Dua kekalahan berturut-turut yang menimpa Barcelona  membuat posisi pelatih Xavi Hernandez terancam. Pelatih yang membawa Barca menjuarai kompetesi La Liga Spanyol musim lalu ini harus dihadapkan dengan spekulasi pemecatan dari kursi pelatih.
Memang, isu itu sangat sulit dihindari. Barca menderita kekalahan dari Girona yang nota bene sementara berada di puncak klasemen sementara Liga Spanyol 2023/24 dan akibatnya Barca tergeser ke posisi ke-4 klasemen sementara.Â
Peluang untuk mempertahankan trofi Liga Spanyol terancam apabila Barca tak segera memperbaiki performanya.Â
Setelah kalah dari Girona, Barca kembali menderita kekalahan di Liga Champions dari Antwerp, klub asal Belgia dalam laga terakhir di Liga Champions. Kekalahan itu memang tak mempengaruhi tempat Barca di posisi 16 besar.Â
Namun, kekalahan itu seperti mengoles garam kasar pada luka Barca yang sementara tampil mandek dalam beberapa laga terakhir. Beberapa surat kabar olahraga asal Barcelona bahkan ikut berkomentar. Surat kabar Mundo Deportivo menulis bahwa "No Forgiveness" sebagai judul berita atas kekalahan yang dialami Barca di tangan Antwerp. Â
Terang saja, posisi Xavi makin tergoncang. Pelbagai nama pelatih pengganti pun beredar di ruang publik.Â
Goncangan pada posisi Xavi sebagai pelatih cukup beralasan. Pertama, musim ini Xavi dilengkapi oleh banyak pemain berkualitas. Kedalaman skuad itu terjadi setelah di musim lalu, Xavi sudah mendapatkan beberapa nama seperti Roberto Lewandowski, Jules Kounde, Rapinha, Christensen, M. Alonso, dan para pemain ini mampu membantu Barca meraih trofi Liga Spanyol.Â
Musim  ini, Xavi kembali mendapat keistimewahan dengan jalan klub mendapatkan secara gratis Ilkay Gundongan dari Man City, meminjam Joao Felix dari Atletico Madrid dan Joao Cancelo dari Manchester City, serta mendapatkan Oriel Romeu dari Girono guna menggantikan posisi Sergio Busquets.
Akan tetapi, hal itu tak dibarengi dengan performa yang cukup meyakinkan, baik di ranah Liga Spanyol maupun di Eropa pada musim ini. Malahan, beberapa pemain tampil di bawah standar terbaik.Â
Kedua, intensitas permainan Barca menurun. Permainan Barca sebagai sebuah tim makin kabur. Yang terjadi adalah pemain  lebih  mementingkan performa  individual daripada bermain sebagai tim.Â
Misalnya saat Cancelo yang berperan sebagai bek kiri dalam laga kontra Girona yang kedatapan lebih memilih untuk melakukan tembakan ke gawang Girona dan mengabaikan Lewandowski dan Felix yang lebih berpeluang mencetak gol.Â
Sama halnya saat insiden Lewandowski yang "memarahi" bintang muda, Lamine Yamal, yang cenderung bermain individual daripada sebagai tim.Â
Akibat dari permainan individual ini tentu saja berdampak pada menurunnya kualitas pemain lain. Lewandowski kehilangan  tajinya di depan gawang karena sokongan yang cukup minim. Sama halnya, Gundongan yang berkarakter pemain tim dan sudah lama terbentuk oleh Pep Guardiola di Man City juga tampak tampil abu-abu di lini tengah Barca.
Isu itu tentu saja berkaitan dengan sistem kerja pelatih. Dalam mana, pelatih terlihat sulit menyatukan para pemain untuk bermain sebagai tim.Â
Oleh sebab itu, pengganti untuk Xavi di kursi pelatih bermunculan. Tentu saja, skenario Barca dalam mencari pelatih pengganti juga perlu berhati-hati. Dalam arti, klub tak sekadar bermimpi mencari pelatih yang sesuai dengan DNA Barca semata, tetapi pelatih yang bisa mengolah skuad yang telah tersedia. Secara umum, Barca mempunyai sekumpulan pemain berkualitas, dan barangkali tim membutuhkan tangan yang tepat untuk mengolah skuad tersebut.
Dengan ini, pelatih itu bisa saja berseberangan dengan DNA Barca, tetapi sosok tersebut bisa menjawabi tuntutan dari permainan tim. Barca sudah mempunyai  sekelompok pemain berkualitas, dan mereka hanya membutuhkan sosok pelatih yang bisa mengeluarkan kemampuan terbaik mereka.Â
Untuk itu, peluang pengganti dari Xavi harus seorang pelatih yang bisa menyatukan para pemain yang tersedia, serentak pelatih yang bisa membangun tim yang solid dengan komposisi pemain yang sudah tersedia.Â
Melakukan lawatan ke Mestalla, stadion Valencia menjadi tantangan besar untuk Xavi. Pelatih berusai 43 tahun ini menyebut laga itu seperti berasa final guna memperbaiki citra tim yang sementara anjlok.Â
Keuntungan Barca saat melawat ke Valencia  adalah Valencia juga dalam kondisi tak stabil. Dari empat laga terakhir, Valencia belum pernah meraih kemenangan.Â
Kendati demikian, hal itu juga malah menjadi tantangan serius untuk Barca. Apabila menderita kekalahan dari tangan Valencia yang sementara tampil tak meyakinkan, boleh jadi spekulasi yang mengitari tempat Xavi di kursi pelatih Barca akan menjadi kenyataan dan klub pun harus melihat setiap peluang sebagai pelatih penggantinya.
Salam BolaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H