Selain itu, blunder lain yang dilakukan oleh Ten Hag adalah tak mempertahankan skuad yang sama dengan skuad yang mampu menjaga konsistensi MU dalam tiga laga terakhir. Ten Hag cenderung mengutak-atik skuadnya, namun hal itu malah meninggalkan lubang yang cukup lebar.
Maguire dipasangkan dengan John Evans di jantung pertahanan MU. Lalu, Raphael Verane dibangkucadangkan. Ketika lini belakang terlihat rapuh, Ten Hag tak memasukan Verane tetapi memilih posisi lain yang tidak menjawabi masalah permainan MU.
Tentu saja, keputusan tak menduetkan Maguire dan Verane agak membingungkan karena Verane tampil cukup meyakinkan saat diduetkan dengan Maigure dalam laga kontra Copenhagen di Liga Champions Eropa.
Pendek kata, blunder terbesar Ten Hag adalah mengutak-atik pemain pada momen yang tidak tepat.Â
Belum lagi pergantian pemain pada babak kedua yang membuat MU makin terekspos dan Man City kian agresif. S. Amrabat yang digantikan oleh Mason Mount sejak menit awal babak kedua membuat kesolidan lini tengah makin luntur.Â
Terang saja, saat Hojlund ditarik kedua, keputusan Ten Hag itu malah menghadirkan ejekan dari suporter sendiri. Beberapa suporter mem-boo keputusan dalam mengeluarkan Hojlund.
Seharusnya, bermain kontra tim sekuat Man City, Ten Hag mesti mempertahankan formasi yang sama dengan pemain yang cocok di posisinya.Â
Ten Hag menempatkan pemain tidak pada posisi aslinya dan tidak jelih membaca mentalitas pemain. Akibatnya, MU kehilangan intensitasnya.Â
Pola permainan serangan balik gampang terbaca. Juga, lini belakang MU tampak begitu keropos dalam meladeni pergerakan transisi sisi serangan dari sisi sayap permainan Man City.
Sisi baik dari permainan MU adalah Onana tampil meyakinkan. Tiga gol yang bersarang ke gawangnya bukanlah kesalahan Onana tetapi lini belakang MU, terlebih bek-bek sayap yang kelihatan rapuh.Â
Di balik tiga gol itu, Onana sebenarnya melakukan tujuh penyelamatan krusial termasuk mementahkan dua peluang emas Erling Haaland.