Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Persiapan yang Dibutuhkan Sebelum Masuk Retirement House

8 Juni 2024   09:51 Diperbarui: 14 Juni 2024   10:09 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi masa tua. (Foto: Shutterstock via Kompas.com)

Bagi sebagian orang di Filipina, rumah untuk kaum lanjut usia biasa disebut dengan rumah pensiun atau retirement house. Artinya, rumah itu dikhususkan untuk mereka yang sudah tak aktif lantaran faktor usia lanjut.

Retirement house biasanya juga menjadi wajah yang biasa untuk orang-orang yang terikat hidup selibat atau hidup religius seperti kaum rohaniwan atau pun biarawan/wati Katolik.

Sistemnya sudah jelas dan terstruktur. Bahkan, itu sudah menjadi bagian dari program tetap dan pasti dari kehidupan religius. Ketika seseorang memasuki usia tertentu atau pun tak mampu secara fisik, yang bersangkutan didorong dan dianjurkan untuk masuk rumah pensiun.

Sejauh pengamatan pribadi, rumah pensiun itu mempunyai sistem kerja yang teratur. Ada jam untuk tidur, olahraga, doa, dan bahkan kerja tangan bagi mereka yang masih bisa. Aturan itu berlaku harian.

Lalu, pihak rumah juga menyediakan perawat dan kerap kali ada dokter yang datang berkunjung dan mengecek kaum lansia yang tinggal dan berada di rumah pensiun tersebut. 


Pendek kata, mereka berada di rumah pensiun bukannya tanpa sistem kerja yang jelas, tetapi sudah memiliki aturan yang bisa mendukung mereka di masa-masa tua.  

Kesulitan Masuk Rumah Pensiun

Walau demikian, tak gampang untuk menerima kenyataan mau masuk dan berada di rumah pensiun. Sebagaimana pandangan umum, seperti untuk konteks Indonesia dan Asia pada umumnya, berada di rumah lansia atau pun rumah pensiun seperti berada di tempat pengasingan.

Tak sedikit juga kesan yang menyatakan bahwa berada di rumah pensiun seperti terbuang lantaran sudah dinilai tak produktif. Pandangan seperti ini menjadi beban bagi mereka yang lansia sehingga berada di rumah pensiun bukannya memberikan kelegaan dan penghiburan, tetapi menghadirkan beban batin tersendiri.

Padahal, sejatinya rumah pensiun itu dimaksudkan sebagai tempat perawatan. Bagaimana pun, karena faktor usia yang sudah lanjut, seseorang perlu mendapatkan perawatan khusus yang mungkin tak bisa diberikan oleh keluarga sendiri.

Di sini, perlu ada pihak-pihak yang mempunyai keahlian dan pengetahun tersendiri dalam mengatur dan mengelolah rumah lansia atau pun rumah pensiun. Tujuannya agar ritme hidup kaum lansia bisa teratur, kondisi kesehatan fisik dan mental terjaga, dan rumah pensiun pun menjadi tempat yang nyaman.

Makanya, tak sedikit orang yang merasa sehat dan bugar berada di rumah lansia. Semangat hidup terbangun karena kegiatan yang terstruktur, interaksi sesama kaum lansia, dan juga program yang disiapkan oleh komunitas.

Persiapan Masuk Rumah Lansia

Seorang teman di Jakarta bercerita tentang persiapan masuk rumah lansia. Dia berusia 45 tahun. Namun, sejak saat sekarang dia sudah melakukan investasi di salah satu rumah jompo.

Menurutnya, ketika dia dan suaminya sudah lansia, mereka ingin tinggal di rumah lansia. Mereka tak mau merepotkan anak-anaknya. Juga, dia ingin lebih leluasa di rumah jompo karena tak terikat oleh aturan dari ana-anaknya.

Masuk rumah jompo tak hanya membutuhkan persiapan materi. Akan tetapi, hal itu juga perlu dibarengi dengan persiapan mental dan batin.

Bagaimana pun, kita akan menghadapi masa tua. Dengan kata lain, masa tua tak bisa hindari dan akibat masa ke-tua-an, kita tak berdaya, peran makin terpinggir di konteks sosial, dan perhatian bisa ikut tergerus.

Tak masalah ketika lingkungan keluarga terdekat memperhatikan kita dengan baik. Atau juga, situasi dan kondisi kita masih memungkinkan kita untuk tetap produktif hingga usia lanjut. Masalahnya, ketika kita benar-benar pensiun, yang mana peran kita di lingkungan sosial begitu tercerabut.

Rumah pensiun menjadi pilihan. Namun, sebelum ke sana, kita perlu mempersiapkan batin dan mental. Persiapan mental dan batin itu terbangun lewat kesadaran, pertama-tama, masa tua tak bisa dihindari. Karenanya, kita harus siap menerima kenyataan tersebut.

Setelah itu, kita perlu berpikir mengenai aktivitas yang bisa menemani hari-hari kita di masa tua. Paling tidak, kita menimbang aktivitas itu dengan hobi atau juga mencari hobi baru yang bisa dimanfaatkan di masa tua.

Daripada kita berpikir pada perhatian orang lain, lebih baik kita mencari cara untuk mendapatkan kegiatan yang bisa dimanfaatkan saat ini hingga hal itu bisa dimanfaatkan di masa lansia.

Salah satu contohnya adalah menulis. Menulis bisa menjadi salah satu alternatif yang bisa dimanfaatkan ketika masuk masa tua dan serentak saat berada di rumah lansia.

Lebih jauh, sebisa mungkin kita perlu mempertahankan ritme hidup kita. Kita perlu membangun ritme hidup yang konsisten sejak sekarang. Ritme ini hidup bisa menjadi fondasi saat kita menghadapi masa-masa tua, termasuk berada di panti jompo atau rumah pensiun.

Memang, tak gampang untuk masuk ke lingkungan baru. Selalu perlu adaptasi. Kendati demikian, ketika kita sudah memiliki kesiapan batin serentak struktur hidup yang sudah jelas, proses adaptasi bisa berjalan lancar dan tanpa hambatan.

Sama halnya dengan masuk rumah jompo atau pun retirement house. Ketika kita sudah siap batin, memiliki struktur hidup yang pasti dan orientasi hidup yang jelas, rumah jompo atau pun rumah pensiun itu pun hanya dipandang sebagai lingkungan baru yang merupakan bagian dari siklus kehidupan kita manusia.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun