Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Transfer Efektif Real Madrid dan Langkah Terbalik Barcelona

15 Juni 2023   09:44 Diperbarui: 15 Juni 2023   09:49 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah musim kompetesi sepak bola musim 2022/23 berakhir, banyak klub yang mulai sibuk memburu pemain baru untuk musim depan. Kesibukan itu juga diwarnai oleh pilihan beberapa pemain yang meninggalkan klub yang sudah lama mereka bela hingga pilihan untuk gantung sepatu. 

Dua klub La Liga Spanyol, Real Madrid dan Barcelona terbilang klub-klub yang selalu aktif di bursa transfer pemain. Langkah kedua klub ini pun selalu menarik perhatian pecinta sepak bola. 

Alasan pertama karena reputasi besar dari dua klub ini, yang tak hanya kuat di daratan Spanyol, tetapi juga di Eropa. Akibatnya, setiap pemain yang direkrut oleh kedua klub ini selalu mendapat sorotan publik. 

Alasan kedua adalah perihal dalam urusan transfer. Kedua klub tak segan menggelontorkan uang banyak untuk mendapatkan seorang pemain. Juga, kedua klub seringkali menjadi pelabuhan bagi para pemain bintang yang berkiprah di Eropa. 

Bursa transfer pemain belum terlalu panas. Namun, kedua klub sudah aktif melakukan pergerakan dan sudah dikaitkan dengan beberapa pemain bintang. 

Langkah Efektif Madrid

Madrid tampil begitu kalem pada transfer musim lalu. Setelah gagal mendaratkan Kylian Mbappe dari Paris Saint Germain (PSG), Madrid memilih untuk tak mencari alternatif lain dari kegagalan mendapatkan Mbappe. 

Musim lalu, Madrid mendatangkan gelandang bertahan Aurelien Tchouameni (22 tahun) dari AS Monaco dengan harga 80 juta Euro. Lalu, Madrid beruntung saat mendapatkan secara gratis bek tengah Antonio Rudiger dari Chelsea. 

Menariknya, Madrid juga melepaspergikan Casemiro ke Manchester United dengan harga 70.60 juta euro. Harga Casemiro (30 tahun) hampir seimbang dengan harga Tchouameni.  Lalu, Madrid merampingkan skuad dengan membiarkan pemain seperti Isco, Luka Jovic, Marcelo, dan Gareth Bale keluar dari Santiago Bernabeu. 

Langkah Madrid itu cukup bijak dan efektif. Pertama, Ketika pemain yang ditargetkan gagal didapatkan, lebih baik tak mencari pemain lain yang bukan alternatif yang pas dan tak seturut kebutuhan tim. 

Memang, kegagalan mendapatkan Mbappe meninggalkan lubang yang cukup parah. Terbukti, saat Karim Benzema menderita cedera. Vinicius Jr dan Rodrygo tak secara total menutup lubang dari striker veteran tersebut. 

Kendati demikian, Madrid tak rugi dobel. Dalam arti, apabila klub merekrut pemain yang merupakan altenatif kedua direkrut secara terburu, dan kemudian gagal bersinar. Pada titik itu, langkah Madrid di bursa transfer sudah terbilang bijak.

Kedua, oritentasi Madrid dalam membangun skuadnya cukup jelas. Di tahun 2000-an, Madrid begitu lekat dengan istilah Galacticos. Istilah ini mengacu pada kebijakan Madrid dalam merekrut para pemain bintang dengan harga tinggi dari pelbagai klub di Eropa. Namun, langkah itu tak serta merta memberikan prestasi instan, dan malah Madrid kalah saing dengan Barca. 

Langkah Madrid itu perlahan berubah total. Terbukti dalam perekrutan para pemain pada dua musim terakhir. Madrid lebih memilih pemain muda, harga ramah kantong, dan mempunyai prospek jangka panjang untuk Madrid. 

Gelandang muda Eduardo Camavinga dan Aurelien Tchoaumeni menjadi bagian penting dari skuad Carlo Ancelotti. Kedua pemain ini menggenapi gelandang Madrid dan didapuk sebagai pengganti dari Toni Kroos dan Luka Modric.   

