Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Saat Anak Gagal Seleksi Masuk Sekolah Favorit

25 Juni 2024   21:54 Diperbarui: 25 Juni 2024   22:15 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pendaftaran masuk sekolah. Foto: Shutterstock/mahardhikarizqi via Kompas.com

Istilah sekolah favorit sempat menjadi polemik di tanah air. Salah satu argumen pendasarannya adalah kata favorit dihilangkan guna memberikan penekanan bahwa tiap sekolah, terlebih khusus sekolah negeri, itu mempunyai potensi yang sama.

Namun, niat perubahan di atas kertas itu selalu sulit terjadi di lapangan. Tak sedikit yang masih berpresepsi untuk sekolah-sekolah tertentu sebagai sekolah kategori favorit. Kategori ini tak terbatas pada sekolah-sekolah negeri, tetapi juga sekolah-sekolah swasta.

Faktor status favoritnya ditentukan oleh tingkat minat pendaftar pada sekolah-sekolah tersebut. Minat itu hadir karena pengakuan dan kapasitas pada sistem sekolah yang berkualitas dan hasil yang diperoleh bagi para siswa selama dan sesudah proses belajar.

Karenanya, banyak orangtua yang berlomba-lomba dan berupaya untuk menempatkan anak mereka di sekolah-sekolah tersebut. Upaya itu dibarengi dengan kesediaan untuk membayar uang sekolah yang terbilang tinggi.

Menyikapi besarnya antusias orangtua dan banyaknya pendaftaran siswa, tak sedikit sekolah yang masuk kategori "favorit" harus melakukan ujian seleksi masuk. 

Tujuannya agar sekolah itu benar-benar menerima siswa yang masuk kriteria yang telah ditetapkan sekolah dan tanpa pandang pilih dalam penerimaan siswa.

Untuk itu, menjadi menantang saat orangtua menghadapi kenyataan bahwa anaknya tak lulus atau gagal dalam proses seleksi masuk sekolah tersebut. 

Pada tempat pertama, pastinya ada rasa sedih yang bercampur kecewa pada sisi orangtua dan anak karena alih-alih mengharapkan anaknya masuk sekolah tersebut, namun si anak gagal di ujian seleksi.

Di sisi lain, kegagalan itu perlu disikapi secara bijak. Kalau kembali lagi pada polemik tentang penghilangan status sekolah masuk kategori favorit, maka kegagalan dalam ujian seleksi bisa disikapi dengan pikiran jernih. 

Tiap sekolah itu sama. Yang paling penting dari proses pendidikan selalu bergantung pada anak dan orangtua.

Sikap menyalahkan anak gegara tak lolos seleksi bukanlah sikap yang bijak. Apalagi, orangtua mulai membandingkan kegagalan itu dengan orang yang sukses. 

Seperti misal, membandingkan kegagalan itu dengan keberhasilan temannya yang barangkali lolos ujian seleksi.  

Sikap membandingkan itu bukannya memberikan solusi dan menjadi pendorong bagi anak untuk lebih berusaha di kemudian hari, tetapi itu bisa menjadi beban atau pun luka batin bagi anak. 

Salah satu efeknya adalah anak menjadi ragu untuk mengambil dan menghadapi tantangan tertentu karena merasa takut gagal dan dipojokan saat gagal.

Oleh sebab itu, orangtua perlu bersikap bijak saat anak gagal lolos seleksi masuk sekolah favorit. Salah satunya dengan menilai bahwa kegagalan itu menjadi bagian dari evaluasi untuk performa anak.

Selain itu, anak pun perlu didorong untuk tak terpenjara pada kekecewaan. Perlu membantu anak menyikapi kegagalan dari proses seleksi tersebut.

Salah satu dorongannya dengan memberikan penjelasan yang masuk akal tentang manfaat bersekolah, walaupun gagal masuk sekolah yang dinilai kategori favorit. Dengan ini, perlu memberikan penekanan bahwa sistem pendidikan sangat bergantung pada peran anak.

Anak menjadi faktor pertama dalam proses pendidikan. Ketika dia ada niat, komitmen kuat dan kerja keras untuk belajar, di mana pun dan kapan pun dia berada, pasti hasilnya bagus. 

Dengan ini, hasil yang baik tak semata-mata bergantung pada sekolah, tetapi bergantung pada niat besar anak untuk belajar.

Niat besar itu juga ditopang oleh orangtua. Orangtua mendukung anak saat bersekolah. Kendati tak lolos seleksi masuk sekolah yang terbilang kategori favorit, orangtua tetap berperan untuk terus mendidik anak. 

Jangan sampai pendidikan berhenti lantaran kegagalan anak lulus seleksi ujian masuk sekolah favorit.

Saya teringat komentar kakak sepupu saya saat mendaftarkan anaknya di salah satu  Sekolah Dasar. Dari sisi finasial, kaka sepupu saya itu bisa mendaftarkan anaknya di salah satu SD ternama.

Namun, dia menilai bahwa semua sekolah itu sama lantaran itu tetap bergantung pada anak sendiri dan dukungan orang tua dan bukan semata-mata pada tempat mereka bersekolah.

Pandangan itu sangat benar. Toh, tak sedikit anak yang berasal dari sekolah tak bernama yang mampu bersaing dan berprestasi di lingkup sosial. Bahkan, ada siswa dari sekolah ternama atau pun sekolah elit yang melakukan hal-hal negatif.

Contohnya tindakan bullying atau perundungan yang terjadi di salah satu sekolah internasional di Jakarta pada Maret 2024 ini. Berstatuskan sekolah bermutu, atau juga sekolah favorit, belum tentu luput dari tindakan penyelewengan.

Dengan ini, sekolah tak menjadi arena utama dan satu-satunya dari proses pendidikan dan pembentukan karater siswa. Semuanya itu masih bergantung pada orangtua (keluarga) dan juga anak/siswa sendiri.

Oleh sebab itu, kegagalan dalam seleksi masuk sekolah yang dipandang favorit bukanlah akhir dari proses pendidikan. Malahan, hal itu bisa menjadi bagian pembelajaran untuk waktu-waktu yang akan datang. 

Juga, itu bisa menjadi bekal mental bagi anak dalam menyikapi setiap kegagalan dalam proses pendidikannya.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun