Pasalnya, tak semua orang mau momen duka dan momen tragedi tersampaikan lewat medsos. Apalagi, momen itu hanya dipakai untuk menaikan popularitas diri di medsos guna mendapatkan keuntungan branding secara personal tetapi tak memberikan keuntungan material dan emosional dari yang menjadi obyek konten.Â
Oleh karenanya, perlu kontrol diri dalam melihat dan mengabadikan momen tragedi dan duka yang terjadi di sekitar kita. Tak semua momen tragedi perlu diabadikan agar bisa tampil di medsos.Â
Beberapa cara untuk kontrol diri. Pertama, menghargai privasi seseorang atau yang lagi berduka.
Ada privasi yang perlu dijaga dan kita perlu tahu batas privasi tersebut. Bukan rahasia lagi, jika ada orang yang tak mau privasinya terekspos ke medsos.Â
Makanya, banyak peristiwa tragedi yang tersampaikan ke medsos, tetapi kemudian yang menjadi objek dari peristiwa itu meminta agar postingan tersebut dihapus dari halaman medsos.
Kalau kita tidak kenal dengan yang berduka, sebaiknya kita mengontrol diri untuk tak mengabadikan momen yang terjadi. Perlu kita mengenal batas privasi dengan orang lain. Hal itu juga dibarengi dengan penghargaan atas privasi tersebut.
Kedua, Kedepankan aksi atau tindakan untuk Menolong daripada lebih mementingkan konten media sosial.Â
Barangkali Anda pernah melihat meme saat terjadi peristiwa kecelakaan. Alih-alih membantu orang yang mengalami kecelakaan, orang lebih tertarik untuk mengabadikan momen itu lewat phone dan mempostingnya di medsos.Â
Ketika urusan medsos sudah selesai, kemudian mereka menolong orang yang menderita kecelakaan tersebut. Â
Padahal, seharusnya kita perlu membantu terlebih dahulu daripada lebih mementingkan keuntungan pribadi. Untuk itu, kita seharusnya mementingkan aksi untuk menolong saat seseorang menghadapi tragedi daripada lebih fokus mencari cara untuk mendapatkan momen untuk kepentingan media sosial.Â
Tantangan bermedsos memang tak gampang. Empati bisa hilang demi kepentingan konten. Etika bisa terabaikan hanya untuk mandapatkan simpati pengikut di medsos.Â