terakhir, partai perempat final dan semifinal.
Jalan Jerman menuju ke Berlin terbilang menantang. Di partai perempat final, Jerman akan menghadapi Spanyol, tim paling konsisten sejauh ini di Piala Eropa 2024.
Tak sedikit pihak yang menilai bahwa duel kedua tim yang berlangsung di stadion Mercedes Benz Arena, Stutggart (Jumat 5/7,24) itu seperti berasa partai final yang terjadi terlalu dini.
Sebabnya, kedua tim terbilang tampil solid sejak babak kualifikasi grup atau selama pesta Bola Eropa, Piala Eropa 2024.Â
Berada di grup neraka, Spanyol keluar sebagai juara grup tanpa kalah dan kebobolan. Pun Spanyol menjadi satu-satunya tim yang melaju ke babak 16 besar dengan kemenangan 100 persen.
Sebaliknya, selama babak kualifikasi grup Jerman menang 2 kali dan 1 kali imbang yang mana itu terjadi kontra Swiss. Bahkan, Jerman berjibaku meraih hasil imbang kontra Swiss yang nota bene salah satu "kuda hitam" di babak perempat final saat ini.
Lalu, Spanyol menang dengan meyakinkan (4-1) kontra Georgia pada babak 16 besar. Hanya satu gol yang bersarang ke gawang Spanyol. Itu pun gol bunuh diri.
Sementara itu, Jerman menang dengan susah payah kontra Denmark. Intervensi VAR menjadi salah satu sebab di mana gol pertama Kai Havertz dari titik penalti tercipta dan gol Denmark dianulir lantaran offside yang cukup tipis.
Menariknya, kedua tim memiliki produktivitas yang persis sama sejak babak kualifikasi. Jerman dengan koleksi 10 gol dan Spanyol dengan 9 gol.
Tak pelak, jalan Jerman menuju ke Berlin rada sulit. Spanyol tampil dengan wajah yang berbeda di Piala Eropa 2024. Tak lagi berpaku pada gaya andalan, "Tika-taka", tetapi berani keluar dari arena nyaman untuk menyesuaikan dengan karakter pemain.
Transformasi taktik "La Roja" itu berbuah manis. Transformasi gaya itu menjadi kekuatan tersembunyi Spanyol yang sulit dibaca lawan. Jerman tidak lagi menghadapi Spanyol yang sudah terbiasa dengan permainan dari kaki ke kaki.
Untuk itu, Spanyol menjadi ancaman dalam perjalanan Jerman ke Berlin. Ancaman itu muncul dari perubahan gaya Spanyol yang berubah dari masa-masa sebelumnya. Â
Di laga perdana kualifikasi grup kontra Kroasia, Spanyol menang 3-0 dengan gaya baru. Tak mendominasi laga. Wajah Tika-taka tampak hilang. Lebih cenderung bermain langsung dan skema serangan balik.
Untuk pertama kalinya dalam 136 laga, Spanyol tak mendominasi laga. Kroasi tampil lebih dominan, tetapi Spanyol malah yang lebih efektif dalam mencetak gol.
Ketika menguasai laga dan lawan bermain bertahan, Spanyol tak ragu untuk melakukan umpan-umpan panjang. Terbukti, saat menundukan Georgia di babak 16 besar.
Guna menembus kesolidan lini belakang Georgia, terlebih lagi Georgia sudah unggul 1 gol, Spanyol menerapkan umpan-umpan diagonal dari sisi sayap. Makanya, gol-gol tandukan dari hasil umpan-umpan panjang dari sisi kiri dan kanan menjadi senjata baru permainan Spanyol.
Lamine Yamal (16 tahun) di sisi kiri dan Nico Williams (22 tahun) di sisi kanan menjadi bagian dari gaya baru permainan Spanyol. Kedua pemain yang berada pada kedua sisi sayap pada skema permainan pelatih Luis de la Fuente mempunyai karakteristik yang persis sama.
Kedua pemain itu memiliki kecepatan, kreativitas dalam menggiring bola hingga efek penetrasi yang menekan lawan yang hampir sama. Yamal sudah mencatatkan 2 asis untuk Spanyol di Piala Eropa 2024. Sementara itu, Williams dengan koleksi 1 asis dan 1 gol.
Keduanya pun akan menjadi ancaman untuk lini belakang Jerman. Uji cepat dan duel kreativitas akan menjadi tantangan yang bisa mengganggu konsentrasi lini belakang Jerman. Juga, gaya permainan dari kedua anak muda asal Spanyol itu menjadi salah satu ancaman tersembunyi untuk Jerman.
Toni Kroos menjadi urat nadi permainan Jerman sepanjang turnamen Piala Eropa 2024. Kroos yang memutuskan gantung sepatu setelah Piala Eropa 2024 menjadi pemain yang mempunyai umpan tertinggi, dengan 95 persen (411/431) melebihi para pemain lain.
Namun, pemain yang sudah memutuskan gantung sepatu di Real Madrid itu akan menghadapi duel yang cukup sengit di lini tengah.
Fabian Ruiz menjadi ancaman tersembunyi dari kubu Spanyol. Gelandang yang membela Paris Saint Germain itu sudah mengoleksi tiga gol dan dua asis dalam empat laga terakhir.
Pedri yang berseragam Barcelona sudah menjadi lawan familiar Kroos di Liga Spanyol. Belum lagi, Rodri yang menjadi gelandang jangkar dan penghubung lini belakang dan depan akan ikut mengimbangi performa lini tengah Jerman.
Jalan Jerman ke Berlin akan penuh rintangan. Pelatih "Tim Panzer", Julian Nagelsmann harus putar otak untuk meladeni kekuatan Spanyol dengan wajah baru.
Berkat performa apik sejauh ini, Spanyol sudah mulai dilirik sebagai salah satu favorit yang pergi ke Berlin untuk bermain pada final pada 14 Juli mendatang.
Seturut The Opta supercomputer (bdk Opta Analyst 3 Juli 2024), Spanyol lebih diunggulkan memenangkan laga dengan 38.0 % dari 10.000 ribu simulasi pra-laga dalam 90 menit daripada Jerman yang hanya 34.2 %. Selebihnya, 27,8 persen laga akan berakhir seri. Â
Kalau Jerman bisa mengatasi Tim Matador, jalan berikutnya tak kalah "menyeramkan" lantaran Jerman bisa bertemu antara Perancis ataukah Portugal.
"We're going to Berlin," nyanyian motivasi suporter untuk Timnas Jerman. Nyanyian itu bisa saja bergemuruh kala menantang Tim Matador.
Akankah suporter Jerman terus menyanyikan lagu itu pada babak selanjutnya?
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H