Dua gol dari pemain muda Real Madrid, Jude Bellingham meruntuhkan Barcelona dalam lanjutan pekan ke-10 kompetesi La Liga Spanyol di stadion Olimpic Lluis Companys (28/10/23).Â
Berkat kemenangan itu, Madrid kembali ke puncak menggeser Girona dan Barca tetap berada di posisi ketiga tetapi berpeluang tergeser ke posisi keempat jika Atletico Madrid menang pekan ini.
Tentu saja, kekalahan itu menjadi pukulan berat Barca. Catatan tak terkalahkan berakhir. Juga, Barca seperti kembali berada dalam bayang-bayang superioritas rival abadinya Madrid.Â
Dalam laga ini, terlihat Barca tak begitu intens meladeni permainan Madrid. Tiga faktor yang bisa menjadi penyebab kekalahan Barca saat menjamu Madrid di laga pertama pada kompetesi Liga Spanyol musim ini.
Pertama, pemaksaan taktik ala Xavi Hernandez.Â
Menjamu Madrid, Xavi memainkan taktik yang cukup baru untuk permainan Barca pada musim ini. Dalam mana, Xavi meninggalkan pakem andalan 4-3-3 dan lebih bermain dengan formasi 3-4-1-2.Â
A. Balde yang biasanya berperan sebagai bek kiri dan Joao Cancelo sebagai bek kanan agak di geser ke area permainan lini tengah.
Keduanya, memang, mempunyai kemampuan menyerang. Namun, dalam hal kontrol bola dari area pertahanan, kedua pemain itu mempunyai titik lemah. Terlebih lagi, saat Barca di serang dari sektor sayap, kedua pemain ini kadang tertinggal dari penyerang Madrid.
Terlihat Xavi mau mengontrol area tengah, yang mana Madrid dari sisi komposisi pemain terlihat unggul. Namun, upaya itu agaknya timpang lantaran karakter pemain yang agak berbeda di antara satu sama lain.Â
Lalu, formasi itu terbilang baru untuk pola permainan Barca lantaran Barca sudah familiar dengan 4-3-3 atau juga kadang dengan formasi 4-2-3-1.
Kedua, minim pemain kreatif.
Menilik lini depan, praktisnya hanya Joao Felix yang lebih cenderung berani melakukan penetrasi satu lawan satu dengan Madrid.Â
Selebihnya, Fermin Lopez dan Ferran Torres agak sulit melakukan penetrasi saat bermain satu lawan satu dengan pemain lawan.
Ditambah lagi lini tengah yang kehilangan Pedri dan Frengkie de Jong. De Jong menjadi sentral permainan Barca di lini tengah, yang mana bisa mengontrol aliran bola dari lini belakang ke lini tengah.
Sementara itu, Pedri kerap menjadi pemain yang tak ragu melakukan penetrasi dan mengocek pemain lawan. Gaya itu sebenarnya mampu mengganggu kesolidan permainan lawan.
Bila dilihat dari sisi skuad, Xavi sebenarnya bisa memainkan tiga penyerang dengan menurunkan Raphinha. Pemain asal Brasil ini mempunyai kecepatan dan daya jelajah yang cukup baik di sektor kiri. Ditambah lagi dengan keberanian pemain asal Brasil itu melakukan penetrasi satu lawan satu pemain lawan.
Aksi penetrasi satu lawan satu dengan pemain lawan sangatlah penting guna mengganggu konsentrasi dan kesolidan permainan lawan.Â
Makanya, berbeda dengan Madrid yang mengandalkan duo penyerang Rodrygo dan Vinicius Jr.Â
Kedua pemain ini kerap merepotkan lini belakang Barca dan saat bersamaan seperti membuka tempat dan peluang untuk Bellingham. Tak elak, gol kedua Bellingham tak terbaca lantaran dia tiba-tiba muncul dari lini kedua dan mencetak gol ke gawang Barca.
Barangkali Xavi masih ragu untuk memainkan pemain yang baru pulih dari cedera. Alhasil, Xavi harus memanfaatkan skuad yang ada.
Ketiga, Barca tak mempunyai faktor pembeda.
Jude Bellingham menjadi aktor pembeda dari permainan Madrid. Pemain timnas Inggris ini menjadi pemain yang cukup sensasional sejak kedatangannya dari Borrusio Dortmund awal musim ini.
Tak tanggung-tanggung, pemain yang sebenarnya berposisi sebagai gelandang ini mampu menjelma seperti striker dan menutup lubang yang ditinggalkan oleh Karim Benzema. Bahkan, Bellingham tak hanya menjadi top skorer di level klub tetapi juga di Liga Spanyol dengan koleksi 10 gol dari 10 laga.
Dalam laga ini, Bellingham menjadi faktor pembeda. Gol pertamanya dari luar kotak penalti mengubah peta permainan. Juga, penempatan posisinya di gol kedua menegaskan kecerdikannya membaca kelemahan dan kelengahan lini belakang Barca.
Faktor pembeda tak dipunyai Barca. Felix tak mempunyai pendukung yang menopang pergerakannya. Fermin Felix kembali gagal mengulangi performa gemilangnya saat Barca menang Shakhtar Donetsk di Liga Champions tengah pekan lalu.
Ketika faktor pembeda absen, secara tim pola permainan Barca juga timpang lantaran pengaruh taktik yang cenderung dipaksakan dan faktor kondisi pemain yang belum bugar dan masih cedera pemain penting
Xavi pastinya belajar dari kekalahan kontra Madrid. Mestinya diakui bahwa Madrid tampil lebih superior karena komposisi skuad yang komplit dan memiliki faktor pembeda dalam diri Jude Bellingham.
Lebih jauh, Barca juga perlu mencari cara agar bisa menguatkan skuadnya. Ketika ada pemain yang cedera, pemain lain bisa tampil solid tak hanya saat melawan tim medioker tetapi juga pada laga-laga serius dan ketat seperti kontra Madrid.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H