Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ketika Nilai Rapor Anak Tak Sesuai Ekspektasi Orangtua

22 Juni 2024   13:15 Diperbarui: 22 Juni 2024   20:31 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buku rapor. Foto: PEXELS.com via Kompas.com

Pembagian rapor di akhir tahun sekolah menjadi salah satu momen yang dinanti-nantikan. Para siswa umumnya harap-harap cemas menunggu berapa nilai yang diberikan oleh guru mereka.

Begitu juga dengan orangtua yang sudah berkorban demi pendidikan anak. Umumnya, orangtua ingin tahu bagaimana performa anak mereka di sekolah.

Menjadi menantang ketika penantian itu dibarengi dengan ekspektasi. Ekspektasi itu tak hanya muncul dari sisi siswa saja, tetapi terlebih khusus dari orangtua yang datang ke sekolah sebagai penerima rapor.

Ekspektasi orangtua beragam. Muaranya hanya satu, yang mana mereka berharap agar anak mereka bisa mendapatkan nilai yang bagus dan kalau boleh mendapat rangking di kelas.

Siapa pun pasti senang dan bangga ketika anaknya mendapat nilai bagus dan rangking tinggi di antara teman-teman lain. Prestasi anak pun menjadi kebanggaan untuk orangtua.

Menjadi masalah ketika ekspektasi itu terjadi tak sesuai dengan kenyataan. Kekecewaan pasti terjadi. Tanda tanya bergelayut dalam pikiran tentang mengapa nilai anak tak bagus dan bahkan rendah bila dibandingkan dengan teman-teman yang lain.

Untuk itu, orangtua perlu memiliki disposisi batin. Ekspektasi memang sulit dihindari, namun di balik ekspektasi perlu juga mempunyai sikap batin untuk menerima kenyataan yang tak sesuai ekspektasi.

Pada tempat pertama, perlu sadar bahwa nilai rapor menjadi bahan evaluasi.

Itu sebenarnya menjadi referensi orangtua melihat dan meneliti perkembangan anak. Di sini, evaluasi itu tak hanya menyangkut tentang performa sekolah dalam mendidik anak, tetapi lebih jauh itu menjadi bahan evaluasi bagi orangtua melihat dan menilai perkembangan anak.

Toh, keluarga menjadi sekolah pertama. Sekolah formil hanyalah lanskap lanjutan dari pendidikan yang telah ditabur sejak dini di keluarga.

Dengan ini, seharusnya orangtua tak boleh lepas tangan ketika anak sudah masuk sekolah formil. Sebaliknya, orangtua terus melanjutkan dan mendukung pendidikan anak.

Ketika nilai rapor tak sesuai dengan ekspektasi orangtua, hal itu menjadi evaluasi berharga bagi orangtua. Apakah orangtua sudah menjadi guru yang baik untuk anak-anak? Apakah orangtua ikut berpartisipasi dalam pendidikan anak saat mereka tiba di sekolah?

Bagaimana pun, orangtua perlu mengecek setiap alur perkembangan anak. Tak cukup puas dengan pendidikan di sekolah, tetapi kemudian membiarkan anak belajar dengan sendiri.

Kedua, nilai rapor sebenarnya bisa menjadi titik tolak untuk meneliti kelebihan anak.

Dengan meneliti nilai rapor, orangtua bisa melihat titik-titik tertentu dari perkembangan anak. Apalagi, jika ada nilai yang rendah sementara nilai mata pelajaran lainnya tinggi. Lalu, hasil nilai rapor itu terus berulang dari level ke level.

Dengan melihat tren itu, orangtua pun makin tahu kelebihan anak. Dengan ini, nilai tinggi atau pun nilai rendah bisa menjadi referensi besar untuk mengevaluasi bakat dan kemampuan dari seorang anak.

Sebenarnya, evaluasi ini bermanfaat untuk jangka waktu yang panjang. Dalam mana, orangtua sudah mengenal kelebihan anak dan kekurangannya.

Pengetahuan orangtua itu bisa menjadi titik tolak dalam mengiakan anak saat memilih bidang studi di sekolah lanjut dan juga pengembangan diri pada konteks yang lebih luas. 

Juga, pengetahuan itu menjadi landasan pemahaman dan pengertian orangtua saat anak enggan atau menolak permintaan orangtua untuk mengambil bidang studi tertentu.

Oleh sebab itu, alih-alih terjebak pada kekecewaan yang mendalam karena nilai rapor anak tak sesuai ekspektasi, lebih baik orangtua mempelajari kenyataan itu sebagai titik tolak untuk waktu yang akan datang. Dengan ini, orangtua tak terkejut saat anak memilih bidang tertentu sebagai bagian studi lanjut dan bukannya bidang lain.

Ketiga, nilai rapor bukanlah akhir dari proses pendidikan.

Tak berbeda jauh dari poin pertama dan kedua, nilai rapor hanyalah salah satu medium dari sekian instrumen untuk mengukur perkembangan anak.

Untuk itu, tak perlu terlalu bersandar pada nilai rapor sebagai satu-satunya standar dalam mengevaluasi perkembangan anak. 

Terlebih lagi, gegara nilai rapor yang tak sesuai dengan ekspektasi, orangtua menjadi judgmental dengan anak sendiri dan membandingkan performanya dengan anak lain.

Sikap itu bukannya menjadi solusi, tetapi malah bisa menjadi beban batin untuk anak. Dengan itu, masalah tak terpecahkan, tetapi bisa menghadirkan masalah baru untuk pertumbuhan dan perkembangan anak dalam jangka waktu lebih lanjut.

Nilai rapor bukanlah akhir segala-galanya dari proses pendidikan. Jadi, saat nilai rapor tak sesuai dengan ekspektasi, orangtua pun mencari cara bagaimana membantu anak agar tak kecewa dengan nilai yang diperoleh dan juga membantunya untuk menemukan hal yang lebih baik untuk pendidikannya.

Nilai rapor memang sangat penting lantaran itu menjadi bagian dari evaluasi untuk sekolah, siswa, dan orangtua. Akan tetapi, kita tak boleh memenjarakan konsep kita pada kualitas pendidikan seorang anak pada pencarian nilai rapor.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun