Kemenangan Brighton & Hove Albion FC (3-1) meruntuhkan mentalitas Manchester United di stadion Old Trafford dalam lanjutan Liga Inggris pekan ke-5. Rekor 31 laga tak terkalahkan MU di Old Trafford berakhir oleh permainan apik nan terorganisir dari Brighton.
Lagi-lagi, Brighton menunjukkan mentalitas dan kekuatan sebagai tim "kuda hitam" di Liga Inggris pada musim ini. Cap tim sebagai "kuda hitam" tak lepas dari performa Brighton kala melawan tim-tim mapan di Liga Inggris dalam tiga musim terakhir.
Dalam tiga musim terakhir, Brighton kerap merepotkan tim-tim mapan seperti Arsenal, Manchester City, Chelsea dan Liverpool. Tim-tim itu tak gampang menang ataukah kebobolan seperti yang dialami oleh MU pekan Ini.
Tak tanggung-tanggung, Â sejak ditangani oleh Roberto De Zerbi sebagai pelatih menggantikan Graham Potter pada bulan September 2022, Brighton kerap merumitkan tim-tim di enem besar. Tercatat dari 15 laga bertemu dengan tim-tim yang berada di enem besar, Brighton berhasil menang 8 kali.
Kemenangan kontra MU menjadi salah satu contoh dari kekuatan yang terbangun di Brighton. Dalam laga itu, Brighton tak ragu memegang bola, mengontrol permainan, dan melakukan serangan secara terbuka ke gawang MU.
Gol kedua Brighton merupakan buah kerja sama dari para pemain. Pasalnya, bola mulai digulirkan dari lini belakang, kemudian perlahan dimainkan di antara pemain hingga tercipta gol. Para pemain MU tak hanya diperdaya, tetapi seolah menonton permainan dari kaki ke kaki ala Brighton.
Brighton tak hanya tampil atraktif Dan percaya memegang bola dari area belakang ke lini depan MU. Akan tetapi, tim yang berkostum biru dan putih ini juga mampu melesakan banyak gol.Â
Dari empat kemenangan dari lima laga di Liga Inggris yang diraih musim ini, Brighton mampu mencatatkan rata-rata 3 gol ke gawang lawan, termasuk ke gawang MU.
Artinya, Brighton tak hanya main untuk mendominasi laga. Namun, ada upaya untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya.
Kelebihan Brighton adalah permainan tim. Walau di awal musim Brighton kehilangan beberapa pemain penting yang dibeli oleh klub-klub mapan Liga Inggris, Brighton seperti tak kehilangan akal.Â
Ya, paling tidak ada tiga pemain penting Brighton yang hengkang di awal musim ini lantaran digaet klub kaya yakni Moises Caicedo dan Robert Sanchez  ke Chelsea dan Alexis Mac Allister ke Liverpool.
Secara finansial, Brighton mendapatkan keuntungan finansial dari penjualan para pemain tersebut. Namun, hal itu ikut mempengaruhi Brighton apabila tak persiapan sebagai antisipasi untuk menutup pemain yang hengkang.
Kelebihan Brighton adalah adanya langkah antisipasi saat ada permainan yang hengkang. Seperti terlansir dalam berita The New York Times, April 14, 2023, Brighton mempunyai sistem kerja yang cukup sistematis dan terorganisir.
Sistem kerja itu nampak saat klub sudah mempersiapkan alternatif baik untuk pelatih maupun para pemain. Ketika ada pemain atau pelatih yang hengkang, Brighton sudah mempunyai nama yang bisa direkrut untuk mengisi posisi tersebut.
Misalnya, saat Graham Potter dikontrak Chelsea sebagai pelatih. Pelatih Robert De Zerbi sudah dibidik untuk menjadi alternatif pengganti. Tak pelak, Brighton mengiakan tawaran Chelsea karena klub sudah mengantongi sosok penggantinya.
Beruntung bagi Brighton karena De Zerbi harus mengakhiri kontraknya bersama Shakhtar Donetsk lantaran masalah konflik antara Ukraina dan Rusia. Jadinya, Brighton tak perlu butuh waktu untuk bernegosiasi dengan pelatih asal Italia tersebut.
Pilihan pada De Zerbi juga bukan tanpa sebab. Hal itu dipertimbangkan dengan gaya kepelatihan dan permainan  yang diterapkan oleh De Zerbi searah dengan sistem kerja klub dan pelatih sebelumnya, Graham Potter.Â
Dengan ini, De Zerbi tak secara total mengubah permainan tim, tetapi hanya memberikan polesan tambahan seperti mendorong pemain tampil leluasa dan berani mengontrol permainan dari lini belakang.
Sama halnya ketika Brighton kehilangan para pemain pentingnya sejak musim lalu. Brighton tak panik karena klub sudah mempunyai nama-nama pemain pengganti yang telah lama ditargetkan. Umumnya, para pemain itu relatif berusia muda.
Tak ayal, Brighton akan mengulur proses transaksi pemindahan pemain jika pemain yang menggantikan pemain yang pergi itu juga tak lancar. Akan tetapi, ada pemain pengganti, proses transaksi juga tak rumit.Â
Pendek kata, Brighton sudah membangun klub dengan pakem dan sistem kerja yang jelas dan baku. Setiap pemain yang ada saat ini sudah memiliki pengganti.
Oleh sebab itu, walau pelatih dan pemain pergi, sistem permainan tim tak begitu berubah sama sekali lantaran ada pemain yang telah ditargetkan sebagai pengganti. Pelatih dan para pemain itu pun dipandang searah dengan gaya filosofi permainan Brighton.
Brighton bisa kembali menjelma menjadi tim pengganggu di enem besar Liga Inggris pada musim ini. Berkat empat kemenangan dari lima laga sejauh ini di Liga Inggris, Brighton duduk di peringkat keenem klasemen sementara. Posisi itu lebih baik dari MU dan Chelsea yang menggelontorkan banyak uang untuk membeli pemain di musim ini.
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H