Kedua, minim pemain kreatif.
Menilik lini depan, praktisnya hanya Joao Felix yang lebih cenderung berani melakukan penetrasi satu lawan satu dengan Madrid.Â
Selebihnya, Fermin Lopez dan Ferran Torres agak sulit melakukan penetrasi saat bermain satu lawan satu dengan pemain lawan.
Ditambah lagi lini tengah yang kehilangan Pedri dan Frengkie de Jong. De Jong menjadi sentral permainan Barca di lini tengah, yang mana bisa mengontrol aliran bola dari lini belakang ke lini tengah.
Sementara itu, Pedri kerap menjadi pemain yang tak ragu melakukan penetrasi dan mengocek pemain lawan. Gaya itu sebenarnya mampu mengganggu kesolidan permainan lawan.
Bila dilihat dari sisi skuad, Xavi sebenarnya bisa memainkan tiga penyerang dengan menurunkan Raphinha. Pemain asal Brasil ini mempunyai kecepatan dan daya jelajah yang cukup baik di sektor kiri. Ditambah lagi dengan keberanian pemain asal Brasil itu melakukan penetrasi satu lawan satu pemain lawan.
Aksi penetrasi satu lawan satu dengan pemain lawan sangatlah penting guna mengganggu konsentrasi dan kesolidan permainan lawan.Â
Makanya, berbeda dengan Madrid yang mengandalkan duo penyerang Rodrygo dan Vinicius Jr.Â
Kedua pemain ini kerap merepotkan lini belakang Barca dan saat bersamaan seperti membuka tempat dan peluang untuk Bellingham. Tak elak, gol kedua Bellingham tak terbaca lantaran dia tiba-tiba muncul dari lini kedua dan mencetak gol ke gawang Barca.
Barangkali Xavi masih ragu untuk memainkan pemain yang baru pulih dari cedera. Alhasil, Xavi harus memanfaatkan skuad yang ada.
Ketiga, Barca tak mempunyai faktor pembeda.