Pada musim ini, Madrid kembali memburu pemain muda. Setelah mendapatkan penyerang potensial asal Barsil Endrick yang bisa bergabung di tahun 2024, Madrid juga berhasil merekrut gelandang muda asal Inggris, Juden Bellingham (19 tahun) dari Borussia Dortmund. 

Bellingham terbilang gelandang yang paling dilirik oleh klub-klub mapan Eropa. Akan tetapi, kapten Dortmund itu lebih memilih Madrid daripada menjawabi pinangan dari klub-klub lain, termasuk klub-klub mapan asal kampung halamannya di Inggris.

Dengan kehadiran Bellingham, lini tengah Madrid makin komplit. Lebih jauh, Madrid memiliki jalan regenarasi yang cukup efektif , dalam mana peran Kross dan Modrid diganti oleh para pemain yang tepat. Kehilangan Modric dan Kroos dalam waktu dekat pun tak akan meninggalkan lubang yang cukup besar untuk Madrid. 

Selain itu, Madrid dua mengelangki transfer dari Brahim Diaz (23 tahun) dan Fran Garcia (23 tahun).  Target terakhir Madrid adalah bagaimana menutup posisi yang ditinggalkan Benzema. Tentu saja, hal itu tak cukup muda lantaran kontribusi Benzema yang selalu konsisten hingga memutuskan hengkang dari Madrid.

Nama seperti Harry Kane (29 tahun) bisa jadi pilihan pas. Dari sisi usia, Kane masih bisa memberikan kontribusi berarti di lini depan Madrid. Apalagi di Madrid, Kane ditopangi oleh sekumpulan pemain muda yang bertalenta. 

Langkah Terbalik Barcelona

Barca tak ketinggalan kereta dalam merekrut pemain pada transfer saat ini. Berbeda dengan Madrid yang getol membeli pemain muda nan potensial, Barca lebih memburu pemain jadi. Terlebih khusus yang berstatuskan bebas transfer karena faktor kondisi keuangan yang belum stabil. 

Target Barca umumnya pemain jadi, seperti Bernardo Silva dan I. Gundongan dari Manchester City dan Joshua Kimmich dari Bayern Muenchen. Bahkan, sebelum Messi mengiakan pinangan Inter Miami, Barca juga getol menghadirkan kembali Messi ke Barca. 

Langkah Barca ini seperti dilakukan pada musim lalu, di mana Barca mendatangkan Roberto Lewandowski dari Bayern Muenchen, Marco Alonso dan Christensen dari Chelsea. Umumnya, para pemain ini adalah produk jadi, dan kehadiran mereka hanya untuk jangka pendek.  

Para pemain ini memang memberikan kontribusi berharga untuk Barca dalam meraih trofi Super Spanyol dan La Liga Spanyol. Kendati demikian, kontribusi mereka relatif pendek. 

Jadinya, Barca tak memiliki pilihan lain untuk terus mencari pemain dan proses regenerasi bisa menjadi macet. Efeknya ketidakseimbangan tim lantaran keseringan untuk bongkar pasang pemain. 

Barca cenderung mencari pemain muda dari akademi. Langkah itu terbilang tepat, namun tantangannya saat pemain akademi itu gagal bersaing dengan pemain baru, yang nota sudah "makan garam" dengan kompetesi-kompetesi Eropa. 

Misalnya, situasi Ansu Fati yang dipandang sebagia prospek besar Barca. Pemain muda ini gagal bersaing dengan Rapinha dan Lewandowski di lini depan. Jadinya, Fati berada dalam situasi yang simpang siur di Barca. 

Transfer pemain Barca berjalan terbalik dengan apa yang dibuat oleh rival abadi, Madrid. Ketika Madrid getol mencari dan mempekerjakan pemain muda sebagai langkah regenerasi dan solusi jangka panjang, Barca malah memilih untuk membeli pemain jadi yang bisa menjadi solusi jangka pendek untuk tim. 

Salam Bola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun