Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Francesco Farioli Murid Roberto De Zerbi yang Terapkan Filsafat untuk Tantang Liga Perancis

29 September 2023   13:00 Diperbarui: 29 September 2023   13:11 1988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara tentang Liga Perancis, umumnya pecinta sepak bola hanya lekat dengan Paris Saint Germain (PSG). Sebabnya, status PSG sebagai klub kaya di Eropa yang mampu mengontrak pemain dengan harga yang fantastis.

Kendati ditinggalkan oleh beberapa bintang seperti Lionel Messi dan Neymar Jr musim ini, PSG tetap menjadi sorotan. Komposisi skuad terbilang kuat untuk kategori Eropa. Ditambah lagi dengan kehadiran mantan pelatih Barcelona dan Spanyol, Luis Enrique sebagai pelatih baru PSG yang menggantikan M. Galtier.

Tim-tim lain kadang dibicarakan, terlebih khusus terjadi saat transfer pemain. Sudah menjadi pemandangan yang cukup lumrah saat pemain berbakat di Liga Perancis menjadi target dari tim-tim kuat di Eropa.

Minimnya pembicaraan tentang Liga Perancis boleh jadi karena faktor persaingan di antara klub. Terlebih lagi semenjak PSG dimiliki pengusaha kaya selama satu dekada terakhir. Efek lanjutnya, juara kompetesi domestik hanya menjadi kepunyaan PSG.

Warna Liga Perancis di awal musim ini agak berbeda. Dari enem laga yang telah dimainkan, di puncak klasemen bukanlah PSG tetapi Brest dan kemudian disusul oleh Nice di peringkat kedua. PSG yang menjadi juara musim lalu sementara berada di peringkat ke-3 klasemen.

Yang menjadi sensasi awal musim ini di Liga Perancis adalah Nice. Pasalnya, Nice mampu mengalahkan dua tim kuat yakni PSG dan AS Monaco. Menariknya, Nice membekuk kedua tim ini di kandang mereka sendiri.

Keberhasilan Nice itu pun bermuara pada peran pelatih muda Francesco Farioli (34 tahun). Farioli mampu mengangkat mentalitas permainan Nice sehingga bersaing dengan tim-tim kuat seperti PSG, Lyon dan Monaco.

Dari enem laga, Nice berhasil menang 3 kali dan raih tiga hasil imbang. Nice pun menjadi satu-satunya tim yang belum terkalahkan di Liga Perancis.

Bahkan, kalau berhasil menang kontra Brest yang berada di puncak klasemen pada pekan ketujuh Liga Perancis, Nice bisa naik ke posisi puncak klasemen sementara. Target itu bisa tercapai apabila menimbang performa Nice yang sudah mengalami tim-tim kuat sejauh ini. Hal itu juga didukung oleh peran Farioli sebagai pelatih.

Lantas, siapakah Farioli?

Melansir laporan dari Associated Press com (AP) (29/9/23), Farioli merupakan pelatih asal Italia yang direkrut oleh Nice dari salah satu klub Turki, Alanyaspor di awal musim ini. Farioli yang dikontrak untuk dua musim merupakan pilihan tak terduga lantaran dari sisi pengalaman Farioli masih cukup hijau untuk kategori seorang pesepak bola.

Tak tanggung-tanggung, Farioli berlatar belakang yang cukup mengagumkan, yang mana dia juga pernah belajar Filsafat di universitas Florence, Italia. Tesisnya pun berkaitan dengan sepak bola dengan judul Philosophy of the Game: The aesthetics of Football and the Role of the Goal Keeper.

Dalam thesisnya itu, Farioli mengulas permainan sepak bola dari sudut pandang Filsafat. Juga, dia membedah peran penjaga gawang, yang mana dia melihat posisi penjaga gawang sangatlah unik daripada para pemain lainnya. Pasalnya, penjaga gawang mempunyai banyak kesempatan untuk mengobservasi permainan daripada para pemain lainnya.

Makanya, Farioli mengawali karirnya sebagai pelatih sepak bola di Italia. Pada tahun 2017, Roberto De Zerbi memanggil Farioli yang sementara menjadi pelatih penjaga gawang di akademi Aspire di Qatar untuk bergabung dengannya di Benevento. Farioli ditetapkan oleh De Zerbi sebagai pelatih penjaga gawang.

Sewaktu De Zerbi pindah ke Sassuolo, Farioli juga mengikuti pelatih Brighton tersebut.

Oleh sebab itu, De Zerbi mempunyai pengaruh yang kuat pada pola kepelatihan Farioli. Bahkan, menurut salah satu mantan pemain Farioli di Alanyaspor, Farioli kadang meminta para pemain untuk menyaksikan laga yang dimainkan oleh Brighton.

Terang saja, performa Nice musim ini hampir serupa dengan gaya permainan Brighton. Apalagi dengan pola permainan dari kaki ke kaki dan keleluasaan para pemain melakukan serangan balik.

Sejak naik ke Liga Inggris Brighton menjadi salah satu sensasi menarik di Liga Inggris. Ditambah lagi dengan polesan De Zerbi yang membuat permainan Brighton makin intens dan atraktif. Tak mengherankan kalau Brighton menjadi salah satu kuda hitam yang mengganggu tim-tim mapan di Liga Inggris. Bahkan, tim-tim mapan pernah menjadi korban Brighton termasuk Manchester United (MU) yang kalah dari Brighton di Old Trafford musim ini.

Keberhasilan Brighton itu pun bermuara pada peran dan pengaruh De Zerbi sebagai pelatih.

Farioli boleh dibilang sebagai murid De Zerbi. Selain belajar dari De Zerbi, Farioli juga berupaya untuk menerapkan filosofi yang dipelajarinya di bangku kuliah.

Kombinasi tersebut menyebabkan Nice tampil meyakinkan musim ini dan siap menantang dominasi PSG. 

Salam Bola

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun