Apabila Tuhan Yesus disalibkan dengan langkah pengadilan yang tak adil, demikian pula ketidakadilan masih terjadi saat ini. Proses pengadilan yang cenderung tajam ke bawah tetapi tumpul ke atas jika melihat proses dan hasil pengadilan yang terjadi.
Belum lagi ketimpangan sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Yang kaya kian menjadi kaya, yang berada di kalangan kelas menengah mulai kesulitan untuk memenuhi tuntutan hidup dan yang miskin kian terpuruk.
Beberapa waktu lalu kita dihadapkan dengan masalah kenaikan harga beras. Tak sedikit yang menilai bahwa kenaikan harga beras itu tidak berpihak sama sekali pada para petani tetapi memberikan keuntungan sebagian pihak.
Malahan, kenaikan itu seperti mencekik kaum kelas miskin dan menengah. Efeknya terjadi ketimpangan yang kian tajam di tengah masyarakat.Â
Ketimpangan sosial itu menjadi cerminan dari ketidakadilan sosial yang terjadi di tengah masyarakat pada saat ini dan menjadi wajah dari Jalan Salib pada masa kini.Â
Lantas bagaimana kita menghadapi ketidakadilan dan ketimpangan itu?
Pasrah pada keadaan bukanlah solusi. Sebagai warga negara, kita sekiranya mengkritisi ketimpangan yang terjadi sembari mencari solusi keluar dari persoalan tersebut.Â
Di tengah kegamangan atas kehadiran ataukah tidak atas kaum oposisi di pemerintahan saat ini, kita seperti terpanggil menjadi kaum oposisi.Â
Menjadi oposisi bukan berarti untuk melawan, tetapi untuk melakukan kontrol sosial berupa pengecekan dan koreksi atas apa yang dibuat dan dilakukan pemerintah.Â
Suara kritis menjadi wajah oposisi untuk mengontrol dan mengoreksi pemerintah agar berpihak pada kepentingan masyarakat pada umumnya, atau demi kebaikan bersama.Â
Salam