Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Indonesia Perlu Belajar Gaya Real Madrid

6 Juni 2024   18:51 Diperbarui: 7 Juni 2024   09:07 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencermati jalannya pertandingan antara Timnas Indonesia kontra Timnas Irak di stadion Gelora Bung Karno, Jakarta (6/4/24) dalam lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2026 seperti menyaksikan situasi pertandingan antara Real Madrid kontra Borussio Dortmund di Liga Champions Eropa pada hari Minggu lalu (2/5/24).

Pernyataan ini barangkali terlalu berlebihan bagi sebagian. Namun, ada beberapa aspek yang, hemat saya, persis sama untuk ditarik benang merahnya. 

Pada babak pertama, Timnas Indonesia tampil agresif laiknya Borussio Dortmund yang lebih agresif daripada Madrid pada babak pertama. Akan tetapi, agresivitas Indonesia itu tak berbuah gol. 

Situasi mulai berubah pada babak kedua. Timnas Irak mendapat tendangan dari titik penalti pada menit ke-54. Empat menit kemudian, bek andalan Indonesia Jordi Amat mendapatkan kartu merah. 

Kehilangan satu pemain pun membuat upaya Indonesia untuk menyamakan kedudukan menjadi sulit. Malahan, Irak mampu mencetak tambahan satu gol di menit ke-88. 

Gaya Indonesia seperti apa yang dimainkan oleh Borussio Dormund saat meladeni kekuatan Real Madrid di stadion Wembley pada hari Minggu lalu. Madrid tak begitu terprovokasi dengan agresivitas Dortmund pada babak pertama. 

Situasi berubah di babak kedua ketika Dani Carvajal yang merupakan bek berpostur pendek di antara para bek Madrid mampu mencetak gol memanfaatkan tendangan pojok. 

Gol itu mengubah ritme permainan. Madrid pun mampu memanfaatkan kesalahan komunikasi di lini belakang Dortmund sehingga bola direbut oleh Jude Bellingham dan kemudian memberikan umpan matang untuk Vinicius Jr guna mencetak gol kedua. 

Setelah laga itu, pelatih Dortmund, Edin Terzic mengakui kehebatan Madrid. Pelatih berusia 41 tahun itu menyatakan bahwa yang membedakan Madrid dengan timnya adalah soal efisiensi dalam mencetak gol. 

Hal itu pun sering dilakukan Madrid dalam beberapa musim terakhir yang mana Madrid mampu memanfaatkan setiap kelengahan lawan dengan baik. Boleh dibilang, Madrid tak begitu bermain menarik, tetapi  mampu mendapatkan hasil yang positif.  

Efesiensi, Kunci Raih Kemenangan

Efisiensi berarti melakukan sesuatu dengan cara yang tepat dan berdaya guna. 

Gaya ini dimainkan oleh Madrid. Bermain efisien di tengah kengototan dan agresivias dari permainan Dortmund pada final Liga Champions Eropa 2024. 

Hal itu yang tampaknya hilang dari pola permainan Indonesia saat menjamu Irak di stadion Gelora Bung Karno, Jakarta 

Indonesia menguasai jalannya laga. Tercatat Indonesia menguasai 55 persen jalannya laga, berbanding 45 persen dari Irak. Lalu, tercatat Irak Indonesia mencatakan 9 tembakan ke gawang Irak dan Irak dengan 12 tembakan. 

Agresivitas Indonesia terbaca oleh Irak dan Irak kadang cenderung bermain bertahan dengan memanfaatkan permainan menyerang. 

Pola serangan Irak tak begitu agresif. Irak hanya mencari setiap peluang di tengah kelengahan permainan Indonesia. 

Pola permainan agresif Indonesia, memang, sangat dimengerti lantaran ambisi untuk melaju ke babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026. Apalagi, Indonesia bermain di depan pendukungnya sendiri. 

Secara matematis, kemenangan dari Irak menjadi salah satu kunci Indonesia bisa lolos. 

Namun, Indonesia juga perlu "mengontrol" emosi yang cenderung mau cepat-cepat mencetak gol, tetapi tak menemukan cara yang efesien. 

Dalam hal ini, perlu bermain efisien dan efektif. Lebih mencari hasil yang positif dengan permainan yang pasti daripada penuh agresif tetapi nihil hasil yang jelas. 

Di sini, Indonesia barangkali perlu belajar dari Real Madrid yang mampu menjadi raja Liga Champions. Madrid sering memainkan pola permainan efektif dan efesien. Tak begitu menguasai jalannya pertandingan, tetapi bisa tampil sangat menyengat ketika lawan lengah. 

Tentu saja, gaya permainan efesien itu terbangun melalui latihan yang tak gampang. Mentalitas para pemain perlu diasah. Daya juang perlu dibarengi dengan ketahanan mental untuk menghadapi setiap situasi. 

Hasil laga kontra Irak belum secara penuh menutup peluang Indonesia melaju ke babak ketiga kualifikasi dunia. Tertinggal satu laga kontra Filipina. 

Walau demikian, laga kontra Irak menjadi pelajaran yang sangat berharga untuk waktu yang akan datang. 

Dalam mana, untuk meraih hasil yang baik tak cukup dengan bermain agresif dan mendominasi, tetapi juga perlu bermain efektif dan efesien. Dengan kata lain, perlu belajar dari gaya permainan Madrid yang tampil efesien ketika menghadapi lawan yang agresif dan mendominasi. 

Salam Bola 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun