Pada satu titik, STY sangat meyakini dari sebuah proses. Untuk mendapatkan hasil yang baik, timnas harus menjalani proses yang tak gampang seperti pengaturan diet makanan para pemain, pembentukan fisik, hingga perekrutan pemain naturalisasi yang benar-benar efesien untuk kebutuhan timnas.Â
Alhasi, performa Timnas Indonesia membaik. Bahkan, Timnas Indonesia bisa bisa bersaing ketat dengan tim-tim lain dari daratan Asia.Â
Hal itu terjadi karena pola kerja yang disiplin dan keras ala STY. Para pemain harus mengikuti aturan yang ketat sehingga performa dan stamina pemain bisa terangkat dan terjaga dalam setiap kondisi dan tuntutan permainan.Â
Dengan ini, STY tak hanya melihat faktor talenta, tetapi juga bagaimana memanfaatkan talenta para pemain dengan cara dan sistem kerja yang tepat.Â
Dengan kata lain, talenta para pemain  akan menjadi sia-sia apabila tak dibarengi dengan sistem penguatan mental dan fisik yang tepat sasar.Â
Makannya, salah satu keluhan STY saat pertama kali mengatur timnas adalah para pemain Indonesia gampang lelah. Ketika memasuki babak kedua, fisik pemain cenderung menurun.Â
Setelah ditelaah dengan seksama, STY menemukan beberapa sebabnya, dan kemudian pelatih yang dikontrak hingga 2027 itu mencari solusi yang tepat.Â
Situasi itu sangat berbeda saat ini. Para pemain bahkan bisa menjaga kondisi fisik hingga 120 menit laga seperti saat Timnas U23 menyingkirkan Korea Selatan U23 di babak perempaf final Piala AFC U23.
Oleh sebab itu, untuk memajukan sepak bola wanita, badan sepak bola Indonesia (PSSI) perlu mencari sosok yang tepat untuk menaikan mentalitas dan kekuatan fisik para pemain seperti apa yang dilakukan oleh STY.Â
Belajar dari Filipina
Timnas sepak bola wanita Filipina menjadi salah satu tim terkuat di Asia Tenggara. Hal itu sangat terlihat saat Filipina yang sudah merasakan bagaimana bermain di Piala Dunia Wanita.Â