Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Fenomena Siswa Titipan dan Derita Guru

24 Juni 2024   19:01 Diperbarui: 25 Juni 2024   13:35 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ruang Belajar. Foto: MChe Lee/Unplash.com via Kompas.com

Namun, kontrol sangat sulit terjadi di tengah jumlah murid yang terbilang banyak. Dengan ini, kerja ekstra dan juga kadang pengorbanan lebih dari guru dibutuhkan agar proses pendidikan terjadi secara merata.

Karenanya, jumlah siswa yang begitu banyak menjadi beban dan boleh dikatakan derita tersendiri untuk guru. Apalagi, jumlah rombongan belajar itu disebabk oleh "jalur siluman" siswa titipan.

Pastinya, persoalan siswa titipan mesti diatasi. Pertama-tama, tindakan keras dari instansi pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan untuk mengontrol jumlah rombongan belajar di setiap sekolah.

Bukan sebaliknya, pihak sekolah dan pemangku kekuasaan yang melapangkan praktik siswa titipan. Kadang-kadang sekolah tak berkata banyak lantaran pihak yang menitipkan siswa adalah seseorang yang berada di bangku kekuasaan. 

Kedua, perlu hilangkan konsep "orang dalam" dalam pendaftaran siswa baru. 

Setiap orangtua mesti bertanggung jawab dalam pendaftaran anak dan juga mesti terbuka dalam menerima proses seleksi yang diatur oleh lembaga pendidikan atau sekolah.

Kalau mau tegas, orangtua hadir secara langsung di sekolah untuk mendaftarkan anaknya. Tanpa kehadirannya, pendaftaran pun tak valid. 

Masalah "jalur siluman" dalam proses pendaftaran siswa baru bukanlah wajah baru dalam dunia pendidikan kita. 

Namun, kalau hal ini terus terjadi, dunia pendidikan kita sulit untuk maju dan para pendidik (guru) akan mengalami penderitaan tersendiri untuk mendidik para siswa jika kapasitas rombongan belajar melampaui aturan yang sebenarnya.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun