Sikap menyalahkan anak gegara tak lolos seleksi bukanlah sikap yang bijak. Apalagi, orangtua mulai membandingkan kegagalan itu dengan orang yang sukses.Â
Seperti misal, membandingkan kegagalan itu dengan keberhasilan temannya yang barangkali lolos ujian seleksi. Â
Sikap membandingkan itu bukannya memberikan solusi dan menjadi pendorong bagi anak untuk lebih berusaha di kemudian hari, tetapi itu bisa menjadi beban atau pun luka batin bagi anak.Â
Salah satu efeknya adalah anak menjadi ragu untuk mengambil dan menghadapi tantangan tertentu karena merasa takut gagal dan dipojokan saat gagal.
Oleh sebab itu, orangtua perlu bersikap bijak saat anak gagal lolos seleksi masuk sekolah favorit. Salah satunya dengan menilai bahwa kegagalan itu menjadi bagian dari evaluasi untuk performa anak.
Selain itu, anak pun perlu didorong untuk tak terpenjara pada kekecewaan. Perlu membantu anak menyikapi kegagalan dari proses seleksi tersebut.
Salah satu dorongannya dengan memberikan penjelasan yang masuk akal tentang manfaat bersekolah, walaupun gagal masuk sekolah yang dinilai kategori favorit. Dengan ini, perlu memberikan penekanan bahwa sistem pendidikan sangat bergantung pada peran anak.
Anak menjadi faktor pertama dalam proses pendidikan. Ketika dia ada niat, komitmen kuat dan kerja keras untuk belajar, di mana pun dan kapan pun dia berada, pasti hasilnya bagus.Â
Dengan ini, hasil yang baik tak semata-mata bergantung pada sekolah, tetapi bergantung pada niat besar anak untuk belajar.
Niat besar itu juga ditopang oleh orangtua. Orangtua mendukung anak saat bersekolah. Kendati tak lolos seleksi masuk sekolah yang terbilang kategori favorit, orangtua tetap berperan untuk terus mendidik anak.Â
Jangan sampai pendidikan berhenti lantaran kegagalan anak lulus seleksi ujian masuk sekolah favorit.